Novel : Bulan Mati di Javasche Orange
Novel kereeeen...!!! Bercerita tentang makna sebuah perjuangan, kesyahidan, dan tidak lupa kisah romantisme percintaan penuh syariat terangkum rapi dalam novel karya Afifah Afra ini, meski termasuk novel lama, namun ke-klasikannya memberikan jutaan inspirasi bagi kita.
Berikut sedikit-banyak sinopsisnya :
By: Reza Putra
By: Reza Putra
......Kisah ini bermula dari Mahmud Ali Syah, seorang muslim bangsawan keturunan Turki-Inggris. Ibunya adalah Lady Margareth, keturunan langsung Ratu Victioria dari Inggris dan ayahnay adalah seorang Turki bernama Nurdin Ali Syah. Bernama asli bernama Pangeran George. Begitu ibunya tahu ia terlibat dalam gerakan pan Islamisme yang menentang Kemal Pasya Attatruk di Turki, ia segera dikirim ke rumah pamanya di Hindia Belanda. Disanalah ia bertemu seorang gadis yang dulu menjadi penggemarnya di Oxford tentunya sebelum ia memeluk Islam dan berpindah ke Al-Azhar Kairo di Mesir. Johana Alexandra Rijkard, gadis putri William Rijkard, seorang pejabat Hindia Belanda inilah yang akhirnya membuat ia jatuh cinta dan akhirnya menikahinya. Sudah pasti yang paling cemburu ialah Raden Mas Anggoro Karto Saputro, seorang inlande yang diberi kesempatan untuk bergaul dengan orang Eropa, lulusan STOVIA dan Menteri RSU Negeri Jakarta yang tergila-gila pada Johana.
......Pernikahan Mahmud dan Johana membuat mereka harus tinggal di Puri Javasche Orange, sebuah pabrik gula di Banyumas untuk menjadi pimpinan. Di tempat itulah ia berinteraksi kembali dengan kecenderunganya terhadap pergerakan Islam melaluiHamzah Ikhwani seorang mandor yunior di Javasche Orange, seorang senior serta ustadz di Pesantren Al Ikhwan, yang juga berparas terlalu bule untuk inlande. Suparman, teman masa kecil Hamzah yang akhirnya memutuskan untuk menjadi komunis yang sekarang diburu oleh KNIL,10 tahun menghilang membawanya kembali ke kampung halaman secara diam-diam. Mengetahui adanya seorang meneer dan putri pejabat pemerintahan Hindia Belanda membuatnya nekat untuk menodongkan senjata pada Mahmud dan istrinya.
......Parman kembali bukan tanpa alasan, Ia ingin meminta tolong pada Hamzah untuk mencarikan 500 gulden sebagai bekal ia pergi ke Moskow, namun permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Hamzah, bukan hanya karena Parman dan teman-temannya pernah membunuh ratusan santri ketika mereka memberontak 13 November 1926 silam, juga karena mereka tidaklah satu akidah dan Hamzah akan terus menganggap sahabat masa kecilnya itu sebagai musuh Allah jika ia masih sebagai komunis. Permintaan 1000 gulden Parman ternyata juga tidak dipenuhi Mahmud meski ia mengancam membunuhnya. Akhirnya sebagai ganti, Parman menculik Johana Rijkard untuk ditebus dengan uang 1000 gulden. Mahmud yang tak berdaya segera menghubungi William Rijkard.
......William Rijkard, adlah sosok penting di Hindia Belanda, begitu pula bagi Hamzah. Hamzah adalah putra Azizah, seorang akhwat berpakain rapat kecuali muka dan telapak tangan. Dua puluh lima taun silam, muslimah sejati itu pernah bertemu William Rijkard. Sayangnya, pertemuan itulah yang membuat perih hati azizah. Muslimah ini selalu membuat William teringat akan Lady Margareth, wanita yang juga pernah ia cintai. Namun harapan itu pupus tatkala Lady Margareth menikah. Inner Bauty Aziziah yang lebih besar ketimbang Lady Margareth, kebencian dan kecemburuanya di masa lampau membuatnya khilaf hingga ia berani merebut secara paksa kesucian Azizah. Sembilan bulan setelah itu Hamzah lahir, bersamaan dengan kelahiran Hamzah, Azizah akhirnya wafat.
