BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Profil MTsN Padang Ganting
a. Letak Geografis MTsN Padang Ganting
Sebelum penulis menguraikan tentang hasil penelitian, terlebih
dahulu penulis menggambarkan sekilas tentang MTsN Padang Ganting
MTsN Padang Ganting terletak di Simpang Aie Angek Padang Ganting
Kabupaten Tanah Datar kode pos 27282, tepatnya di Nagari Padang Ganting keadaan
geografisnya yang nyaman dan sangat menunjang untuk keberhasilan pendidikan.
Cikal bakal MTsN Padang Ganting bukanlah kehadiran yang tiba-tiba,
tetapi merupakan kelanjutan dari pertumbuhan sekolah-sekolah atau Madrasah dalam
lingkungan Departemen agama yang didirikan oleh para ulama di Kabupaten Tanah
Datar. MTsN Padang Ganting beroperasi pada tahun 1983.
Sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 244/93 tgl. 25
Oktober 1993 berubah status menjadi MTsN Padang Ganting. Semenjak berubah
status tersebut dalam perkembangannya mengalami kemajuan terus menerus sampai
sekarang.[1]
Nomor
Statistik Sekolah : 213130406014
Status Sekolah : Negeri
Alamat :
Jln. Aia Angek Padang Ganting
Telp :
(0752) 574985
Tahun Berdirinya Sekolah :
1983
Jarak Kepusat Kecamatan : 1500 M
Jarak Pusat Kota/Kab :
20000 M
Provinsi :
Sumatra [2]
b.
Visi dan Misi MTsN Padang Ganting
1)
Visi
Terwujudnya siswa yang berprestasi, berimtaq, beriptek, terampil
dan berakhlak mulia.[3]
2)
Misi
a)
Meningkatkan kualitas proses belajar megajar yang berbasis IT
b)
Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam
memberikan pelayanan prima.
c)
Meningkatkan standar sarana prasarana
d)
Meningkatkan pembelajaran yang berorentasi pada pembiasaan dalam
menerapkan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
e)
Menciptakan suasana islami dilingkungan sekolah dan masyaraat.
f)
Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler yang berorientasi pada
pengembangan prestasi siswa.
g)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas hubungan kerjasama dengan orang
tua siswa, masyarakat dan instansi terkait.[4]
c.
Siswa di MTsN Padang Ganting
Murid adalah pribadi yang unik yang mempunyai potensi dan mengalami
proses berkembang. Berdasarkan observasi penulis dengan guru TU (tata usaha) di
MTsN padang ganting yang mana penulis dapatkan pada tanggal 14 November 2011,
penulis melihat disana bahwa siswa di MTsN Padang Ganting terdiri dari kelas
VII dua lokal, VII dua lokal dan IX juga dua lokal, seperti yang tertera di dalam
tabel dibawah ini.
Tabel. 1
Jumlah Siswa MTsN
Padang Ganting
Tahun Ajaran
2011 /2012
NO
|
KELAS
|
JUMLAH SISWA
|
||
2009/2010
|
2010/2011
|
2011/2012
|
||
1
2
3
4
|
VII
|
50
|
41
|
40
|
VIII
|
53
|
50
|
50
|
|
IX
|
50
|
48
|
48
|
|
JUMLAH
|
153
|
139
|
138
|
Sumber tabel: tata usaha MTsN Padang Ganting.
Berdasarkan tabel di atas siswa MtsN Padang Ganting Tahun ajaran
2011/ 2012 berjumlah 138 orang, terdiri
dari kelas VII berjumlah 40 orang, kelas VIII berjumlah 50 orang, dan IX
berjumlah 48 orang.
d.
Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Berdasarkan observasi di MTsN Padang
Ganting, penulis dapatkan bahwa tenaga pendidik terdiri dari guru dan pegawai
di MTsN Padang Ganting berjumlah 26 orang, terdiri dari 20 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai (Administrasi)
sebanyak 6 orang. Yang mana berasal dari latar belakang pendidikan yang
berbeda-beda, ada yang dari SI, D3 dan SMA sederajat, sebagaimana yang tertera
didalam tabel berikut ini:
Tabel. 2
Jumlah Tenaga Pendidik/Pegawai Administrasi
di MTsN Padang Ganting
|
Ijazah
Terakhir
|
Jumlah
|
||
No
|
Guru
Negeri
|
Pegawai
(administrasi)
|
Seluruhnya
|
|
1.
|
S3
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
S2
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
SI
|
18
|
-
|
18
|
4.
|
D3
|
1
|
-
|
1
|
5.
|
D2
|
-
|
-
|
-
|
6.
|
DI
|
1
|
-
|
1
|
7.
|
SMA/SMK
|
-
|
5
|
5
|
8.
|
SMP/MTs
|
-
|
-
|
-
|
9.
|
SD/MI
|
-
|
1
|
1
|
10.
|
JUMLAH
|
20
|
6
|
26
|
Sumber Tabel: Tata Usaha MTsN Padang Ganting
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tenaga
pendidik di MTsN Padang Ganting memiliki jenjang pendidikan yang bervariasi,
yaitu paling tinggi pada tingkat pendidikan SI sebanyak delapan belas orang,
dan pada tingkat pendidikan D3 sebanyak satu orang, tingkat DI sebanyak 1
orang, pada tingkat SMA/SMK sebanyak 5 orang, dan pada tingkat SD/MI sebanyak
satu orang.
Staf tenaga pengajar terdiri dari para guru yang
berpengalaman tamatan universitas dan pendidikan pendidikan tinggi yaitu: STAIN
Batusangkar, IAIN Padang, UNP, IKIP Padang, STAKIP Padang, UNAND Padang, STKIP
PGRI Padang, UI Jakarta, UNRI Pekan baru.
Adapun data guru bidang studi SKI di MTsN Padang
Ganting yaitu: Muspiarman, SPd.i dan Azriyanto, S.Ag.
e.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Adapun kegiatan ekstrakurikulernya yang
dilakukan di MTsN Padang Ganting adalah:
a.
Pembinaan Muhadharoh
b.
Pembinaan Tilawah
c.
TPA/TPsA
d.
Khutbah
e.
Pendidikan Pramuka
f.
Pembina Mading
g.
Volley Ball
h.
Bola Kaki
i.
Usaha Kesehatan Sekolah
j.
Drum Band
k.
Qasidah
l.
Pembina Bahasa Inggris
m.
Pembina Matematika
n.
Pelatihan Puisi
f.
Sarana dan Prasarana di MTsN Padang Ganting
Sarana dan prasarana yang tersedia di MTsN Padang Ganting adalah
sebagai berikut.
Tabel.3
Fasilitas yang
dimiliki di MTsN Padang Ganting
No
|
Ruang
|
Jumlah
|
1
|
kelas
|
6
|
2
|
perpustakaan
|
1
|
3
|
Lab IPA
|
1
|
4
|
Lab Bahasa
|
0
|
5
|
Lab computer
|
0
|
6
|
Tempat ibadah
|
1
|
7
|
Keterampilan
|
0
|
8
|
Media (audio visual)
|
0
|
9
|
Bimbingan konseling
|
0
|
10
|
Kepsek dan wakasek
|
0
|
11
|
Guru
|
1
|
12
|
Tata usaha
|
0
|
13
|
KM / WC kepsek
|
0
|
14
|
KM / WC guru dan pegawai
|
1
|
15
|
KM / WC peserta didik
|
1
|
16
|
UKS
|
0
|
17
|
Aula
|
0
|
18
|
Gudang olahraga
|
0
|
19
|
Gudang umum
|
0
|
20
|
Kantin
|
0
|
21
|
Lapangan olahraga
|
0
|
22
|
Tempat parker
|
1
|
23
|
Taman madrasah
|
0
|
24
|
Green house
|
0
|
Sumber
tabel: Tata usaha MTsN Padang Ganting.
B.
Temuan Khusus
1.
Keterampilan Menjelaskan
a.
