Sabtu, 05 April 2014
Pengertian Konsep Dasar Pengajaran Bahasa Arab
Pengertian
Konsep Dasar Pengajaran Bahasa Arab
BAB
I
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep Dasar Pengajaran.
Konsep
dasar merupakan sebuah gagasan atau ide awal yang relatif sempurna dan
bermakna. Atau bisa dikatakan juga konsep dasar merupakan peta perencanaan
untuk masa depan sehingga bisa dijadikan pedoman untuk melangkah ke depan agar
mendapatkan hasil baik sesuai dengan keinginan kita.[1]
Pada
umumnya konsep harus disiapkan oleh siapa saja dan apa saja profesinya
agar target kita di esok hari sesuai dengan perencanaan awal dan
dapat terlaksana dengan baik, dengan adanya hal ini kita dapat terbantu secara
konseptual untuk melaksanakan rencana awal tadi.
Sedangkan,
pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu Aktivitas Mengajar dan
Aktivitas Belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam
konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar
itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang
mnejadi indicator suatu aktivitas/proses pengajaran itu berjalan dengan baik.
Jadi, Konsep Dasar Pengajaran Bahasa Arab adalah gagasan/perencanaan awal yang
sudah disiapkan untuk mengajar bahasa arab sesuai dengan aktivitas atau proses
pengajaran antara pendidik dan peserta didik.[2]
Dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode pembelajaran
dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Suatu
pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia
mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh
kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang
diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu dapat
dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
Kunci
pokok pengajaran bahasa arab itu ada pada seorang guru. Tetapi ini bukan berarti
dalam dalam proses pengajaran hanya guru yang aktif, sedangkan peserta didik
pasif. Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama-sama menjadi subyek
pengajaran.
Pihak
pendidik berperan sebagai pengendali dan pengarah proses pengajaran. Pendidik
disebut sebagai objek (pelaku peranan pertama) pengajaran.oleh karena itu
seorang pendidik menjadi pihak yang memiliki tugas, tanggung jawab dan
inisiatif pengajaran. Sedangkan pihak peserta didik sebagai pihak ynag terlibat
langsung sehingga ia dituntut keaktifannya dalam proses pembelajaran. Peserta
didik mempunyai peran sebagai objek pengajaran kedua, Karena pengajaran itu
tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukkan dari objek pertama (pendidik)
selain kesediaan dan kesiapan peserta didik itu sendiri sangat diperlukan untuk
terciptanya proses pengajaran.
B. Kinerja
Mengajar.
Seorang
pendidik, dimana pun dia mengajar, bertugas menyajikan ilmu yang dia miliki
kepada peserta didiknya. Agar dapat memberikan ilmu tersebut ia memerlukan
pengalaman, pengetahuan tentang siapa peserta didik, serta bagaimana caranya
agar penyampaian ilmu tersebut bisa diterioma dengan baik. Ia harus memahami
dan mendalami kompetensi dasar yang member bekal kepadanya untuk memperbaiki
atau menambah terutama cara penyajian topic menjadi lebih baik, menarik,
teratur, dan terpadu dengan kompetensi yang terkandung dalam materi. Hal ini
merupakan bagian terpenting dari kinerja mengajar (teaching
performance) seorang pengajar untuk segala jenjang pendidikan.
Kinerja
mnegajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana pendidik tersebut menjelaskan isi
pelajaran, ia harus tahu bagaimana menghadapi peserta didik, membantu
memecahkan masalah, mengelola kelas, menyusun bahan ajar, menentukan kegiatan
kelas, menyusun asesme belajar, .menentukan metode atau media dan menjawab
pertanyaan dengan bijaksana. Satu hal yang diharuskan jika seorang pendidik
hendak mengajar, maka ia harus menyiapkan Rancangan Perencanaan Pembelajaran
(RPP), penyusunan RPP ini terkait dengan rencana yang akan ia laksanakan
sewaktu berada di ruang kelas. Agar Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)
tersusun dengan baik, pengajar memerlukan landasan berpikir atau bekal ilmu
yang mendukung penyusunan RPP tersebut. Bahkan ia harus siap berkomunikasi di
kelas dengan baik, memikirkan kegiatan apa ynag harus dilakukan peserta didik
agar mereka dapat mencerna seluruh materi pelajaran yang pendidik telah
berikan. [3] Dengan
demikian, menyusun Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) tak cukup dengan
hanya mengikuti struktur atau lembar baku yang telah disediakan lembaga
pendidikan tempat ia mengajar tapi harus mempunyai landasan berpikir yang
baik agar penyusunan Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) menjadi baik dan
mudah kita terpakan di ruang belajar.
Jika
seorang pendidik mneyadari dan memahami pentingnya hal-hal tadi, kemungkinan
besar ia dapat mmneghasilkan penbelajaran yang efektif dan menarik. Selain itu,
ia menemukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari atau terkait
dengan pembelajaran pada umumnya.
C. Persiapan
Pengajaran Bahasa Arab.
Tujuan pengajaran bahasa arab itu bukanlah untuk mengisi otak peserta didik
dengan berbagai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab, menghafalnya
diluar kepala, menirukan apa yang pendidik katakana, tanpa dapat mengambil
pelajaran dari pembelaran bahasa arab itu, akan tetapi dengan adanya pengajaran
itu guru mengusahakan agar murid selalu terlatih menggunakan otaknya serta
mengarahkannya, sehingga mampu melaksanakan tugas kewajibannya dengan
sebaik-baiknya. Untuk itu pendidik harus membantu murid memahami sesuatu dan melaksanakanya
serta menerapakanya dalam segala problema yang sama dengannya.[4]
Semua
pelajaran yang disampaikan oleh peserta didik harus mengandung tujuan menambah
pengetahuan murid. Untuk merealisir tujuan tersebut, maka harus ada saling
pengertian antara pendidik dan peserta didik. Disamping itu pendidik harus
memberikan dukungan kepada peserta didik agar mereka mau berusaha memahami
materi pelajaran yang telah kita (pendidik) sampaikan, serta peserta didik
dapat menerapkannya.
Berikut
faktor yang dapat mendukung keberhasilan pengajaran :
1. Memahami
kurikulum
2. Konsep
dasar pengajaran yang sempurna
3. Metode
pengajaran yang baik.
4. Kemampuan
peserta didik untuk dapat menerima serta memahami segala materi yang telah
disampaikan dengan sabaik – baiknya. [5]
Oleh
karena itu, bahwa bagaimanapun tingginya materi pelajaran yang diberikan dan
dan bagaimanapun kemampuannya mengajar, pendidik tidak boleh menyajikan materi
pelajaran tanpa ada nya pemikiran dan persiapan, perencanaan, atau konsep dasar
yang lengkap.
D. Urgensi
Konsep Dasar Pengajaran.
Konsep
dasar pengajaran memainkan peran penting dalam memandu pendidik untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar anak
didiknya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum
proses pembelajaran berlangsung.
Ada
beberapa urgensi konsep dasar pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
1. Sebagai
petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai
pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan.
3. Sebagai
pedoman bagi setiap unsur pendidik maupun peserta didik.
4. Sebagai
alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja.
5. Untuk
bahan penyusunan materi pelajaran agar terjadi kesimbangan dalam pengajaran.
