FUNGSI PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang merupakan suatu
tanggung jawab pemerintah dalam program wajib bagi pemerintah untuk
menjalankannya agar masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang buta huruf.
Pendidikan itu sendiri memiliki berbagai fungsi yang sangat penting. Salah satu
fungsi pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah
al-insya’ ( menumbyhkan atau mengaktualisasikan potensi ).
Pendidikan tidak hanya berfunfsi sebagai wadah untuk menambah ilmu saja,
tapi juga berfungsi sebagai pengembangan potensi yang dimiliki oleh seseorang,
selain itu juga merupakan pewarisan budaya dan sebagai interaksi antara potensi
dan budaya.
Banyak sekali fungsi pendidikan itu dalam hidup kita, jado sebagai
masyarakat Indonesia dan muslim kita haruslah mengutamakan pendidikan kita,
agar kita bisa menjadi masyarakat yang bisa membuat bangsa kita bangaa memiliki
Sumber Daya Manusia yang berpendidikan.
B.
Fungsi Pendidikan
1.
Fungsi Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap ( Bab II pasal 3 ayat 1-6).
Butir – butir dalam tujuan nasional tersebut
terutama yang menyangkut nilai – nilai dan berbagai aspeknya,sepenuhnya adalah
nilai nilai dasar ajaran
islam, tidak ada yang bertentangan dengan tujuan pendidikan islam. Oleh karena itu, berkembangnya
pendidikan islam akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan rnasional dimaksud.[1]
Dalam
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada bab II
pasal 3 disebutkan bahwa :
“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”[2]
1.
Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi
Fungsi
pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al in
–sya’( menumbuhkan atau mengaaktualisasikan potensi ). Asumsi tugas ini
adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemajuan, sedangkan pendidikan merupakan
proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi potensi tersebut. Pendidikan berusaha untuk menampakkan (
aktualisasinsi ) potensi potensi laten tersebut yang dimiliki oleh setiap
peserta didik.[3]
Dalam islam,
potensi laten yang dimiliki manusia banyak
ragamnya . Abdul Mujib menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia,
yaitu sebagai berikut :
a.
Al – Fitrah ( Citra Asli )
Fitrah
merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk, dimana
aktualisasinya tergantung pilihannya. Fitrah yang baik merupakan citra asli
yang primer, sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra asli yang sekunder.
Citra unik tersebut sudah ada sejak awal penciptaanya. Fitrah ini ada sejak
zaman azali dimana penciptaan jasad
manusia belum ada.Seluruh manusia mempunyai fitrah yang sama, meskipun prilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling essensial adalah
peneriman terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di bumi.
Dalam studi Qurani, ketika dikorelasikan dengan kalimat lain mempunyai banyak makna antara lain :
1)
Fitrah berarti suci ( ath
thur ) yaitu kesucian psikis yang terbebas dari dosa dan warisab dari penyakit
ruhaniyah.
2)
Fitrah berarti potensi
ber-islam ( islamy .Abu H urairah
mengemukakan bahwa fitah ini berarti
beragama islam.
3)
Fitrah berarti mengakui keesaan Allah ( tauhid Allah ). Manusia
lahir membawa potensi tauhid yang cendrung mengesakan Tuhan, dan berusaha secara terus menerus mencari dan mencapai ketauhidan.
4)
Fitrah berarti kondisi
selamat dan kontinuitas.
5)
Fitarah berarti perasan yang
tulus ( ikhlas ). Manusia lahir dengan membawa sifat baik.Diantara sifat itu adalah ketulusan dan kemurnian
dalam melakukan aktivitas.
6)
Fitrah berarti kesanggupan
atau predisposisi untuk melakukan kebenaran.
7)
Fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk
beribadah dan makrifat kepada Allah.
8)
Fitrah berarti ketetapan atau taqdir asal manusia mengenai ke bahagiaan
dan kesengsaraan hidup.
9)
Fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia.
10)
Fitrah berarti sifat sifat Allah S. W.T yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan. Bentuk bentuknya adalah
asmaul husna yang berjumlah 99 nama yang indah.Tugas manusia adalah
mengaktualisasikan fitrah asmaul husna tersebut dalam kepribadiannya.
11)
Fitrah dalm beberapa hadis memiliki arti takdir.[4]
Berdasarkan
pengertian di atas, fitrah dapat diartikan dengan Citra asli yang dinamis yang
terdapat pada sistem-sistem psikofisiologis manusia, dan dapat diaktualisasikan
dalam bentuk tingkah laku.