Merencanakan
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi SKI di
kelas VII.A Padang Ganting, data yang diperoleh dari informan pada pertanyaan
pertama adalah Apa hal pertama yang bapak lakukan dalam merencanakan
penjelasan? informan menjawab. Hal pertama yang “saya lakukan adalah
menganalisis kompetensi yang sudah ditetapkan, yaitu kompetensi yang terdapat
di dalam silabus,”[5]
Pertanyaan kedua adalah apa tujuan dari merencanakan
penjelasan? Informan menjawab, tujuan
“saya dari merencanakan penjelasan adalah agar bisa membimbing siswa memahami
konsep-konsep sejarah yang terdapat di dalam materi ajar, membantu siswa agar
mampu memberikan penalaran terhadap materi yang dipelajari, menciptakan kondisi
agar siswa terlibat secara intelektual maupun emosional, sehingga peristiwa
belajar yang dialami bermakna bagi dirinya”.[6]
Pertanyaan ketiga adalah apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penjelasan? Informan menjawab, “yang perlu
diperhatikan adalah penjelasan diberikan sesuai dengan keperluan, tidak
melenceng ke hal-hal yang tidak terkait dengan materi ajar, penjelasan harus
relevan dengan tujuan pembelajaran, penjelasan harus fokus pada materi yang
sedang dibicarakan dan lebih kontekstual, sehingga bermakna bagi siswa,
penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan latar belakang siswa.[7]
b. Penyajian Suatu Penjelasan
Pembelajaran tidak berhenti sampai disusunnya rencana pembelajaran.
Setelah merencanakan penjelasan yang baik maka pelaksanaan penyajian diharapkan
baik pula, sehingga mudah di mengerti oleh para siswa.
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan
informan tentang penyajian suatu penjelasan berupa kejelasan, pengunaan contoh,
pengorganisasian, penekanan, dan balikan.
Adapun
data yang diperoleh dari hasil observasi pada pertemuan pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan kelima. dengan informan tentang penyajian suatu penjelasan adalah
sebagai berikut:
a)
Kejelasan
Data yang diperoleh dari hasil
observasi dengan informan tentang kejelasan dalam menjelaskan materi
pembelajaran adalah, terlihat pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat,
dan kelima di kelas VII.A, dengan materi pembelajaran Memahami Sejarah
Kebudayaan Islam, dalam menjelaskan pengertian kebudayaan islam. guru dengan
kalimat yang jelas sudah menjelaskan materi kepada siswa. Dengan tidak
menggunakan kalimat yang berbelit-belit, sudah menghindari penggunaan kata-kata yang meragukan dan berlebihan.[8]
b)
Penggunaan Contoh
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
penggunaan contoh adalah, terlihat dalam memberikan materi memahami Sejarah
Kebudayaan Islam kepada peserta didik, guru memberikan contoh dari bentuk Kebudayaan,
yaitu seni, sastra, religi (Agama non Islam),
dan moral. Dari contoh tersebut guru sudah memberikan contoh yang cukup untuk
menanamkan pengertian dalam penjelasan,
juga sudah terlihat menggunakan contoh yang relevan dengan sifat
penjelasan itu, dan contoh yang digunakan
sesuai dengan usia, pengetahuan dan latar belakang siswa.[9]
c)
Pengorganisasian
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
pelaksanaan pengorganisasian, tidak ada terlihat pada pertemuan pertama
guru tidak menunjukkan dengan jelas pola
struktur sajian, khususnya hubungan antara contoh-contoh dan generalisasi. terlihat pada materi
Memahami Sejarah Kebudayaan Islam, mulai dari pengertian, tujuan, manfaat dan
bentuk/wujud Kebudayaan Islam. Guru
tidak memberikan penjabaran tambahan, baik selama pelajaran maupun pada
akhir pelajaran,[10]
d)
Penekanan
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
pelaksanaan penekanan, terlihat pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat,
dan kelima. guru mengadakan variasi suara dalam memberikan penekanan pada
hal-hal penting dalam penjelasannya, adanya penekanan yang berbeda di berikan
lewat mimik, isyarat ataupun gerakan selama pelajaran berlangsung, guru juga
memberikan penekanan dengan cara menggulangi menjelaskan tujuan mempelajari
sejarah kebudayaan islam.