6. Untuk
menghemat waktu, tenaga, dan media.
Sedangkan
penerapan konsep dan prinsip pengajaran diharapkan bermanfaat untuk :
a. Menghinadari
duplikasi dalam memberikan materi pelajaran. Dengan menyajikan materi pelajaran
yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari
terjadinya duplikasi dsan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
b. Mengupayakan
konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran.
Dengan kompetensi yang telah ditentukan secra tertulis, siapapun yang
mnegajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser dari kompetensi dan
materi pelajaran yang telah ditentukan.
c. Memperjelas
komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang
harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar
para peserta didik. [6]
E. Prinsip
– prinsip Pengajaran Bahasa Arab.
1. Prinsip
Pengajaran Secara Umum
Untuk
membuat konsep dasar atau perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan
proses pembelajaran yang ideal, setiap pendidik harus mengetahui unsur-unsur
konsep dasar pengajaran bahasa arab menjadi pembelajaran yang baik.
Berikut
unsur-unsur konsep dasar pengajaran :
1. Mengidentifikasi
kebutuhan siswa.
2. Mengtahui
tujuan yang hendak dicapai.
3. Memahami
berbagai macam strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Bersamaan
dengan hal itu peran pendidik dalam mengembangkan strategi amat penting,
karena aktivitas belajar pesert didik sangat dipengaruhi oleh keaktifan, sikap
dan perilaku pendidik dalam kelas. Jika mereka serius meperhatikan keaktifan
pendidik dalam memberikan materi pelajaran, maka para peserta didik tersebut
pun akan mengembangkan aktivitas-ktivitas belajarnya dengan baik, antusias,
giat dan serius, serta hal yang paling penting adalah terciptanya suasana dan
hasil yang sama-sama diharapkan.
Lebih
jelasnya, pengembangan persiapan mengajar harus memperhatikan minat dan
perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal
ini peran pendidik bukan hanya transformator, tetapi harus berperan sebagai
motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar para peserta didik dengan
menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta
menunjang pembentukan kompetensi. [7]
2. Prinsip
Pengajaran Secara Khusus.
Belajar
Bahasa Arab berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar
pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi
maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan
Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (Mahaarah al – Istima’), kemampuan
berbicara (Mahaarah al-kallam), kemampuan membaca (Mahaarah al-qira’ah), dan
kemampuan menulis (Mahaarah al – Kitaabah).
Ada
tiga prinsip pengajaran secara khusus (Bahasa Arab), yaitu :
a. Prinsip
Prioritas
Dalam
pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian
materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap
sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga,
menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum
mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
b. Prinsip
korektisitas
Prinsip
ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi Fonetik, Sintaksis dan Semiotik
Maksud dari prinsip ini adalah seorang pengajar bahasa arab hendaknya
jangan hanya bisa menyalahkan para peserta didik, tetapi ia juga harus mampu
melakukan perbaikan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada
hal-hal berikut:
1. Korektisitas
dalam pengajaran (fonetik).
2. Korektisitas
dalam pengajaran (sintaksis).
3. Korektisitas
dalam pengajaran (semiotik).
c. Prinsip
Bertahap.
Jika
dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu:
1. Tahap
Pengajaran Mufrodat.
2. Tahap
Pengajaran Qawa’id.
3. Tahap
Pengajaran Makna.
B.
Perkembangan Konsep Dasar Pengajaran.
Pengajaran
merupakan kerjasamanya dua aktivitas antar pendidik dan peserta didik dan
penerapan konsep mengajar dan konsep belajar. Penekanany terletak pada
antara keduamya yakni penumbuhan aktivitas subjek didi. Konsep tersebut
dapat dipandang sebgai suatu system. Sehingga dalam system belajar ini terdapat
komponen – komponen peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan,
fasilitas dan prosedur serta alat /media yang harus dipersiapkan.
Pada
umumnya bahwa system pembelajaran menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan dan prosedur yang
mengatur interaksi perilaku pengajaran untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran.
Demikian juga dengan system pengajaran dimana komponen perencanaan pengajaran,
bahan ajar, tujuan materi, dan metode serta penilaian dan langkah mengajar akan
berhubungan dengan aktivitas belajar untuk m,necapai tujuan. Kenyataan bahwa
dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan
transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa.[8]
BAB
II
KESIMPULAN
Konsep
dasar dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan
media pengajaran, penggunaan metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Suatu
pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia
mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh
kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang
diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu dapat
dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
Kinerja
pengajaran tidak hanya dilirik dari bagaimana pendidik tersebut menjelaskan isi
pelajaran, ia harus tahu bagaimana menghadapi peserta didik, membantu
memecahkan problema, mengelola kelas, menyusun bahan ajar, menentukan kegiatan
kelas, menentukan metode atau media dan menjawab pertanyaan dengan sistematis.
Tujuan
utama pengajaran bahasa arab itu bukanlah untuk mengisi otak peserta didik
dengan berbagai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab, menghafalnya
diluar kepala, menirukan apa yang pendidik katakana, tanpa dapat mengambil
pelajaran dari pembelaran bahasa arab itu, akan tetapi dengan adanya pengajaran
itu pendidik mengusahakan agar murid selalu terlatih menggunakan otaknya serta
mengarahkannya, sehingga mampu melaksanakan tugas kewajibannya dengan sebaik
mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
bakar Muhammad, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Usaha Nasional,
Surabaya : 1997
Abdul
Majid, Perencanaan Pembelajaran, PT. Rosdakarya, Bandung : 2011
Ahmad
Rohani dan Abu ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta,
PT.Rineka Cipta : 1995.
Deni
Darmawan, Konsep Dasar Pembelajaran.pdf
Dewi
Salma, Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
Hamalik
Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi
Aksara, Bnadung : 2001
Roestiya, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta :2008
http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/.Diakses
pada tgl : 19 November 2012. Pukul : 14.30
[1] http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/.
Diakses pada tgl : 19 November 2012.
DESAIN MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Desain Materi Pembelajaran
Ada beberapa pengertian tentang
desain pembelajaran menurut para ahli diantaranya :
Pada bukunya Hamza Uno yang
dikutip dari para ahli mengatakan beberapa pendapat tentang pengertian desain
pembelajaran yaitu :
a. Cunningham
mengemukkan desain ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta,
imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan
tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapt diterima yang akan
digunakan dalam penyelesaian.
b. Stephen
P. Robbins memberikan definisi desain yaitu suatu cara untuk mengantisipasi dan
menyeimbangkan perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
Hamzah Uno memberikan kesimpulan bahwa Desain yakni suatu cara yang memuaskan
untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan
berbagai langkah yang antisipasif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan
Hamza Uno memberikan definisi tentang pembelajaran yang dikutip dari pendapat
degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.Dalam pengertian ini secara
implicit dalam pembelajarn terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diingikan. Dalam pembelajaran
memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajaryang mungkin dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Pengajaran
atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur sedemikian
rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencpai hasil yang
diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran/
desain pembelajaran.
