PENGERTIAN ILMU TAUHID
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ilmu
Tauhid secara umum diartikan dengan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
menetapkan aqidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik
dalil naqli, dalil aqli maupun dalil perasaan (wujdan). Sarjana barat
menterjemahkan Ilmu Tauhid ke bahasa mereka dengan “Theologi Islam”. Secara
etimologi “Theologi” itu terdiri dari dua kata yaitu “theos” berarti “Tuhan”
dan “Legos” berarti ilmu. Dengan demikian dapat diartikan sebagai ILMU
KETUHANAN. Sedangkan secara terminologi (istilah), theologi itu
diartikan :
1. “The discipline which concert God or Devene Reality and
Gods Relation to the world”, maksudnya suatu pemikiran manusia
secara sistematis yang berhubungan alam semesta.
2. “Sciense of religion, dealing therefore with God and
Man in his relation to God”, maksudnya pengetahuan tantang agama yang karenanya
membicarakan tentang Tuhan dan Manusia serta manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan.
3. “The sciense which treats of the facts and fenomena of
religion and the relationship between God and Man”, maksudnya ilmu yang
membahas fakta-fakta dan gejala agama dan hubungannya antara Tuhan dan Manusia.
Dari
beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa theologi itu merupakan
ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungannya dengan manusia, baik
berdasarkan kebenaran agama (wahyu) ataupun berdasarkan penyelidikan akal
murni.
Inilah
sebabnya theologi itu bukan hanya berupa uraian bersifat pikiran tentang agama
semata (the intelectual expression of religion) tetapi dapat juga bercorak
agama (reaviled theologi) or (filosophical theologi). Untuk itu siapa saja bisa
menyelidiki sesuatu agama dengan semangat penyelidikan bebas tanpa harus dari
orang-orang yang beragama tersebut atau mempunya hubungan dengan agama yang
ditelitinya.
Ilmu
Tauhid ini juga sering dinamakan dengan Ilmu Kalam, Ilmu Ushuluddin dan Ilmu
Aqaid. Disebut Ilmu Tauhid karena tujuan pokok ilmu ini adalah meng-ESA-kan
Tuhan (Allah) baik zat, sifat maupun af’alnya (perbuatanNya).
Disebut Ilmu Kalam karena :
1.
Pembicaraan pokok yang dipersoalkan pada
permulaan Islam adalah firman (kalam) Allah yaitu Al-Quran, apakah ia makhluk
diciptakan (non azali) atau tidak diciptakan (azali).
2.
Dasar pembicaraan Ilmu Kalam adalah
dalil-dalil akal pikiran sehingga kelihatan mereka ahli bicara. Dalil naqli
baru digunakan sesudah ditetapkan kebenaran persoalan dari segi akal pikiran.
3.
Pembuktian kepercayaan agama sangat mirip
dengan falsafah logika, maka untuk membedakannya disebut dengan Ilmu Kalam.
Disebut
Ilmu Ushuluddin (ilmu aqaid) karena pokok pembicaraannya adalah dasar-dasar
kepercayaan agama yang menjadi pondasi agama Islam.
Ilmu Kalam menjadi ilmu yang berdiri sendiri,
mulai masa pemerintahan Daulah Abbasyiah (Khalifah Al-Makmun) ketika Mazhab
Mu’tazilah menjadi Mazhab negara. Mazhab ini telah mempelajari filsafat dan
memadukan metodanya dengan metoda Ilmu Kalam. Sebelumnya ilmu yang membicarakan
kepercayaan masih disebut dengan “al-fiqhu fi ad-din”, sebagai imbangan ilmu
fiqh yang dinamakan dengan “al-fiqhu al-ilmi”. Imam Hanafi sendiri menamakan
bukunya tentang kepercayaan itu dengan “al-fiqhu al-akbar”.