Pendapat lain
mengatakan bahwa jenis fitrah ini memiliki banyak dimensi, tetapi dimensi yang
terpenting adalah sebagai berikut:
a)
Fitrah agama
Ini
dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi:
øÎ)ur xs{r&
y7/u .`ÏB
ûÓÍ_t/ tPy#uä
`ÏB óOÏdÍqßgàß
öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur
#n?tã öNÍkŦàÿRr&
àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/
( (#qä9$s%
4n?t/ ¡ !$tRôÎgx©
¡ cr&
(#qä9qà)s? tPöqt
ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ)
$¨Zà2 ô`tã
#x»yd tû,Î#Ïÿ»xî
ÇÊÐËÈ
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi".
(kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",
b)
Fitrah intelek
c)
Fitrah sosial
d)
Fitrah susila
e)
Fitrah ekonomi
f)
Fitrah seni
g)
Fitrah kemajuan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihargai, kawin,
cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
b.
Struktur Manusia
Struktur adalah satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur
yang bersifat relatif stabil, menetap, dan abadi. Struktur manusia terdiri atas
tiga macam, yaitu :kalbu, akal, dan hawa nafsu.
Struktur jasmani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Adanya di alam dunia/jasad (materi) atau alam penciptaan (khalq),
yang tercipta secara bertahap atau berproses dan melalui perantara.
2)
Memiliki bentuk, rupa, kadar, dan bisa disifati, yang naturnya
buruk dan kasar, bahkan mengejar kenikmatan syahwati.
3)
Memiliki energi jasmaniah yang disebut dengan al-hayah ) nyawa/
daya hidup), yang eksistensinya tergantung pada makanan yang bergizi.
4)
Eksistensinya menjadi wadah ruh
5)
Terikat oleh ruang dan waktu
6)
Hanya mampu menagkap suatu bentuk konkret dan dan tak mampu
menangkap yang abstrak
7)
Substansinya temporer dan hancur setelah kematian.
8)
Dapat dibagi-bagi dengan beberapa komponen.[5]
Struktur ruhani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Adanya dialam arwah ( immateri ) atau alam perinytah ( amar (, yang
tercipta secara langsung dari Allah tanpa melalui proses graduasi.
2)
Tidak memiliki bentuk, rupa, kadar, dan tidak dapat disifati, yang
naturnya halus dan suci ( cenderung berislam atau bertauhid) dan mengejar
kenikmatan ruhaniah.
3)
Memiliki energi ruhaniyah yang disebut dengan al amanah
4)
Eksistensi energi ruhaniyah tergantung pada ibadah, yang memotivasi
kehidupan dunia manusia.
5)
Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
6)
Dapat menangkap beberapa bentuk yang konkret dan abstrak.
7)
Substansinya abadi tanpa ada kematian
8)
Tidak dapat dibagi-bagi karena satu keutuhan.
Struktur nafsani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Adanya di alam jasad dan ruhani, yang terkadang tercipta secara
bertahap atau berproses dan terkadang tidak.
2)
Antara berbentuk atau tidak, berkadar atau tidak dan bisa disifati
atau tidak yang naturnya antara baik buruk, halus kasar, dan mengejar
kenikmatan ruhaniah jasmaniah
3)
Memiliki energi ruhaniah jasmaniah
4)
Eksistensi energi nafsani tergantung pada ibadah dan makanan
bergizi
5)
Eksistensinya aktualisasi atau realisasi diri.
6)
Antara terikat atu tidak mengenai ruang dan waktu.
7)
Dapat menangkap antara yang konkret dengan yang abstrak, satu
bentuk atau beberapa bentuk, yang substansinya antara abadi dan temporal.
8)
Antara dapat dibagi-bagi atau tidak.[6]
Struktur kalbu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Secara jasmaniah berkedudukan di jantung
2)
Daya yang dominan adalah emosi ( rasa) atau efektif, yang
diakhirnya melahirkan kecerdasan emosional.
3)
Mengikuti natur ruh yang berketuhanan ( ilahiyah)
4)
Potensinya bersifat dzawqiyah ( cita rasa ) dan hadsiah ( intitif )
yang sifatnya spiritual.
5)
Berkedudukan pada alam supra sadar atau atas sadar manusia.
6)
Intinya religiusitas, spiritualitas, dan transendensi.
7)
Apabila mendiminasi jiwa manusia maka menimbulkan kepribadian yang
tenang.
Akal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Secara jasmaniyah, berkedudukan di otak.
2)
Daya yang dominan adalah kognisi yang akhirnya melahirkan
kecerdasan intelektual.
3)
Mengikuti antar natur ruh dan jasad yang berkedudukan pada alam
kesadaran manusia.
4)
Intinya isme-isme seperti humanisme, kapitalisme, sosialisme, dan
sebagainya.
5)
Apabila mendominasi jiwa manusia maka menumbulkan kepribadian yang
labil.