2. Merancang
Dan Mengorganisasikan Materi Pembelajaran
Rencana pembelajaran ini dibuat
oleh para guru untuk setiap kali pertemuan atau bisa juga untuk 4 atau 5 kali
peremuan sekaligus. Dalam mendesain pembelajaran ada beberapa unsur yang
terpenting yaitu :
a) Tujuan
Instruksional
b) Bahan
Pengajaran
c) Kegiatan
Belajar
d) Metode
dan Alat Bantu Mengajar
e) Evaluasi/
Penilain.
Tahap-tahap yang harus ditempuh
oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah :
I. Tahap
Pra Instruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses
pembelajaran adalah :
a. Menanyakan
kehadiran siswa.
b. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasai.
c. Mengajukkan
pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas.
d. Mengulang
pelajaran secara singkat, ttapi mencakup semua bahan.
II. Tahap
Instruksional yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi :
a. Menjelaskan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
b. Menjelaskan
pokok materi yang akan dibahas.
c. Membahas
pokok materi yang telah dituliskan
d. Memberikan
contoh konkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Menggunakan
media untuk mempermudah pemahaman siswa
f. Menyimpulkan
hasil bahasan
III. Tahap
Evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap Instruksional
diantaranya :
a. Mengajukkan
pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran yang telah
dipelajari.
b. Akhiri
pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutya.
c. Memberi
tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang
telah dibahas.
d. Bila
pertanyaan ang diajukkan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70 %) maka
guru harus mengulang pelajaran.
3. Mendesain
Materi Pembelajaran
Dalam mendesain materi
pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh seorang guru
atau seorang dosen, hal ini pula yang akan menentukan sempurna atau
tidaknya desain materi pembelajaran, yaitu:
1. PENGUMPULAN
INFORMASI
Sebelum seorang guru memulai
pelajarannya di minggu pertama hari sekolah atau di dalam kelas, tentu ia
melakukan persiapan-persiapan dalam beberapa aspek desain mata kuliah atau mata
pelajaran. Persiapan ini dapat dikatakan sebagai satu usaha pembuktian
akuntabilitas profesionalisme pembelajaran seorang dosen kepada mahasiswanya
yang telah memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi. Paling tidak ada
empat elemen yang harus dipersiapkan seorang dosen dalam mendesain satu
matakuliah, yaitu:
Elemen materi-materi perkuliahan,
Elemen kompetensi atau tujuan
pembelajaran atau hasil belajar,
Elemen strategi pembelajaran atau
metode pembelajaran, dan
Elemen evaluasi pembelajaran
Keempat elemen itu memiliki
karakter yang bersifat holistik, serasi, sekata, senada. Meskipun wujudnya
masing-masing elemen berbeda, tetapi hakekatnya adalah sama.
Untuk mendesain materi, langkah
pertama sebelum seorang dosen memulai mendesain materi-materi perkuliahan dalam
bentuk apapun, ia seharusnya mulai mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
matakuliah yang akan diampu. Informasi-informasi itu mungkin didapatkan dalam
bentuk hard copy, soft copy melalui perpustakaan, internet dan atau konsultasi
dari beberapa sumber:
Referensi baik yang utama atau
sekunder
Jurnal-jurnal ilmiah
Hasil penelitian terbaru
Out-line matakuliah yang ada
sebelumnya
Satuan acara perkuliahan yang ada
sebelumnya
Silabus, kurikulum
Konsultasi dengan dosen senior
bagi mereka asisten dosen
Konsorsium keilmuan
Di samping itu, sangat perlu
sebelum memulai mengorganisasikan atau mendesain bahan ajar mempertimbangkan
butir-butir berikut: semua informasi itu belum lengkap kalau materi matakuliah
itu belum dikomunikasikan dengan visi, misi dan program studi atau jurusan yang
mengembangkan matakuliah itu.Langkah kedua, setelah informasi materi dianggap
memadai, maka ada beberapa alternatif yang mungkin dilakukan oleh seorang dosen
atau guru untuk mendesain materi perkuliahan atau pembelajaran yang relatif
siap disajikan atau di-share kepada mahasiswa.
Alternatif Pertama Mendesain
Materi
Desain materi dalam bentuk satu
daftar topik-topik materi yang tersusun secara naratif dan linier sesuai dengan
urutan atau skuensi topik bahasan yang diinginkan. Contoh dibawah ini, daftar
topik-topik bahasan relatif global.
Contoh:
Matakuliah
: Penelitian Sastra
Bobot
: 2 (dua) sks
|
Sejarah Perkembangan Penelitian
Sastra
Paradigma Penelitian Sastra
Pendekatan, Teori, Metodologi,
Metode dan Tekhnik
Teori Penelitian Sastra I:
Teori Strukturalisme I
Teori Penelitian Sastra II
Teori Strukturalisme II Robert Stanton
Teori Penelitian Sastra III
Teori Strukturalisme Genetik I
Teori Penelitian Sastra IV
Teori Strukturalisme Genetik II Lucian Goldmann
Teori penelitian sastra V teori
|
Alternatif kedua mendesain materi
Di samping mendesain materi dalam
bentuk linier, alternatif kedua adalah dalam sebuah gambar yaitu peta konsep
(concept map).
2. PETA KONSEP
Peta konsep adalah merupakan
diagram yang menunjukan hubungan antara konsep-konsep yang mewakili
pembelajaran. Peta konsep juga diartikan tampilan dari sebuah gambar atau bagan
tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan tabiat ilmu
pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik bahasan
yang diinginkan.
a. Langkah-Langkah Membuat
Peta Konsep
Untuk mendesain materi
perkuliahan untuk satu semester dalam bentuk sebuah peta konsep, ada beberapa
langkah yang mutlak dilakukan khususnya bagi dosen pemula, dosen asisten atau
dosen.
Brainstormingatau curah gagasan,
Menentukan 8-12 konsep (topik)
besar (major) atau utama,
Menulis dan menyusun
konsep-konsep dalam satu bentuk gambar,
Menghubungkan konsep-konsep
dengan garis,
Memberi label di atas garis
panah.
Langkah
pertama melakukan Brainstormingatau curah gagasan, anda berusaha
menuangkan segala topik atau konsep yang berkaitan dengan materi mata kuliah
dengan leluasa, bebas tanpa beban takut salah. Seperti ketika
melakukan Brainstorming atau curah gagasan untuk mata kuliah Kritik
Sastra/ Naqd al-Adab, si dosen mencurahkan semaksimal mungkin segala
konsep, ide, topic terkait, seperti:
Sastra/al-Adab
Novel
Cerpen
Drama
Puisi/al-Shi`r
al-Nasr/Prosa
kritik/al-Naqd
Semantik
Semiotik
Strukturalisme
Langkah kedua, setelah
melakukan Brainstorming atau curah gagasan, Anda menyeleksi
konsep-konsep atau topik-topik dari dua puluh delapan menjadi sekitar 8 sampai
12 konsep yang lebih besar. Dalam penyeleksian konsep-konsep, mungkin ada
beberapa konsep yang bisa dicarikan jenisnya atau konsep yang lebih besar.