Pemakaian
theologi Islam untuk Ilmu Kalam masih dapat dibenarkan karena pengertiannya
tidak berbeda, sebab Ilmu Kalam membicarakan Wujud Tuhan, Sifat-Sifat Wajib,
Sifat Jaiz (boleh) dan Sifat Mustahil pada Tuhan. Membicarakan Wujud Rasul,
dengan Sifat-Sifatnya baik Wajib, Jaiz dan Mustahil pada mereka.
Juga
dibicarakan tujuan ke-utus-an mereka, pertanggungan jawab manusia di akhirat,
balasan dan siksaan, semua itu bisa dicapai dengan dalil pikiran yang yakin dan
intuitif. Di samping itu juga Ilmu Kalam memberi alasan akan kebenaran
kepercayaan tersebut serta membantah orang yang mengingkarinya dan yang
menyeleweng daripadanya.
Jadi pengertian Theologi Islam dan Ilmu Kalam
memiliki kesesuaian makna. Adanya kepercayaan kepada Tuhan dan segala sesuatu
yang bertalian dengannya, hubungan Tuhan dengan alam semesta dan manusia,
disamping kepercayaan kepada soal-soal gaib lainnya yang kadang-kadang akal
manusia itu tidak mampu lagi menjangkaunya.
2. Nama – Nama Lain Dari Tauhid
1. Ilmu Kalam
Disebut ilmu Kalam karena ilmu
ini membahas tentang kalam Allah yaitu al-qur’an
2. Ilmu Ma’rifat
Disebit ilmu Ma’rifat karena ilmu
ini mempunyai tujuan untuk mengenal Allah.
3. Ilmu Ushuluddin
Disebut ilmu Ushuluddin karena
ilmu ini membahas tentang pokok agama.
4. Ilmu Teologi Islam
Disebit Ilmu Teolohi Islam karena
ilmu ini membahas tentang Tuhan menurut ajaran agama
TAUHID & ILMU KALAM
Pengertian
Tauhid adalah Ilmu yang menerangkan dan membahas keesaan
Allah SWT didalam zat-Nya, sifat-sifatnya, dan perbuatannya
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah untuk mengenal Allah
SWT dan sifat-sifatnya.
Tauhid dibagi 6 yaitu :
Tauhid Rububiyah : Mempercayai sepenuh hati bahwa yang
menciptakan dunia dan isinya hanya Allah SWT.
Tauhid Sifat : Mempercayai sepenuh hati bahwa Allah SWT
mempunyai sifat-sifat ketuhanan yang khusus.
Tauhid Huluwiyah : Yang berhak menerima peribadatan makhluk
dan yang harus disembah hanyalah Allah SWT.
Tauhid Itiqadi : Mempercayai sepenuh hati bahwa tiada tuhan
selain Allah SWT.
Tauhid Qouli ( Perkataan ).
Tauhid Amali ( Perbuatan ).
Sumber-sumber Ilmu Kalam
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, berbahasa Arab, dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir, diawali dengan surat al-Fatihah, diakhiri dengan surat an-Nas dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an menjelaskan rambu-rambu masalah aqidah secara rinci namun masalah ibadah dan hak-hak antar sesama dengan cara garus besar. Dalam syari’at Islam al-Qur’an adalah undang-undang dalam menetapkan hukum sosial. Ia sebagagi tuntunan bagi Nabi dan pengikutnya, karenanya ia sebagai sumber utama dan pertama.
Sebagai sumber ilmu kalam, al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
a. QS. Al-Ikhlas: 3-4
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak juga tidak diperanakan, serta tidak ada sesuatupun di dunia dini yang tampak sekutu dan sejajar dengan-Nya.
b. QS. Asy-Syura’: 7
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini, ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. QS. Al-Furqan: 59
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di atas “Arsy”, Ia pencipta langit, bumi dansemua yang ada di antara keduanya.
d. QS. Al-Fath: 10
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “tangan” yang selalu berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan jalan Allah.
e. QS. Thaha: 39
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
f. QS. Ar-Rahman: 27
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “wajah” yang tidak akan rusak selama-lamanya.
g. QS. An-Nsa: 125
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama, seseorang akan dikatakan telah melaksanakan anturan agama apabila melaksankannya dengan ikhlas karena Allah.
h. QS. Ali Imran: 22
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin
i. QS. Ali Imran: 83
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah tempat kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
j. QS. Ali Imran: 84-85
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan petunjuk jalan kepada Nabi
k. QS. Al-Anbiya’: 92
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai suku, ras atau etinis dan agama apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh sebab itu, semua umat dalam kondisi dan situasi apapun, harus mengabdikan hanya kepada-Nya.
Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan dan hal-hal lain berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan rinciannya.
2. Hadits
Hadits adalah apa-apa yang datang dari Nabi berupa perkataan, perbautan, persetujuan, sifat-sifat beliau baik sifat jasmani ataupun sifat-sifat akhlak. Hadits atau sunnah merupakan sumber syari’at Islam setelah al-Qur’an. Hadits juga merupakan sumber hukum independent (mustaqil) yang tidak ada hukumnya dalam al-Qur’an, contoh hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam kalam.
Contoh hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemucnulan berbagai golongan dalam ilmu kalam.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “raong-orang YAhudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ku akan terpecah menjadi tujuh puluh golongan”.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar: ia mengatakan bahwa Rasulullah besabda: “akan menimpa umatku apa yang pernah menimpa Abni Israil telah terpecah belah menjadi 7 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja, siapa mereka itu wahai Rasulullah? Tanya para sahabat, Rasulullah menjawab “mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku”.
Syekh Abdul Qadir mengomentari bahwa hadits yang berkaitan dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam mempunyai sanad yang banyak.
Keberadaan hadits yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti tersebut di atas, pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa hadits-hadits seperti itu lebih dimaksudkan sebagai peringatan bagi para sahabat dan umat aNabi tentang bahayanya perpecahan dan pentingnya persatuan.
3. Pemikiran Manusia
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia Islam, umat Islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an terutama yang belum jelas maksdunya (al-mutasyabihat) keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat al-Qur’an di antaranya: QS. Muhammad ayat 24.
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?”
Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar Islam dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:
a. Pemikiran non-muslim yang telah menjadi peradaban lalu ditransfer dan diasimilasikan dengan pemikiran Islam
b. Berupa pemikiran-pemikiran non-muslim yang bersifat akademis, seperti filsafat (terutama dari Yunani) sejarah dan sains.
4. Insting
Kepercayaan adanya Tuhan secara instingtif telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh karena itu sangat wajar kalau William L. Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama, ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was origining viewed as concerned with myth). Selanjutnya, teologi itu berkembang menjadi (theologi natural/teologi alam) dan reeled the theology (teologi wahyu).
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, berbahasa Arab, dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir, diawali dengan surat al-Fatihah, diakhiri dengan surat an-Nas dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an menjelaskan rambu-rambu masalah aqidah secara rinci namun masalah ibadah dan hak-hak antar sesama dengan cara garus besar. Dalam syari’at Islam al-Qur’an adalah undang-undang dalam menetapkan hukum sosial. Ia sebagagi tuntunan bagi Nabi dan pengikutnya, karenanya ia sebagai sumber utama dan pertama.
Sebagai sumber ilmu kalam, al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
a. QS. Al-Ikhlas: 3-4
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak juga tidak diperanakan, serta tidak ada sesuatupun di dunia dini yang tampak sekutu dan sejajar dengan-Nya.
b. QS. Asy-Syura’: 7
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini, ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. QS. Al-Furqan: 59
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di atas “Arsy”, Ia pencipta langit, bumi dansemua yang ada di antara keduanya.
d. QS. Al-Fath: 10
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “tangan” yang selalu berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan jalan Allah.
e. QS. Thaha: 39
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
f. QS. Ar-Rahman: 27
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “wajah” yang tidak akan rusak selama-lamanya.
g. QS. An-Nsa: 125
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama, seseorang akan dikatakan telah melaksanakan anturan agama apabila melaksankannya dengan ikhlas karena Allah.
h. QS. Ali Imran: 22
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin
i. QS. Ali Imran: 83
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah tempat kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
j. QS. Ali Imran: 84-85
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan petunjuk jalan kepada Nabi
k. QS. Al-Anbiya’: 92
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai suku, ras atau etinis dan agama apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh sebab itu, semua umat dalam kondisi dan situasi apapun, harus mengabdikan hanya kepada-Nya.
Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan dan hal-hal lain berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan rinciannya.
2. Hadits
Hadits adalah apa-apa yang datang dari Nabi berupa perkataan, perbautan, persetujuan, sifat-sifat beliau baik sifat jasmani ataupun sifat-sifat akhlak. Hadits atau sunnah merupakan sumber syari’at Islam setelah al-Qur’an. Hadits juga merupakan sumber hukum independent (mustaqil) yang tidak ada hukumnya dalam al-Qur’an, contoh hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam kalam.
Contoh hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemucnulan berbagai golongan dalam ilmu kalam.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “raong-orang YAhudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ku akan terpecah menjadi tujuh puluh golongan”.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar: ia mengatakan bahwa Rasulullah besabda: “akan menimpa umatku apa yang pernah menimpa Abni Israil telah terpecah belah menjadi 7 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja, siapa mereka itu wahai Rasulullah? Tanya para sahabat, Rasulullah menjawab “mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku”.
Syekh Abdul Qadir mengomentari bahwa hadits yang berkaitan dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam mempunyai sanad yang banyak.
Keberadaan hadits yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti tersebut di atas, pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa hadits-hadits seperti itu lebih dimaksudkan sebagai peringatan bagi para sahabat dan umat aNabi tentang bahayanya perpecahan dan pentingnya persatuan.
3. Pemikiran Manusia
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia Islam, umat Islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an terutama yang belum jelas maksdunya (al-mutasyabihat) keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat al-Qur’an di antaranya: QS. Muhammad ayat 24.
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?”
Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar Islam dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:
a. Pemikiran non-muslim yang telah menjadi peradaban lalu ditransfer dan diasimilasikan dengan pemikiran Islam
b. Berupa pemikiran-pemikiran non-muslim yang bersifat akademis, seperti filsafat (terutama dari Yunani) sejarah dan sains.
4. Insting
Kepercayaan adanya Tuhan secara instingtif telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh karena itu sangat wajar kalau William L. Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama, ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was origining viewed as concerned with myth). Selanjutnya, teologi itu berkembang menjadi (theologi natural/teologi alam) dan reeled the theology (teologi wahyu).
KERANGKA BERFIKIR ALIRAN ILMU KALAM
Metode Berfikir Rasional
Metode Berfikir Rasional memilki prinsip-prinsip :
Terikat pada dogma, yang jelas dan tegas disebutkan dalam
Alquran dan hadis, yakni ayat-ayat qathi.
Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan
berkehendak serta memberikan daya yang kuat terhadap akal
Metode Berfikir Tradisional
Metode Berfikir Tradisional memilki prinsip-prinsip :
Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti
dzanni.
Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan
berkehendak.
Memberikan daya yang kecil kepada akal.[1]
Penyebab Utama yang menimbulkan adanya Kerangka berfikir
dalam Ilmu Kalam.
Persoalan Keyakinan
Persoalan Syariah
Persoalan Poltik
Perbedaan Kerangka Berfikir Ilmu Kalam
Aliran Antroposentris
Aliran ini menganggap bahwa realitas segala kemampuan dan
daya
upaya yang manusia lakukan merupaka atas kemampuannya
sendiri, tanpa campur tangan dari Tuhan. Aliran Teologi yang termasuk dalam
kategori ini dalah : Qodariyah, Mu’tazilah dan Syiah.
Aliran Tosentris
Aliran ini menggnggap daya yang terdapat pada manusia adalah
datangnya dari Tuhan, jadi Tuhan ikut campur
tangan atas perbuatan manusia, baik maupun jahat. Yang termasuk kedalam
Aliran ini adalah Jabariyah.