Hawa nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Secara jasmaniyah, berkedudukan diperut dan alat kelamin.
2)
Daya dominan adalah konasi atau psikomotorik, yang akhirnya
melahirkan kecerdasan kinestetik.
3)
Mengikuti natur jasad yang hayawaniyah, baik yang jinak maupun yang
buas.
4)
Petensinya bersifat indrawi yang sifatnya empiris.
5)
Berkedudukan pada alam pra atau bawah sadar manusia.
6)
Intinya produktivitas, kreativitas, dan konsumtif.
7)
Apabila mendominasi jiwa manusia, maka ia menimbulkan kepribadian
yang jahat.[7]
c.
Al- Hayah ( Vitality )
Hayah adalah daya, tenaga, energi, atau vitalis hidup manusia yang
karenanya manusia dapat bertahan hidup. Al hayah ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1)
Jasmani yang intinya berupa nyawa (al-hayah), atau energi fisik (ath
thaqat al-jismiyyah ) atau disebut ruh jasmani. Bagian ini amat tergantung pada
susunan sel, fungsi kelenjar, alat pencernaan, susunan syaraf sentral.
2)
Ruhani yang intinya berupa amanat dari Tuhan (al-amanah
al-ilahiyyah) yang disebut juga ruh-ruhani. [8]
d.
Al- Khuluq ( Karakter)
Khuluq adalah
kondisi bathiniyah bukan kondisi lahiriyah individu yang mencakup ath-thab’u dan
as sajiyah. Orang yang ber khuluq dermawan lazimnya gampang memberi uang pada
orang lain, tetapi sulit mengeluarkan uang pada orang lain yang digunakan untuk
maksiat. Sebaliknya orang yang ber-khuluq pelit lazimnya sulit mengeluarkan
uang. Khuluq bisa disamakan dengan karakter yang masing-masing individu
memiliki keunikan sendiri.
e.
Ath-Thab’u ( Tabiat )
Tabiat yaitu
citra batin individu yang menetap. Menurut Ikhwan Ash Shafa, tabiat adalah daya
dari nafs kulliyah yang menggerakkan jasad manusia. Berdasarkan pengertian
tersebut, ath-thab’u ekivalen dengan temprament yang tidak dapat diubah, tetapi
di dalam Al-quran , tabiat manusia mengarah pada perilaku baik atau buruk,
sebab al qur’an merupakan buku pedoman yang menuntut manusia berprilaku baik
dan menghindari dari perilaku buruk.
Dalam psikologi
temprament adalah disposisi reaksi seseorang. Ia juga konstitusi psikis atau
Aku-nya psikis yang erat kaitannya dengan konstitusi fisi yang dibawa sejak
lahir, sehingga hereditas sifatnya. Misalnya temprament sanguinikus yang
mempunyai sifat dominan darah, sehingga menimbulkan sifat gembira, suka
berubah.[9]
f.
As- Sajiyah ( Bakat )
As sajiyah
adalah kebiasaan individu yang berasal dari hasil integritas antara karakter
individu dengan aktivitas- aktivitas yang diusahakan. Dalam terminologi psikis
sajiyah diterjemahkan dengan bakat yaitu kapasitas, kemampuan yang bersifat
potensial. Ia merupakan salah satu faktor yang ada pada indivudu sejak awal
dari kehidupan, yang kemudian menimbulkan perkembangan keahlian, kecakapan,
keterampilan, dan spesies tertentu.
g.
As-Sifat ( Sifat- Sifat )
Sifat yaitu
satu ciri khas individu yang relatif menetap, secara terus menerus dan
konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Sifat- sifat totalitas
dalam diri individu dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu, deferensiasi, regulasi, dan integrasi.
h.
Al-‘Amal ( perilaku )
Amal ialah tinglah laku lahiriyah individu yang tergambar dalam
bentuk perbuatan nyata. Hukum fiqh memiliki kecendrungan melihat aspek lahir
dari kepribadian manusia, sebab yang lahir itu mencerminkan yang bathin,
sementara hukum tasawuf lebih melihat pada aspek bathiniyah.
2.
Pendidikan Sebagai Pewarisan Budaya
Tugas
pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya islami. Dalam
pendidikan islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
:
a.
Nilai Ilahiyah
Nilai yang dititihkan Allah SWT melaui para rasul- Nya yang
diabadikan pada wahyu. Nilai itu tidak mengalami perubahan karena mengandung
kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan anggota masyarakat, tidak
berubah karena mengikuti hawa nafsu. Konfigurasi nilai ini dimungkinkan
dinamis, walaupun nilai instrinksinya tetap abadi.
b.