Konsep novel, cerpen, drama, puisi dan prosa dapat dijadikan dalam satu konsep
yang lebih besar yaitu konsep sastra. Sebagai hasil seleksi konsep
yang lebih besar, umpamanya dapat disebut sebagai berikut:
Ma`na al-Naqd wa al-Adab
Ma al-Shi`r wa al-Nashr
Metode Strukturalisme
Metode Genesis Strukturalisme
Langkah ketiga, setelah
menyeleksi atau mensortir konsep-konsep menjadi lebih besar yang terdiri dari
sekitar 8 sampai 12 konsep, Anda menggambar satu peta konsep dalam satu
halaman. Jika anda melihat peta bumi yang memuat nama-nama kota besar.
Langkah keempat, setelah
menggambar satu peta konsep, anda memberi tanda hubungan arah antara
konsep-konsep sebagaimana anda menemukan pada peta bumi yang memuat garis
penghubung antara nama-nama kota besar. Dalam peta konsep anda melihat hubungan
panah antara nama-nama konsep besar.
Langkah kelima atau
terakhir, setelah memberi tanda hubungan arah antara konsep-konsep, anda mutlak
memberi makna pada garis penghubung atau satu label di atas tanda panah. Label
ini menjadi penjelas sifat hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Setelah semua garis panah memiliki label, maka sebuah peta konsep dinyatakan
telah jadi sebagai draft permulaan.
b. Bagaimana Memperbaiki Peta
Konsep (Concept Map)
Untuk memperbaiki draft sebuah
peta konsep, ada beberapa langkah yang sebaiknya dicoba. Perbaikan bisa
bersifat tekhnis atau substansi. Untuk memperbaiki hal-hal yang tekhnis, anda
kembali memeriksa peta konsep untuk memastikan point-point di bawah ini.
Pastikan semua konsep sebagai
konsep besar atau utama.
Pastikan semua telah memiliki
hubungan antar konsep.
Apa yang terjadi jika Anda
memindahkan konsep “X” ke tempat lain?
Apa yang terjadi jika And
memindahkan “Y” ke tempat lain?
Apa yang terjadi jika Anda
mengubah arah panah?
Apakah bentuk peta konsep ini
yang terbaik?
Untuk memperbaiki hal-hal yang
substansi, Anda kembali memerisa peta konsep untuk memastikan point-point di bawah
ini.
Pastikan semua label antara
konsep bersifat substansi, mungkin hubungan itu besifat kausalitas
(sebab-akibat), logis atau substansial.
Apakah peta konep itu telah
menggambarkan tabiat (natural0 bangunan struktur ilmu itu,
Bisa juga dengan membandingkan
denga karakteristik bentuk gambar yang lain,
seperti Flow-Chart atau Mind Map.
c. Karakteristik Concept Map
Salah satu perangkat
pengorganisasian bahan ajar disebut dengan “Concept Map” atau peta konsep.
Dalam konteks pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar untuk satu
semester tertentu, Concept Map dapat digunakan sebagai cara untuk
membangun struktur pengetahuan para guru dalam merencanakan bahan ajar.
Desain bahan ajar
berdasarkan concept Map ini memiliki karakteristik khas. Pertama, ia
hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama), kedua,
ia memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang
lain. Ketiga, ia memiliki LABEL yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan
antara konsep-konsep. Keempat, desain itu terwujud sebuah DIAGRAM atau PETA
yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar
yang penting.
Concept Map sebagai satu
tekhnik telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Tekhnik Concept
Map ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumpition)
David P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning)
terjadi dengan mudah apabila kosep-konsep baru proses balajar terjadi bila
siswa mampu mengasimilasi pengetahuan yang ada dia miliki dengan pengetahuan
yang baru.
Berkaitan dengan mendesain bahan
ajar, tekhnik Concept Map ini memberikan sejumlah
keuntungan. Pertama, sesuai dengan tabiatnya, ia akan memberikan
visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam
otak guru ke dalam kertas yang dapat dilihat secara empiris. Perpresentasi yang
ada di atas kertas (baca:peta konsep) adalah satu gambar yang utuh yang saling
berhubungan antara satu konsep/topic/materi dengan konsep/topic/materi yang lain. Kedua,
gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain;
mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah atau dua arah yang bertolak
belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan intensif atau
garis terputus-putus yang menunjukkan hubungan yang
jarang. Ketiga, Concept map memberikan bunyi hubungan dinyatakan
dengan kata-kata yang menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep
denagn konsep yang lain baik itu utama atau pendukung.
d. Karakteristik Tehnik Concept
Map
Ada beberapa karakteristik
sebagai teknik mendesain bahan ajar, yaitu:
Biasanya berstruktur hirarkis,
dengan lebih inklusif, konsep-konsep general di bagian atas kemudian kurang
inklusif, konsep-konsep khusus diletakkan di bagian bawah peta
Kata-kata yang menghubungkan
selalu ada di atas garis-garis yang mneghubungkan konsep-konsep.
Concept Map mengalir dari atas ke
bawah halaman. Tanda panah digunakan untuk menunjukkan arah hubungan.
Sebuah Concept Map representasi
atau gambaran pemahaman seseorang tentang sebuah masalah (mata pelajaran, topik
persoalan).
Kekuatan Concept Map berasal dari
inter-koneksi diantara dan antara konsep-konsep.
Perasaan seseorang mungkin
terekspresikan ke dalam sebuah Concept Map dengan memasukkan konsep-konsep yang
bernada empatis tentang sebuah konsep atau perasaan tidak suka terhadap sebuah
konsep, atau perasaan stress, seperti ketakutan, kemarahan, kesenanagan,
ketertekanan dll..
e. Urgensi Concept Map
Ada beberapa urgensi concept
map ditinjau dari beberapa kepentingan ide-ide yang berhubungan.
Artinya, Concept map merupkan satu bentuk diagram atau gambar
visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan, kedua, concept map mampu
menunjukkan arti hubungan-hubungan itu dalam bentuk label.
Ø Concept
Map Bisa Digunakan Untuk Tekhnik Mengajar:
Ada beberapa kegunaan Concept map
sebagai tekhnik mengajar, yaitu:
Ia bisa digunakan untuk
memperkenalkan mata pelajaran. Ia bisa digunakan guru untuk memperkenalkan mata
pelajarannya secara utuh keseluruhan materi dalam satu lembar dalam bentuk
gambar dan dalam waktu yang sama.
Ia bisa digunakan sebagai dasar
untuk merencanakan pemilihan urutan materi perkuliahan. Seorang guru dengan
leluasa dapat merencanakan pemiliha secara berurutan konsep-konsep yang akan di
sampaikan di dalam proses pembelajaran.
ia bisa berpern sebagai satu
PANDUAN proses pembelajaran materi-materi perkuliahan, sehingga menjaga TIDAK
terjadi kesesatan penyampaian bahan ajar yaitu tidak keluar dari peta
perjalanan mata pelajaran.
ia juga mendapat konsistensi
pengontrolan penyampain materi dan menjaga batas-batas informasi luar masuk
kedalam mater-bahan ajar.
ia dapat membuat transisi antar
unit bahan ajar karena ia dengan mudah dapat menunjukkan letak konsep-konsep
sehingga dengan mudah seorang guru dapat membuat skala prioritas penyampain
bahan ajar.
Daya ingat akan gambar jauh lebih
kuat bertahan dalam otak dibandingkan dengan mengingat susunan kalimat.