......Mengetahui berita penculikan Johana, yang tidal lain adalah adik satu ayahnya, Hamzah dengan pertimbangan yang amat berat akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan adiknya. Johana yang sedang disekap di sebuah rumah bambu di tengah hutan semakin takut ketika Parman dan teman-temanya hendak memperkosa dia meski akhirnya Hamzah tepat waktu datang sebagai penyelamat. Mereka sempat berkelahi sebelum mereka tersentak suara tembakan pasukan KNIL dari luar rumah. Pasukan KNIL tepat melacak persembunyian Parman berkat analisis Anggoro yang tentunya ikut datang tujuan menjadi ridder bagi Johanna yang akan terus ia kejar cintanya meski saat ini Johana telah bersuami. Hamzah sempat terkena tembakan di lenganya ketika Parman dan KNIL kontak senjata. Karena takut adiknya terluka, Hamzah dengan paksa membawa Johana pergi untuk diselamatkan.
......Johana sempat terpana ketika sesaat sebelum lari Hamzah mengatakah bahwa ia adalah kakaknya. Tapi bagi Johana inlande tetaplah inlande, yang licik dan tidak mudah dipercaya seperti halnya Anggoro. Namun Hamzah tetap tenang dan berwibawa dan sesungguhnya sifat kakak seperti itulah yang diinginkan Johana sejak dahulu karena ia anak tunggal. Sementara itu, Mahmud yang menunggu dengan resah ditanggap oleh KNIL karena dianggap terlibat pada kasus penculikan istrinya begitu pula Syaikh Abdul Wahab, pimpinan pondok pesantern Al Ikhwan. Meski akhirnya Mahmud dibebaskan oleh pamanya, Sayid Fattah yang juga seorang pengusaha besar dan penting bagi Hindia Belanda. Mahmud sempat dipenjara, dan disanalah ia kembali menemukan jati dirinya sebagai pejuang Islam setelah sholat Istiqarah dan itu membuatnya bertekad untuk menceraikan Johana dan kembali ke jalan dakwah bersama Hamzah.
......Di gua persembunyian,setelah berhasil mengeluarkan peluru dari lengan Hamzah lewat operasi primitif ketika Hamzah sholat, Anggoro datang untuk menyamatkan Johana yang tengah hamil 3 bulan, dan Hamzah yang dianggap sebagai penculik tanpa ampun ia tembak. Meski terluka, Hamzah berhasil kembali ke Pesantern AL Ikwan dan disana ternyata ia bertemu Mahmud yang bertekad berjuang bersamanya. Sementara Johana yang sempat gembira karena bebas kembali hancur hatinya setelah ia menerima surat perceraian dari Mahmud. Belum selesai Johanna menangis di pelukan ayahnya, tiba-tiba 4 orang bertopeng yang mengaku sebagai santri Al Ikhwan masuk rumah William Rijkard menodongkan senjata dengan dalih mencari diamana Syaikh Abdul Wahab ditahan. Namun nyatanya 4 orang itu malah merampok habis-habisan rumah William Rijkard dan mereka tidak lain adalah Parman dan teman-temanya yang memang dendam pada Pesantren Al Ikhwan dan ingin menyebarkan fitnah. Paginya tanpa ampun pasukan KNIL menyerbu pesantren Al Ikhwan. Puluhan santri tertembak. Mereka gugur sebagai syuhada. Sementara yang lain termasuk Hamzah dan Mahmud melrikan diri di sebuah desa. Semenjak itu, para santri terutama Hamzah dan Mahmud yang telah dikenal dicap sebagai buron. Fitnah Parman begitu semangat ditanggapi pemerintah.
......Ceramah Hamzah dan Syaikh Abdul Wahab sudah lam membuat kuping para penjajah panas dan mereka tinggal menunggu waktu dan alasan yang tepat untuk bisa menjatuhkan mereka. Tentu saja inilah waktu yang sangat tepat. Hamzah dan kawan-kawan bersembunyi di Desa Talhab. Ki Sandikrama,pemimpin Desa itu kenal betul dengan pesantren Al Ikhwan sehingga ia berani menyembunyikan Hamzah dan kawan-kawan karena ia yakin ini hanyalah fitnah belaka. Saat Hamzah,yang baru satu hari menikah dengan Rahmah di persembunyian beserta Mahmud telah pergi ke penjara Banyumas untuk menyelamatkan Syaikh Abdul Wahab, info yang ia dapat dari salah seorang penduduk desa, pasukan KNIL datang dan mengancam para penduduk desa Talhab untuk mengaku dimana mereka menyembunyikan buronan dan lagi-lagi KNIL mendapat informasi dari seorang penghianat. Salah satu pemuda karena takut dibunuh dan akan diberikan hadiah besar ajhirnya buka suara dan memberitahukan dimana para santri bersembunyi. KNIL bergerak segera menuju tempat para santri bersembunyi.