e)
Balikan
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
pelaksanaan balikan terlihat pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, keempat dan
kelima. guru mengajukan pertanyaan “apakah kalian mengerti dengan penjelasan
yang saya berikan tadi”, terlihat waktu
menjelaskan materi manfaat mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam. Ini untuk mengetahui
pemahaman, minat, atau sikap siswa tentang aplikasi konsep yang terdapat di
dalam materi ajar, guru menggunakan pemahaman, minat, atau sikap siswa tentang
aplikasi konsep yang terdapat di dalam materi ajar, untuk menyesuaikan
kecepatan atau mengubah cara menjelaskan.[11]
Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan diperkuat dengan hasil wawancara tentang
penyajian suatu penjelasan, dapat dipahami bahwa guru sudah melaksanakan kegiatan
penyajian suatu penjelasan. Akan tetapi, hal tersebut belum dilaksanakan secara
maksimal, seperti dalam kegiatan menyampaikan pengorganisasian.
Dari hasil observasi di atas dapat penulis simpulkan bahwa dengan
merencanakan penjelasan kemudian menyajikan penjelasan, penggunaan contoh dan
penekanan-penekanan tentang materi tertentu dari sepanjang penjelasan guru agar
siswa lebih paham dan mengerti dari apa yang telah disampaikan oleh guru. Dan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Saidiman bahwa keterampilan menjelaskan
pelajaran itu merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam
menguasai materi-materi pembelajaran, dengan adanya kejelasan materi pelajaran
maka tujuan dari pembelajaran tersebut akan tercapai.
2.
Keterampilan Bertanya
a.
Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya adalah keterampilan yang berisi ucapan verbal
yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dari
seseorang dapat berupa pengetahuan sampai dengan hasil pertimbangan. Jadi bertanya
merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.[12]
Untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan
sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban
siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi, wajah, gerakan, dan posisi
badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya. Dalam
keterampilan bertanya seorang guru jangan mengajukan pertanyaan kepada siswa
dengan nada mengancam. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong
kemampuan berfikir.
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
keterampilan bertanya dasar adalah, terlihat pada pertemuan pertama, kedua,
ketiga, keempat dan kelima, guru sudah melaksanakan kegiatan pengungkapan
pertanyaan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dipahami oleh peserta didik, pemberian acuan, ini terlihat waktu guru
memberikan pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang
diharapkan dari siswa, yaitu “kita
ketahui bahwa pelaksanaan dakwah Nabi Muhammad saw terbagi atas dua periode.
Coba kamu sebutkan Sejarah Nabi Muhammad saw
periode Makkah dibedakan beberapa
tahap”. Sedangkan pemusatan, pemindahan gilir, pemberian waktu berfikir, namun,
tidak ada terlihat guru melaksanakan
kegiatan penyebaran, seperti keseluruh siswa, respon siswa. Akan tetapi
pada pertemuan kedua dan ketiga sudah terlihat guru melaksanakan kegiatan
pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan,
pemindahan gilir, pemberian waktu berfikir. Namun, tidak terlihat guru
melaksankan pemberian tuntutan. Ini
terlihat waktu siswa menjawab salah tentang materi memahami sejarah Nabi
Muhammad saw periode Madinah, guru memberikan pertanyaan siapa yang dapat
menceritakan keadaan Madinah sebelum kedatangan Islam? Guru hendaknya
memberikan tuntutan kepada siswa itu
agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.[13]
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan diperkuat
dengan data hasil wawancara tentang kegiatan keterampilan bertanya dasar,
pertanyaan yang diajukan adalah apa-apa saja yang bapak dilakukan dalam keterampilan bertanya dasar? Informan
menjawab, kegiatan yang dilaksanakan adalah pengungkapan pertanyaan secara
jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindahan gilir, pemberian
waktu berfikir. Kemudian untuk penyebaran belum dilaksanakan, sedangkan untuk
pemberian tuntutan belum ada dilaksanakan.[14]
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan bahwa: “saya tidak
selalu menyampaikan pemberian tuntutan.[15]
Jadi dari data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dengan informan, tentang kegiatan keterampilan bertanya dasar dapat
dipahami bahwa guru SKI kelas VII.A di MTsN Padang Ganting sudah melaksanakan
kegiatan pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan,
pemusatan, pemindahan gilir, pemberian waktu, akan tetapi, hal tersebut belum
dilaksankan secara maksimal, seperti dalam kegiatan penyebaran. Sedangkan dalam
pemberian tuntutan tidak selalu
melaksanakannya.