Aliran Komvergensi /Gabungan
Aliran ini menganggap manusia cerminaan asma dan sifat-sifat
realita
mutlak. menurut Aliran ini manusia mempunyai keterkaitan
antara Tuhan karena semua daya upaya yang dimiliki semua tersebut dari Tuhan
yaitu dalam daya kebikasanaan dan daya manusia dalam bentuk masalah teknis.
Aliran Nihilis
Aliran ini Tuhan tidak mempunyai sifat mutlak.Hakikat
prioritasnya nihil
semuanya / nonsens.
KLASIFIKASI TAUHID
Judul kitab yang kita bahas adalah Kitabu At
Tauhid. Al kitab berarti sesuatu yang ditulis dengan pena, atau bisa
juga berarti kumpulan atau himpunan, yang diambil dari
kata katiibah yang berarti sekumpulan kuda.( Al Qoulul Mufiid
Syarhu Kitabi at Tauhiid hal 6)
Makna Tauhid
Tauhid secara bahasa merupakan mashdar dari
kata wahhada. Jika dikatakanwahhada syaia artinya menjadikan sesuatu
itu satu. Sedangkan menurut syariat berarti mengesakan Alloh dalam sesuatu yang
merupakan kekhususan bagi-Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat.
( Al Qoulul Mufiid Syarhu Kitabi at Tauhiid hal 7).
Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam
hadist-hadist Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallaam, sebgaimana dalam hadist
Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu’anhu : “Engkau akan mendatangi kaum
ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah yang kamu sampaikan pertama kali
adalah agar mereka mentauhidkan Alloh”. Demikan juga dalam perkataan sahabat
Nabi : “Rosululloh bertahlil dengan tauhid”. Dalam ucapan
beliau labbaika allohumma labbaika, labbaika laa syariika laka
labbaika,ucapan talbiyah yang diucapkan ketika memulai ibadah haji. Dengan
demikian kata tauhid adalah kata yang terdapat dalam hadist
Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallaam(Syarah Al ‘Aqidah Ath
Thohawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh hal 63)
Pembagian Tauhid
Pembagian yang masyhur di kalangan ulama adalah pembagian
tauhid menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman Alloh:
رب السماوات والأرض ومابينهما فاعبدوه
واصطبر لعبادته هل تعلم له سميا {65
“Rabb(yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu
yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)? (Maryam:65). Berikut penjelasannya :
(1). Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Alloh
dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah firman Alloh:
أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ
اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {54
“Ingatlah, menciptakan dan memrintahkan hanyalah hak Alloh”
(Al A’rof:54)
(2). Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid
uluhiyah karena penisbatanya kepada Alloh dan disebut tauhid ibadah karena
penisbatannya kepada makhluk. Adapun maksudnya ialah pengesaan Alloh dalam
ibadah. Hanya Alloh satu-satunya yang berhak diibadahi.
Alloh Ta’ala berfirman :
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ
وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ {30
” Demikianlah, karena sesungguhnya Alloh, Dialah yang hak
dan sesungguhnya yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (Luqman
:30).
(3). Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah
pengesaan Alloh ‘Azza wa Jalladengan asma’ dan shifat yang menjadi
milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya
kita harus menetapkan seluruh asma’ dan shifat bagi Alloh sebgaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak
menjadikan sesuatu yang semisal dengan Alloh dalam asma’ dan shifat-Nya. Hal
ini ditegsakan Alloh dalam firman-Nya :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ {11}
” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(Asy Syuuro:11)
(Diringkas dari Al Qoulul Mufiid Syarhu Kitaabi at
Tauhiid hal 7-10)
Sebagian ulama membagi tauhid menjdi dua saja yaitu tauhid
dalam ma’rifat wal istbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid
fii tholab wal qosd (tauhid dalam tujuan ibadah). Jika dengan pembagian
seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat termasuk golongan
yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua. (Lihat
Fathul Majiid hal 18)
Antara Tauhid Rububuyah dan Uluhiyah
Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan
tauhid uluhiyah. Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid uluhiyah
mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang telah
mengetahui bahwa Alloh adalah Tuhannya yang menciptakannya dan mengatur segala
urusannya, mengharuskan baginya beribadah hanya kepada Alloh dan tidak
menyekutukannya. Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid
rububiyah. Maksudnya, tauhid rububiyah termasuk bagian dari tauhid uluhiyah.