Ia dapat juga beperan untuk
meringkas bahan ajar. Karena ia hanya menunjukkan butir-butir penting tentang
materi bahan ajar.
ia juga dapat digunakan sebagai
alat pertimbangan dalam PEMILIHAN strategi-strategi pembelajaran yang tepat.
Karena konsep-konsep yang tertera dalam concept mapo dapat juga menunjukkan
bobot informasi yang dikandungnya.
Ø Concept Map Dapat
Digunakan Untuk Strategi Belajar Bermakna
Ada beberapa kegunaan Concept map
sebagai strategi belajar siswa :
Ia dapat sebagai sarana belajar
denagn membandingkan konsep map-konsep siswa dengan guru. Seorang guru dapat
melakukan evaluasi terhadap sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi
perkuliahan yang akan atau/dan telah disampaikan. Karena peta-peta yang telah
dihasilkan dapat menunjukkan tingkat penguasaan apa lagi jika dibandingkan
dengan concept map yang baru dibuat guru.
Ia dapat digunakan sebagai CARA
LAIN mencatat pelajaran sewaktu belajar. Siswa dapat menggunakannnya sebagai
alternative cara membuat catatan kelas yang biasanya bersifat naratif, kadang
relatif panjang dan berpikir linier. Ini belajar aktif INDIVIDUAL.
Ia dapat juga digunakan siswa
secara INDIVIDUAL sebagai alat belajar dengan membandingkan peta konsep yang
dibuat di awal denagn diakhir sebuah kelas. Siswa melakukan penilain mandiri
terhadap sejauh mana penguasaan terhadap BAHAN AJAR dengan mencoba melihat
perbedaan antara dua peta konsep yang dibuat di awal perkuliahan dengan di
akhir perkuliahan.
Concept map dapat meningkatkan
DAYA INGAT siswa dalam belajar. Siswa belajar semakin efektif dan efisien
karena siswa belajar berpikir reduktif dengan merangkum informasi yang banyak
ke dalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan ke dalam sebuah diagram
atau gambar yang mengcover keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari. Daya
ingat pikiran kan sebuah gambar jauh lebih kuat dibandingkan dengan mengingat
sebuah susunan kalimat.
Ø Guna Concept Map
Dalam Pembelajaran
Disampin urgensi di atas, Concept
Map dapat juga digunakan dalam pembelajaran bila dilihat dari SEBELUM dan
SESUDAH siswa mengetahui tekhnik pembuatannya. Seorang guru mungkin menggunakan
Concept Map sebagai tekhnik untuk beberapa kesempatan, (sebelum siswa
mengetahui langkah-langkah membuat konsep map), yaitu:
Persiapan desain materi untuk
semester. Anda akan menemukan Concept map dapat mempetakan konsep-konsep utama
yang akan diajarkan selama satu semester dengan menunjukkan organisasi
konseptual mata pelajaran. Cuma Concept map ini tidak mencatumkan konsep-konsep
kecil atau minor.
Persiapan mengajar persepsi.
Mempetakan konsep-konsep informasi yang akan diajarkan di dalam
pertemuan-pertemuan akan membantu guru menghubungkan rincian BAHAN AJAR ke
dalam bingkai konsep utama.
Persiapan mengajar per-topik
bahasan. Pembuatan peta konsep pertopik bahasan mata pelajaran akan membantu
guru menunjukkan kepada siswa letak hubungan konsep-konsep per-topik ke atau
dengan bingkai konsep utama khususnya dalam pertemuan per-sesi kelas.
Menghubungkan sesi kelas dengan
tutorial, laboratorium atau studi tour misalnya atau seminar. Kegiatan
tutorial, laboratorium dan seminar-seminar adalah kegiatan yang menjabarkan
atau memperjelaskan atau memperluas atau memperdalam materi-materi yang
didapatkan sewaktu kelas. Concept map akan membantu siswa memahami hubungan
penting antara kelas di dalam kelas dengan kegiatan tutorial, laboratorium atau
seminar-seminar. Contoh: Concept map kan menjelaskan posisi antara kelas teori
di dalam kelas dengan praktek di laboratorium.
Menghubungkan kelas sebelumnya
dengan kelas yang akan diajarkan. Concept map dapat digunakan untuk menunjukkan
urgensi dan posisi hubungan konsep-konsep yang akan diajarkan. Sehingga siswa
akan lebih mudah mengikuti materi pelajaran karena mereka mencoba memahami
hubungan antara konsep-konsep yang berhubungan.
Apabila siswa telah mengetahui
cara membuat concept map, seorang guru dapat memanfaatkannya untuk beberapa
kesempatan aktifitas pembelajaran:
Membuat rangkuman teks bacaan
sebagai alternatif cara belajar seorang guru mungkin meminta siswanya untuk
membuat satu rangkuman dalam bentuk concept map hasil bacaan mereka dari
sejumlah buku yang ditentukan untuk dibaca. Bahakn anda mungkin meminta concept
map siswa sebelum mulai kelas. Hal ini akan mendorong siswa membaca sebelum kelas.
Menentukan pemahaman sebelumnya.
Sebelum anda mengajarkan sebuah topic, anda mungkin meminta siswa membuat
sebuah concept map tentang sejumlah konsep untuk memastikan anda sejauh mana
siswa telah mengetahui topik itu. Keperdulian guru terhadap prior knowledge siswa
membuat guru mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Melokasi kesalahan pengertian.
Dengan meminta siswa membuat satu concept map sebelum atau sesudah diajarkan
materi-bahan ajar dapat memberi perhatian kepada anda (guru) tentang
kesalahan-pahaman ini dapat juga digunakan untuk memberi informasi kepada sesi
kelas berikutnya.
Mengembangkan rangkuman
tugas-tugas semester. Setelah siswa anda memahami mata pelajaran yang
dikembangkan, pengetahuan mereka semakin berkembang dan mereka akan dapat
membuat koneksi-koneksi antara konsep-konep. Concept map mereka akan
memantulkan perkembangan pemahamannya.
Merangkum catatan-catatan ceramah
kelas. Dengan tekhnik concept map ini mendorong siswa mem-peta-kan
catatan-catatan kelasnya. Demikian itu membuat siswa merasa bertanggungjawab
terhadap belajarnya.
membuat kertaskerja-kertas kerja.
Kadangkala siswa menemukan kesulitan dalam merencanakan dan mengurutkan
informasi yang mereka akan sajikan dalam sebuah tugas kelas. Dengan mem-peta-kan
tugas itu dapat membantu mereka mengurutkan materi dan melahirkan satu makalah
yang utuh dan koheren.