b.
Keterampilan Bertanya Lanjutan
Data
yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan diperkuat dengan data hasil
wawancara tentang kegiatan keterampilan bertanya lanjut, pertanyaan yang
diajukan adalah apa-apa saja yang bapak lakukan dalam keterampilan bertanya lanjut? Informan menjawab,
kegiatan yang dilaksanakan adalah urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak,
mendorong terjadinya interaksi kemudian untuk pengubahan tuntutan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan, belum semuanya dilaksanakan ini terlihat guru tidak ada
menggunakan pertanyaan penerapan dan
tidak sistematis dalam pertanyaan pengetahuan.[16]
Dan Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan bahwa: “saya tidak
selalu menggunakan pertanyaan penerapan”.[17]
Jadi dari data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dengan informan, tentang kegiatan keterampilan bertanya lanjut dapat
dipahami bahwa guru SKI kelas VII.A di MTsN Padang Ganting sudah melaksanakan
urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, mendorong terjadinya interaksi.
akan tetapi, hal tersebut belum
dilaksanakan secara maksimal, seperti dalam pengubahan tuntutan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan.
Urutan pertanyaan, untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang
sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat
mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat,
kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar
jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya
sudah sampai kepada pertanyaan sintesis, kembali lagi kepada pertanyaan
ingatan, dan kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini menimbulkan
kebingungan pada siswa dan partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran dapat
menurun. [18]
Pertanyaan pelacak, jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai
benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut, berikut
ini adalah beberapa teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan.
a.
Klasifikasi:
jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan
pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan
kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik.
b.
Meminta
siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran
pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru.
c.
Meminta
kesempatan pandangan: guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya
untuk menyatakan persetujuan atau penolakan disertai alasan terhadap jawaban
rekannya, agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.
d.
Meminta
kesempatan jawaban: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban
yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.
e.
Meminta
jawaban yang lebih relevan: bila jawaban siswa kurang relevan, guru dapat
meminta jawaban yang benar dan relevan dari siswa tersebut.
f.
Meminta
contoh: bila siswa menjawab dengan samar-samar, guru dapat meminta siswa untuk
memberikan ilustrasi atau contoh konkret tentang apa yang dikemukakan.
g.
Meminta
jawaban yang lebih kompleks: guru dapat meminta siswa tersebut untuk memberi
penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga jawaban yang diberikannya
menjadi lebih.[19]
Terjadinya interaksi, agar siswa lebih
terlibat secara pribadi dan lebih bertanggungjawab atas kemajuan dan hasil
diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya sebagai
penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh siswa. Jika siswa
mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkannya
kembali kepada siswa lainnya.[20]
Pengubahan
tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pertanyaan yang
dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses
mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi, oleh karena itu, guru
dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat
kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke
berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman,
penerapan, sintesis,dan evaluasi. [21]
Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan guru dapat diketahui bahwa keterampilan bertanya
adakalanya datang dari guru berupa evaluasi dan
materi yang telah disampaikan dan adakalanya datang dari anak. Adapun
manfaat dari keterampilan bertanya ini yaitu timbulnya semangat dari setiap
siswa untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dan belajar berani mengemukan
pendapat di depan orang banyak, dan mampu menghargai pendapat orang lain.[22]
Dari
hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan bahwa keterampilan bertanya
dapat memotivasi siswa untuk berfikir dalam mengajukan pertanyaan apakah
pertanyaan yang akan disampaikan oleh siswanya ada kaitannya dengan materi yang
telah di sampaikan. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa diperlukan
pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan,
sintesis, dan evaluasi). Dan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Saidiman
yang dimaksud dengan keterampilan bertanya adalah merupakan suatu ucapan verbal
yang meminta respon dari seseorang yang dikenalinya. Respon yang diberikan
dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berfikir seseorang tersebut.