......Karena pemimpin mereka, Mahmud dan Hamzah tengah pergi, maka tidak ada lagi seeorang yang penuh wibawa kecuali Rahmah sebagai seorang mujahidah akhirnya memberanikan diri untuk memimpin para santri menyusun strategi mendadak menghadapi KNIL. Perjuanganya yang teramat keras telah dibayar oleh Allah dengan sebuah kesyahidan bersama santri-santri yang dipimpinya. Sementara itu, Hamzah meninggalkan Mahmud yang telah berhasil menyelamatkan Syaikh Abdul Wahab,meski Syaikh mulia itu wafat ditengah perjalanan untuk mencari jalan pulang ketika mereka tersesat, begitu kaget melihat Desa Talhab porak- poranda. Hatinya semakin perih tatkala ia dapati seorang berjilbab rapi mengerang kesakitan sedang merah darah membasahi krudung wanita itu. Rahma mengerang dan terus maanggil nama suaminya.
......Mata Hamzah basah sambil membelai jilbab istrinya yang basah oleh hujan dan darah sesudah mujahidah itu mengucapkan syahadat sebagai kata terakhirnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk antara sedih melihat kematian istrinya dan senang karena istrinya telah menjadi syahidah, Hamzah segera memeluk istri salehahnya itu dan membaringkanya secara layak. KNIL dan para santri yang tersisa teru beradu senjata. Mahmud menyusul ketika ia dapati Hamzah sudah berlumuran darah oleh peluru KNIL. Atas permintaan Hamzah yang terakhir, Mahmud akhirnya dengan sangat terpaksa pergi untuk menyelamatkan diri dan melanjutkan perjuangan seperti apa yang diamanahkan Hamzah. Hamzah sekarat, dan Kolonel Henry, yang memimpin penyerangan KNIL dengan bangga memperlihatkan sekarat orang yang mereka anggap sebagai pimpinan pemberontak kapada William Rijkard.
......Namun tak disangka, Wiliiam Rijkard tergonjang jiwanya saat melihat Hamzah, anak kandung yang tak pernah ia anggap itu tersiksa. Tak sadar ia mengangguk saat Hamzah sempat bertanya apakah ia ayahnya dan mau mengganggap ia sebagai anaknya. Gejolak jiwa yang luar biasa itu semakin menjadi-jadi ketika Hamzah syahid dengan wajah teduh. Kematian Hamzah membuatnya gelap mata. Tiba-tiba ia meraih senapan di samping Hamzah dan memuntahkan pelornya ke pasukan KNIL. Kolonel Henry,Anggoro, dan beberapa serdadu KNIL roboh dengan serangan mendadak itu. Begitu pula William Rijkard yang memutuskan untuk menembakkan pelor ke keningnya sendiri.
......Kapal Jurusan Port Said, 5 bulan kemudian. Dengan sorban putih dan jubah, Mahmud Ali Syah berdiri di tepi pagar geladak sebelum sebuah salam halus membuatnya menoleh. Seorang wanita berjilbab rapi, memperkenalkan diri sebagai Aisyah, namun Mahmud masih terpana karena dulu ia mengenal wanita itu sebagai Johana Alexandra Rijkard. Aisyah memeluk islam 3 bulan silam dan sekarang ia ingin pergi ke negara Rasulullah untuk membesarkan anaknya. Mahmud semakin terkejut ketika Aisyah mengatakan ini adalah anak hasil perkawinannya dengan seorang bernama George yang tidak lain adalah ia sendiri. Aisyah kembali mengucapkan salam, meninggalkan Mahmud yang masih terpana.
Alhamdulillah, semoga bermanfaat..
0 komentar:
Posting Komentar