Evaluasi dan penilaian. Anda
mnugkin meminta mahasiswa mem-peta-kan sejumlah konsep sebagai bagian dari
ujian, kuis, atau ujian (dibawa pulang0. menurut Concept map adalah salah satu
tekhnik diagnostik yang ekselen.
f. Keuggulan Concept Map
Keunggulan CONCEPT
MAP terletak pada pemahaman yang terwakili di dalam concept
map yang dihasilkan, pada proses pembuatan concept map-concept
map,dan di dalam potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih antara
guru dengan siswa. :
a. Berbagi
pemahaman
CONCEPT MAP adalah
satu tekhnik pendidikan yang penuh kekuatan karena baik siswa
maupun guru dapat membuat dan berbagi concept map-concept map agar tercipta
berbgai pengertian/pemahaman tentang topic. Dalam realitas, sesorang mungkin
berusaha menjelaskan struktur kognisinya denagn banyak cara, termasuk narasi
bicara, ringkasan tertulis, dan pembicaraan formal dan informal. Keterbatasan
format-format itu terletak pada garis lurus yang membatasi kapasitas untuk
menggambarkan secara utuh hubungan-hubungan yang dibuat seseorang antara dan
diantara konsep-konsep. Denagn sebuah CONCEPT MAP, hubungan diantara
dan antara secara eksplisit dinyatakan dan semua inter-koneksi diantara satu
konsep dengan yang lain di dalam peta konsep dapat dilihat pada sekaligus.
b. Proses
Pembuatan CONCEPT MAP
Proses aktualisasi pemetaan
konsep-konsep menuntut individu untuk menetukan hirarki konsep-konsep, memilih
konsep-konsep untuk disaling-hubungkan , dan melukiskan tabiat yang tepat
kesaling-hubungan diantara konsep-konsep itu. Sesaat menghasilkan sebuah peta
konsep, ini adalah sebuah proses actual pengkonstruksian peta yang mendororng
siswa mengkonstruksikan arti-arti.
c. Hubungan
Concept Map dapat membantu
memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan antara guru (yang lebih
berkuasa) dengan siswa (yang kurang berdaya). Dalam pandangan siswa, ada dua
potensi penting dalam satu keadaan yang kurang berdaya dari pada guru yang
lebih berkuasa;
1) menahan usaha-usaha
hegemonitas guru
2) melepaskan semua
tuntutan untuk berkuasa, melepaskan pengawasan (kontrol) dan rasa tanggungjawab
hanya semata di tangan guru.
Proses pemetaan konsep memberikan
siswa sejumlah kemerdekaan. Mengurangi kemungkinan siswa melawan dan
mensabotase atau tergantung pasif.
Fungsi Pendidikan Nasional
FUNGSI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang merupakan suatu
tanggung jawab pemerintah dalam program wajib bagi pemerintah untuk
menjalankannya agar masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang buta huruf.
Pendidikan itu sendiri memiliki berbagai fungsi yang sangat penting. Salah satu
fungsi pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah
al-insya’ ( menumbyhkan atau mengaktualisasikan potensi ).
Pendidikan tidak hanya berfunfsi sebagai wadah untuk menambah ilmu saja,
tapi juga berfungsi sebagai pengembangan potensi yang dimiliki oleh seseorang,
selain itu juga merupakan pewarisan budaya dan sebagai interaksi antara potensi
dan budaya.
Banyak sekali fungsi pendidikan itu dalam hidup kita, jado sebagai
masyarakat Indonesia dan muslim kita haruslah mengutamakan pendidikan kita,
agar kita bisa menjadi masyarakat yang bisa membuat bangsa kita bangaa memiliki
Sumber Daya Manusia yang berpendidikan.
B.
Fungsi Pendidikan
1.
Fungsi Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap ( Bab II pasal 3 ayat 1-6).
Butir – butir dalam tujuan nasional tersebut
terutama yang menyangkut nilai – nilai dan berbagai aspeknya,sepenuhnya adalah
nilai nilai dasar ajaran
islam, tidak ada yang bertentangan dengan tujuan pendidikan islam. Oleh karena itu, berkembangnya
pendidikan islam akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan rnasional dimaksud.[1]
Dalam
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada bab II
pasal 3 disebutkan bahwa :
“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”[2]
1.
Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi
Fungsi
pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al in
–sya’( menumbuhkan atau mengaaktualisasikan potensi ). Asumsi tugas ini
adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemajuan, sedangkan pendidikan merupakan
proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi potensi tersebut. Pendidikan berusaha untuk menampakkan (
aktualisasinsi ) potensi potensi laten tersebut yang dimiliki oleh setiap
peserta didik.[3]
Dalam islam,
potensi laten yang dimiliki manusia banyak
ragamnya . Abdul Mujib menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia,
yaitu sebagai berikut :
a.
Al – Fitrah ( Citra Asli )
Fitrah
merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk, dimana
aktualisasinya tergantung pilihannya. Fitrah yang baik merupakan citra asli
yang primer, sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra asli yang sekunder.
Citra unik tersebut sudah ada sejak awal penciptaanya. Fitrah ini ada sejak
zaman azali dimana penciptaan jasad
manusia belum ada.Seluruh manusia mempunyai fitrah yang sama, meskipun prilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling essensial adalah
peneriman terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di bumi.
Dalam studi Qurani, ketika dikorelasikan dengan kalimat lain mempunyai banyak makna antara lain :
1)
Fitrah berarti suci ( ath
thur ) yaitu kesucian psikis yang terbebas dari dosa dan warisab dari penyakit
ruhaniyah.
2)
Fitrah berarti potensi
ber-islam ( islamy .Abu H urairah
mengemukakan bahwa fitah ini berarti
beragama islam.
3)
Fitrah berarti mengakui keesaan Allah ( tauhid Allah ). Manusia
lahir membawa potensi tauhid yang cendrung mengesakan Tuhan, dan berusaha secara terus menerus mencari dan mencapai ketauhidan.
4)
Fitrah berarti kondisi
selamat dan kontinuitas.
5)
Fitarah berarti perasan yang
tulus ( ikhlas ). Manusia lahir dengan membawa sifat baik.Diantara sifat itu adalah ketulusan dan kemurnian
dalam melakukan aktivitas.
6)
Fitrah berarti kesanggupan
atau predisposisi untuk melakukan kebenaran.
7)
Fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk
beribadah dan makrifat kepada Allah.
8)
Fitrah berarti ketetapan atau taqdir asal manusia mengenai ke bahagiaan
dan kesengsaraan hidup.
9)
Fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia.
10)
Fitrah berarti sifat sifat Allah S. W.T yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan. Bentuk bentuknya adalah
asmaul husna yang berjumlah 99 nama yang indah.Tugas manusia adalah
mengaktualisasikan fitrah asmaul husna tersebut dalam kepribadiannya.
11)
Fitrah dalm beberapa hadis memiliki arti takdir.[4]
Berdasarkan
pengertian di atas, fitrah dapat diartikan dengan Citra asli yang dinamis yang
terdapat pada sistem-sistem psikofisiologis manusia, dan dapat diaktualisasikan
dalam bentuk tingkah laku.
Pendapat lain
mengatakan bahwa jenis fitrah ini memiliki banyak dimensi, tetapi dimensi yang
terpenting adalah sebagai berikut:
a)
Fitrah agama
Ini
dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi:
øÎ)ur xs{r&
y7/u .`ÏB
ûÓÍ_t/ tPy#uä
`ÏB óOÏdÍqßgàß
öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur
#n?tã öNÍkŦàÿRr&
àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/
( (#qä9$s%
4n?t/ ¡ !$tRôÎgx©
¡ cr&
(#qä9qà)s? tPöqt
ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ)
$¨Zà2 ô`tã
#x»yd tû,Î#Ïÿ»xî
ÇÊÐËÈ
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi".
(kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",
b)
Fitrah intelek
c)
Fitrah sosial
d)
Fitrah susila
e)
Fitrah ekonomi
f)
Fitrah seni
g)
Fitrah kemajuan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihargai, kawin,
cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
b.