Barangsiapa yang beribadah kepada Alloh semata dan tidak menyekutukannya, pasti
meyakini bahwa Allohlah Tuhannya dan penciptanya. Hal ini sebgaimana perkatan
Nabi Ibrohim ‘alaihis salaam :
قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّاكُنتُمْ
تَعْبُدُونَ {75} أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ اْلأَقْدَمُونَ {76} فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ
لِّي إِلاَّرَبَّ الْعَالَمِينَ {77} الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ {78}
وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ {79} وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
{80} وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ {81} وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ
لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ {82
“ Ibrohim berkata : “Maka apakah kamu telah memperhatikan
apa yang selalu kamu sembah(75), kamu dan nenek moyang kamuyang dahulu?(76),
karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan
semesta alam(77), (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki
aku(78), dan Tuhanku, Yang Dia member makan dan minum kepadaku(79), dan apabila
aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku(80), dan Yang akan mematikan aku,
kemudian akan menghidupkan aku (kembali)(81), dan Ynag amat aku inginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat(82).” (Asy Syu’aroo’:75-82)
Tauhid rububyah dan uluhiyah terkadang disebutkan
bersamaan, maka ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua
kalimat yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua
hal yang berbeda. Hal ini sebgaimana firman Alloh :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ {1} مَلِكِ
النَّاسِ {2} إِلَهِ النَّاسِ {3
“Katakanlah ;” Aku berlindung kepada Robb (yang memlihara
dan menguasai) manusia(1). Raja manusia(2). Sesembahan manusia(3).” (An Naas
:1-3).
Makna Robb dalam ayat ini adalah Raja yang
mengatur manusia, sedangkan maknaIlaah adalah sesembahan satu-satunya yang
berhak untuk disembah.
Terkadang tuhid uluhiyah atau rububiyah disebut sendiri
tanpa bergandengan. Maka ketika disebutkan salah satunya mencakup makna
keduanya. Hal ini sebagaimana ucapan malaikat maut kepada mayit di kubur :
Siapa Robbmu? Maka maknanya Siapakah penciptamu dan sesembahanmu? Hal ini juga
sebagaimanan firman Alloh :
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم
بِغَيْرِ حَقٍّ إِلآَّ أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ {40
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata :”Tuhan kami
hanyalah Alloh” (Al Hajj:40)
قُلْ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِي رَبًّا {164
“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Tuhan selain Alloh” (Al
An’am :164)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا {30
“Sesungguhnya ornag-orang yang mengaatkan “Tuhan kami ialah
Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka” (Fushshilat :30).
Penyebutan rububiyah dalam ayat-ayat di atas mengandung
makna uluhiyah (Al irsyaad ilaa shohiihili i’tiqoodI hal 27-28)
Isi Al Quran Semuanya Tentang Tauhid
Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh menjelaskan bahwa
isi Al Quran semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al Quran
menjelaskan hal-hal berikut :
Berita tentang Alloh, nama-nama-Nya, shifat-shifat-Nya,
perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al
khobari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa sifat).
Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan
tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iroodi at
tholabi (tauhid uluhiyah).
Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan
menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa
mukaamilatuhu(hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).
Berita tentang kemuliaan ahli tauhid, tentang amalan
kehidupannya di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini
termasuk jazaaut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).
Berita tentang ahli syirik, tentang amalan kehidupannya di
dunia dan balasan adzab di akirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi
hukum tauhid.
Dengan demikian Al quran seluruhnya berisi tentang tauhid,
hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan tauhid yaitu
syirik, tentang orang-orang musyrik dan balasannya. (Penjelasan Imam Ibnul
Qoyyim yang dinukil dalamFathul Majiid hal 19)
0 komentar:
Posting Komentar