3.
Keterampilan Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilaksanakan guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui
tingkat keberhasilan peserta didik serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.[23].
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
pelaksanaan keterampilan penutup adalah, terlihat pada pertemuan pertama,
kedua, ketiga, keempat dan kelima. di kelas VII, guru tidak ada melaksanakan
kegiatan menutup pelajaran seperti, meninjau kembali pembelajaran atau
menyimpulkan pembelajaran, melaksanakan post-tes dan memberikan tindak lanjut.[24]
Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan
tentang kegiatan menutup pembelajaran, pertanyaan yang diajukan adalah kegiatan apa saja yang bapak laksanakan dalam
menutup pembelajaran?[25]
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan bahwa: ”saya
tidak ada melaksanakan kegiatan menutup pelajaran, biasanya setelah bel jam
pelajaran berakhir saya langsung meninggalkan kelas”.[26]
Jadi dari data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
tentang kegiatan menutup pembelajaran dapat dipahami bahwa guru SKI tidak melaksanakan kegiatan menutup
pembelajaran, dan juga ada beberapa kegiatan yang tidak selalu dilaksanakan
oleh informan seperti menyimpulkan pembelajaran dan melaksanakan post-tes.
Dalam menutup pembelajaran ada beberapa hal yang harus dilaksanakan
oleh guru yaitu:
a.
Merangkum
atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas.
b.
Mengorganisasikan
kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru tentang materi
yang telah dipelajari.
c.
Memberikan
tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang berhubungan
dengan materi pelajaran yang telah dibahas.[27]
Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa melakukan kegiatan
menutup pembelajaran merupakan sesuatu hal yang tidak boleh ditinggalkan karena
dengan melaksanakan kegiatan menutup pembelajaran dapat lebih memudahkan
peserta didik dalam memahami pelajaran yang telah disajikan, guru juga dapat
menilai apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidaknya dan guru juga dapat
melihat sampai dimana tujuan pembelajaran sudah dapat terkuasai oleh peserta
didik.
Kegiatan akhir
dari suatu proses pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dilihat setelah melaksanakan evaluasi. Jika hasil
pembelajaran sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran,
maka usaha guru tersebut dapat dinyatakan berhasil. Tetapi jika sebaliknya,
maka guru bisa dinilai gagal.
Oleh karena itu
guru juga dituntut untuk melaksankan evaluasi diri terkait dengan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, agar guru juga mengetahui dimana letak
kekurangan dari pembelajaran tersebut. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
evaluasi sangat penting dalam proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil observasi
dengan informan tentang evaluasi adalah terlihat pada pertemuan kedua dan
ketiga, evaluasi aspek kognitif sudah dilaksanakan oleh guru dalam bentuk
pre-tes. Sedangkan untuk evaluasi efektif dan psikomotor tidak ada terlihat
dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.[28]
Data dari hasil
observasi di atas diperkuat dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara
tentang evaluasi pembelajaran SKI, pertanyaan yang diajukan adalah kapan saja
bapak melaksanakan evaluasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor terhadap
peserta didik? Informan menjawab, evaluasi aspek kognitif dilaksanakan pada
saat pre-tes,
ulangan harian, ujian mid semester dan ujian semester. Untuk evaluasi aspek
afektif dilaksanakan pada saat melaksanakan proses pembelajaran, namun nilai
afektif tersebut hanya dicantumkan pada lampiran nilai ulangan harian peserta
didik. [29]
hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan bahwa: “saya tidak ada
melaksankan kegiatan penutup pelajaran,
biasanya setelah bel jam pelajaran berakhir saya langsung meninggalkan kelas”.[30]
Pertanyaan
kedua adalah apakah ada bapak melaksanakan pre-tes dan post-tes kepada peserta
didik pada saat memulai dan mengakhiri proses pembelajaran? Informan menjawab,
sudah ada melaksanakan pre-tes dalam
pembelajaran, namun belum selalu dilaksanakan. Sedangkan post- tes
belum ada dilaksanakan dalam pembelajaran.[31]
Pertanyaan
ketiga adalah tentang tes apa saja yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi?