Struktur Manusia
Struktur adalah satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur
yang bersifat relatif stabil, menetap, dan abadi. Struktur manusia terdiri atas
tiga macam, yaitu :kalbu, akal, dan hawa nafsu.
Struktur jasmani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Adanya di alam dunia/jasad (materi) atau alam penciptaan (khalq),
yang tercipta secara bertahap atau berproses dan melalui perantara.
2)
Memiliki bentuk, rupa, kadar, dan bisa disifati, yang naturnya
buruk dan kasar, bahkan mengejar kenikmatan syahwati.
3)
Memiliki energi jasmaniah yang disebut dengan al-hayah ) nyawa/
daya hidup), yang eksistensinya tergantung pada makanan yang bergizi.
4)
Eksistensinya menjadi wadah ruh
5)
Terikat oleh ruang dan waktu
6)
Hanya mampu menagkap suatu bentuk konkret dan dan tak mampu
menangkap yang abstrak
7)
Substansinya temporer dan hancur setelah kematian.
8)
Dapat dibagi-bagi dengan beberapa komponen.[5]
Struktur ruhani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Adanya dialam arwah ( immateri ) atau alam perinytah ( amar (, yang
tercipta secara langsung dari Allah tanpa melalui proses graduasi.
2)
Tidak memiliki bentuk, rupa, kadar, dan tidak dapat disifati, yang
naturnya halus dan suci ( cenderung berislam atau bertauhid) dan mengejar
kenikmatan ruhaniah.
3)
Memiliki energi ruhaniyah yang disebut dengan al amanah
4)
Eksistensi energi ruhaniyah tergantung pada ibadah, yang memotivasi
kehidupan dunia manusia.
5)
Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
6)
Dapat menangkap beberapa bentuk yang konkret dan abstrak.
7)
Substansinya abadi tanpa ada kematian
8)
Tidak dapat dibagi-bagi karena satu keutuhan.
Struktur nafsani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Adanya di alam jasad dan ruhani, yang terkadang tercipta secara
bertahap atau berproses dan terkadang tidak.
2)
Antara berbentuk atau tidak, berkadar atau tidak dan bisa disifati
atau tidak yang naturnya antara baik buruk, halus kasar, dan mengejar
kenikmatan ruhaniah jasmaniah
3)
Memiliki energi ruhaniah jasmaniah
4)
Eksistensi energi nafsani tergantung pada ibadah dan makanan
bergizi
5)
Eksistensinya aktualisasi atau realisasi diri.
6)
Antara terikat atu tidak mengenai ruang dan waktu.
7)
Dapat menangkap antara yang konkret dengan yang abstrak, satu
bentuk atau beberapa bentuk, yang substansinya antara abadi dan temporal.
8)
Antara dapat dibagi-bagi atau tidak.[6]
Struktur kalbu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Secara jasmaniah berkedudukan di jantung
2)
Daya yang dominan adalah emosi ( rasa) atau efektif, yang
diakhirnya melahirkan kecerdasan emosional.
3)
Mengikuti natur ruh yang berketuhanan ( ilahiyah)
4)
Potensinya bersifat dzawqiyah ( cita rasa ) dan hadsiah ( intitif )
yang sifatnya spiritual.
5)
Berkedudukan pada alam supra sadar atau atas sadar manusia.
6)
Intinya religiusitas, spiritualitas, dan transendensi.
7)
Apabila mendiminasi jiwa manusia maka menimbulkan kepribadian yang
tenang.
Akal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Secara jasmaniyah, berkedudukan di otak.
2)
Daya yang dominan adalah kognisi yang akhirnya melahirkan
kecerdasan intelektual.
3)
Mengikuti antar natur ruh dan jasad yang berkedudukan pada alam
kesadaran manusia.
4)
Intinya isme-isme seperti humanisme, kapitalisme, sosialisme, dan
sebagainya.
5)
Apabila mendominasi jiwa manusia maka menumbulkan kepribadian yang
labil.
Hawa nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Secara jasmaniyah, berkedudukan diperut dan alat kelamin.
2)
Daya dominan adalah konasi atau psikomotorik, yang akhirnya
melahirkan kecerdasan kinestetik.
3)
Mengikuti natur jasad yang hayawaniyah, baik yang jinak maupun yang
buas.
4)
Petensinya bersifat indrawi yang sifatnya empiris.
5)
Berkedudukan pada alam pra atau bawah sadar manusia.
6)
Intinya produktivitas, kreativitas, dan konsumtif.
7)
Apabila mendominasi jiwa manusia, maka ia menimbulkan kepribadian
yang jahat.[7]
c.
Al- Hayah ( Vitality )
Hayah adalah daya, tenaga, energi, atau vitalis hidup manusia yang
karenanya manusia dapat bertahan hidup. Al hayah ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1)
Jasmani yang intinya berupa nyawa (al-hayah), atau energi fisik (ath
thaqat al-jismiyyah ) atau disebut ruh jasmani. Bagian ini amat tergantung pada
susunan sel, fungsi kelenjar, alat pencernaan, susunan syaraf sentral.
2)
Ruhani yang intinya berupa amanat dari Tuhan (al-amanah
al-ilahiyyah) yang disebut juga ruh-ruhani. [8]
d.
Al- Khuluq ( Karakter)
Khuluq adalah
kondisi bathiniyah bukan kondisi lahiriyah individu yang mencakup ath-thab’u dan
as sajiyah. Orang yang ber khuluq dermawan lazimnya gampang memberi uang pada
orang lain, tetapi sulit mengeluarkan uang pada orang lain yang digunakan untuk
maksiat. Sebaliknya orang yang ber-khuluq pelit lazimnya sulit mengeluarkan
uang. Khuluq bisa disamakan dengan karakter yang masing-masing individu
memiliki keunikan sendiri.
e.
Ath-Thab’u ( Tabiat )
Tabiat yaitu
citra batin individu yang menetap. Menurut Ikhwan Ash Shafa, tabiat adalah daya
dari nafs kulliyah yang menggerakkan jasad manusia. Berdasarkan pengertian
tersebut, ath-thab’u ekivalen dengan temprament yang tidak dapat diubah, tetapi
di dalam Al-quran , tabiat manusia mengarah pada perilaku baik atau buruk,
sebab al qur’an merupakan buku pedoman yang menuntut manusia berprilaku baik
dan menghindari dari perilaku buruk.
Dalam psikologi
temprament adalah disposisi reaksi seseorang. Ia juga konstitusi psikis atau
Aku-nya psikis yang erat kaitannya dengan konstitusi fisi yang dibawa sejak
lahir, sehingga hereditas sifatnya. Misalnya temprament sanguinikus yang
mempunyai sifat dominan darah, sehingga menimbulkan sifat gembira, suka
berubah.[9]
f.
As- Sajiyah ( Bakat )
As sajiyah
adalah kebiasaan individu yang berasal dari hasil integritas antara karakter
individu dengan aktivitas- aktivitas yang diusahakan. Dalam terminologi psikis
sajiyah diterjemahkan dengan bakat yaitu kapasitas, kemampuan yang bersifat
potensial. Ia merupakan salah satu faktor yang ada pada indivudu sejak awal
dari kehidupan, yang kemudian menimbulkan perkembangan keahlian, kecakapan,
keterampilan, dan spesies tertentu.
g.
As-Sifat ( Sifat- Sifat )
Sifat yaitu
satu ciri khas individu yang relatif menetap, secara terus menerus dan
konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Sifat- sifat totalitas
dalam diri individu dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu, deferensiasi, regulasi, dan integrasi.
h.
Al-‘Amal ( perilaku )
Amal ialah tinglah laku lahiriyah individu yang tergambar dalam
bentuk perbuatan nyata. Hukum fiqh memiliki kecendrungan melihat aspek lahir
dari kepribadian manusia, sebab yang lahir itu mencerminkan yang bathin,
sementara hukum tasawuf lebih melihat pada aspek bathiniyah.
2.
Pendidikan Sebagai Pewarisan Budaya
Tugas
pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya islami. Dalam
pendidikan islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
:
a.
Nilai Ilahiyah
Nilai yang dititihkan Allah SWT melaui para rasul- Nya yang
diabadikan pada wahyu. Nilai itu tidak mengalami perubahan karena mengandung
kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan anggota masyarakat, tidak
berubah karena mengikuti hawa nafsu. Konfigurasi nilai ini dimungkinkan
dinamis, walaupun nilai instrinksinya tetap abadi.
b.
Nilai Insaniyyah
Nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan
berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang
keberlakuannya relatif dan dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai insani
kemudian melembaga menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dan
mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
Tugas pendidikan
adalah bagaimana pendidik ammpu melestarikan dan mentransformasikan nilai
Ilahiyyah kepada peserta didik. Nilai Ilahiyyah harus diterima sebagai suatu
kebenaran mutlak tanpa ada upaya ijtihad. Sedangkan untuk nilai insaniyyah,
tugas pendidikan senantiasa melakukan inovasi dan menumbuhkan kreatifitas diri
agar nilai itu berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Keberadaan peradaban
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari lahirnya islam. Islam lahir dengan
membawa sejuta peradaban dan kebudayaan masyarakat. Pokok pangkal dari
keistimewaan ini karena pinsip dan identitas yang mengaturnya justru menjadi
hukum dasar yang mengatur fitrah manusia itu sendiri, juga mengatur kehidupan
masyarakat, bahkan pada hakikatnya mengatur semua yang ada.
Hukum dasar ini
mengandung kepastian dan keabadian, sedangkan sifat perkembangan dan perubahan
masyarakat tercakup dalam jangkauan pasal-pasal pengaturnya. Budaya yang baik
adalah, budaya yang mendekati cita-cita ideal dalam agama, sementara agama yang
populer adalah agama yang dapat diwujudkan dan diaplikasikan dalam kehidupan
berbudaya.[10]
Mempelajari dan
memperhatikan pendidikan sebagai pusat kebudayaan diharapkan akan memperoleh
manfaat ganda. Pertama, sebagai
guru/dosen dapat menciptakan lingkungan pendidikan dimana ia bekerja dan
memperoleh nafkah serta mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan. Kedua, sebagai
guru/dosen dapat membantu peserta didik agar dapat menghayati bahwa lingkungan
pendidikan adalah pusat kebudayaan.[11]
3.
Interaksi Antara Potensi dan Budaya
Manusia sevara potensial mempunyai potensi dasar yang harus
diaktualkan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan islam. Aplikasi
peradaban dan kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan
potensi dasar manusia. Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan
tempat dalam proses pendidikan dan jangan sampai salah satunya ada yang
diabaikan. Tanpa interaksi tersebut harmonisasi kehidupan akan terhambat.
Untuk harmonisasi
interaksi antara potensi dan budaya, diperlukan adanya intervensi eksternal
yang datang dari Sang Maha mutlak karena baik pengembangan potensi maupun
pewarisan budaya, keduanya memiliki tingkat relativitas yang tinggi. Hidayah
Allah sangat membantu manusia dalam menemukan jati dirinya.
Adam As telah
menggunakan semua potensinya, bahkan telah menguasai seluruh disiplin ilmu,
namun ia belum mampu menjaga eksistensinya yang baik, sehingga tergelincir dan
terlempar dari syurga. Adam As baru memiliki eksistensi sebenarnya ketika ia
diberi hidayah oleh Allah.
Muhammad Abduh
dalam tafsir Al-Mannar menyatakan bahwa hidayah Allah SWT terbagi atas empat
bagian, yaitu;
a.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan dan
manusia. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al wijdani.
b.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh indra hewan, dan manusia. Hidayah
ini disebut dengan alhidayyah al hawas.
c.
Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia, hidayah ini disebut
dengan al hidayyah al aqli.
d.
Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan yaitu hidayah
agama. Hidayah ini disebut dengan al hidayyah Ad din.[12]
Hubungan interaksi potensi dan budaya dapat juga dilihat dari
fungsi pendidikan agama Islam :
a.
Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta Akhlak Mulia
b.
Kegiatan Pendidikan dan Pengajaran
c.
Mencerdaskan kehidupan bangsa
d.
Fungsi semangat studi keilmuan dan iptek[13]
C.
Kesimpulan
1.
Fungsi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak
mulia, sehat, berilmu dan cakap ( Bab II pasal 3 ayat 1-6). Butir – butir dalam
tujuan nasional tersebut terutama yang menyangkut nilai – nilai dan berbagai
aspeknya,sepenuhnya adalah nilai nilai
dasar ajaran islam, tidak ada
yang bertentangan dengan tujuan pendidikan
islam
Ada tiga fungsi pendidikan dalam
kehidupan manusia muslim, yaitu:
2.
Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi
Fungsi pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah
al in –sya’( menumbuhkan atau mengaaktualisasikan potensi ).
Abdul Mujib
menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia, yaitu sebagai berikut :
a.
Al – Fitrah ( Citra Asli )
b.
Struktur manusia
c.
Al Hayah ( Vitality )
d.
Al-Khuluq (Karakter)
e.
Ath thab’u ( Tabiat)
f.
As sajiyah( bakat )
g.
As sifat ( sifat-sifat)
h.
Al ‘amal( perilaku)
3.
Pendidikan Sebagai Pewarisan Budaya
Tugas
pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya islami. Dalam pendidikan
islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a.
Nilai Ilahiyah
b.
Nilai insaniyah
4.
Interaksi Antara Potensi dan Budaya
Manusia sevara
potensial mempunyai potensi dasar yang harus diaktualkan dan dilengkapi dengan
peradaban dan kebudayaan islam
Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Mannar menyatakan bahwa hidayah
Allah SWT terbagi atas empat bagian, yaitu;
a.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan dan
manusia.
b.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh indra hewan, dan manusia.
c.
Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia.
d.
Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan yaitu hidayah
agama.
[2] Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (
Bandung,Citra Umbara, 2009),hal.64
[4]Ibid.,hal.70-71
[5] Ibid.,hal.73
[6]Ibid.,hal.74
[7]Ibid.,hal.75
[9]Ibid.,hal.77
[10]Ibid.,hal.79-81
[11] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000 ), hal. 105
[12]Opcit.,hal
81-82
[13]Abdul Rachman
Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa ( Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2005 ), Hal. 44-51