Informan menjawab, tes lisan dan tulisan, tes tulisan ada bentuk essay
dan objektif. Pertanyaan keempat adalah apakah ada bapak melaksanakan tindak
lanjut kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar dan kapan
dilaksanakan tindak lanjut tersebut? Informan menjawab ada, tindak lanjut
tersebut ada yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, dan ada juga yang di
luar proses pembelajaran.[32]
Pertanyaan
kelima adalah apakah ada bapak melaksanakan evaluasi terhadap diri sendiri
terkait dengan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan kapan
dilaksanakan evaluasi tersebut? Informan menjawab ada, evaluasi ini
dilaksanakan sekali satu semester. Pertanyaan keenam adalah tentang bagaimana
cara menindak lanjuti kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran yang
sudah dilaksanakan. Informan menjawab, kekurangan tersebut ditindak lanjuti
ketika memasuki kelas itu kembali yaitu dengan cara memperbaiki dan melengkapi
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran tersebut.[33]
Pelaksanaan
evaluasi pembelajaran tidak hanya diharapkan dilaksanakan oleh guru pada saat
ulangan harian dan ujian semester, tetapi guru juga dituntut untuk melaksanakan
pre-tes dan post-tes agar lebih memudahkan guru untuk melihat sampai dimana
peserta didik menguasai materi yang akan disampaikan dan yang telah
disampaikan. Evaluasi pembelajaran tersebut tidak hanya dilaksanakan untuk
aspek kognitif dan afektif saja, namun penilaian aspek psikomotor juga
merupakan bagian sangat penting yang harus dilihat dari peserta didik untuk
mengetahui perubahan tingkah laku peserta didik
tersebut. Evaluasi mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a.
Evaluasi
merupakan alat yang penting sebagai umpan balik peserta didik. Melalui evaluasi
peserta didik akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukannya.
b.
Evaluasi
merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian peserta
didik dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan
c.
Evaluasi
dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum
d.
Evaluasi
berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan di sekolah seperti orang tua, guru dan pengembangan kurikulum.[34]
Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa evaluasi selain
berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap peserta didik, evaluasi juga dapat mengetahui kekurangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Jadi, selain melaksanakan evaluasi terhadap peserta
didik di dalam KTSP guru juga dituntut untuk melaksanakan evaluasi diri
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, agar guru dapat menindak
lanjuti dari kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran.
Jadi hendaknya guru SKI dalam melaksanakan baik evaluasi terhadap peserta didik
maupun evaluasi terhadap diri guru tersebut dilaksanakan secara
berkesinambungan.
[2]
Dokumentasi MTsN Padang Ganting 10 November 2011
[3]
Ibid.
[10]
Observasi, 3-7 November 2011
[12]
Moh. User Usman, op.cit, h. 74
[15]
Ibid.
[17]
Ibid.
[18]
Moh. Uzer Usman, op.cit, h
78- 79
[22]
Wawancara Pribadi, 28 Desember 2011
[23]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 42
[24]
Op.cit, Observasi, 28 November
[27] Wina Sanjaya, op.cit, h. 43-44
[31]
Ibid.
[32]
Ibid.
[33]
ibid
[34]
Wina sanjaya, op.cit, h. 339
0 komentar:
Posting Komentar