Nilai Insaniyyah
Nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan
berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang
keberlakuannya relatif dan dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai insani
kemudian melembaga menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dan
mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
Tugas pendidikan
adalah bagaimana pendidik ammpu melestarikan dan mentransformasikan nilai
Ilahiyyah kepada peserta didik. Nilai Ilahiyyah harus diterima sebagai suatu
kebenaran mutlak tanpa ada upaya ijtihad. Sedangkan untuk nilai insaniyyah,
tugas pendidikan senantiasa melakukan inovasi dan menumbuhkan kreatifitas diri
agar nilai itu berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Keberadaan peradaban
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari lahirnya islam. Islam lahir dengan
membawa sejuta peradaban dan kebudayaan masyarakat. Pokok pangkal dari
keistimewaan ini karena pinsip dan identitas yang mengaturnya justru menjadi
hukum dasar yang mengatur fitrah manusia itu sendiri, juga mengatur kehidupan
masyarakat, bahkan pada hakikatnya mengatur semua yang ada.
Hukum dasar ini
mengandung kepastian dan keabadian, sedangkan sifat perkembangan dan perubahan
masyarakat tercakup dalam jangkauan pasal-pasal pengaturnya. Budaya yang baik
adalah, budaya yang mendekati cita-cita ideal dalam agama, sementara agama yang
populer adalah agama yang dapat diwujudkan dan diaplikasikan dalam kehidupan
berbudaya.[10]
Mempelajari dan
memperhatikan pendidikan sebagai pusat kebudayaan diharapkan akan memperoleh
manfaat ganda. Pertama, sebagai
guru/dosen dapat menciptakan lingkungan pendidikan dimana ia bekerja dan
memperoleh nafkah serta mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan. Kedua, sebagai
guru/dosen dapat membantu peserta didik agar dapat menghayati bahwa lingkungan
pendidikan adalah pusat kebudayaan.[11]
3.
Interaksi Antara Potensi dan Budaya
Manusia sevara potensial mempunyai potensi dasar yang harus
diaktualkan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan islam. Aplikasi
peradaban dan kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan
potensi dasar manusia. Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan
tempat dalam proses pendidikan dan jangan sampai salah satunya ada yang
diabaikan. Tanpa interaksi tersebut harmonisasi kehidupan akan terhambat.
Untuk harmonisasi
interaksi antara potensi dan budaya, diperlukan adanya intervensi eksternal
yang datang dari Sang Maha mutlak karena baik pengembangan potensi maupun
pewarisan budaya, keduanya memiliki tingkat relativitas yang tinggi. Hidayah
Allah sangat membantu manusia dalam menemukan jati dirinya.
Adam As telah
menggunakan semua potensinya, bahkan telah menguasai seluruh disiplin ilmu,
namun ia belum mampu menjaga eksistensinya yang baik, sehingga tergelincir dan
terlempar dari syurga. Adam As baru memiliki eksistensi sebenarnya ketika ia
diberi hidayah oleh Allah.
Muhammad Abduh
dalam tafsir Al-Mannar menyatakan bahwa hidayah Allah SWT terbagi atas empat
bagian, yaitu;
a.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan dan
manusia. Hidayah ini disebut dengan al-hidayah al wijdani.
b.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh indra hewan, dan manusia. Hidayah
ini disebut dengan alhidayyah al hawas.
c.
Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia, hidayah ini disebut
dengan al hidayyah al aqli.
d.
Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan yaitu hidayah
agama. Hidayah ini disebut dengan al hidayyah Ad din.[12]
Hubungan interaksi potensi dan budaya dapat juga dilihat dari
fungsi pendidikan agama Islam :
a.
Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta Akhlak Mulia
b.
Kegiatan Pendidikan dan Pengajaran
c.
Mencerdaskan kehidupan bangsa
d.
Fungsi semangat studi keilmuan dan iptek[13]
C.
Kesimpulan
1.
Fungsi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak
mulia, sehat, berilmu dan cakap ( Bab II pasal 3 ayat 1-6). Butir – butir dalam
tujuan nasional tersebut terutama yang menyangkut nilai – nilai dan berbagai
aspeknya,sepenuhnya adalah nilai nilai
dasar ajaran islam, tidak ada
yang bertentangan dengan tujuan pendidikan
islam
Ada tiga fungsi pendidikan dalam
kehidupan manusia muslim, yaitu:
2.
Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi
Fungsi pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah
al in –sya’( menumbuhkan atau mengaaktualisasikan potensi ).
Abdul Mujib
menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia, yaitu sebagai berikut :
a.
Al – Fitrah ( Citra Asli )
b.
Struktur manusia
c.
Al Hayah ( Vitality )
d.
Al-Khuluq (Karakter)
e.
Ath thab’u ( Tabiat)
f.
As sajiyah( bakat )
g.
As sifat ( sifat-sifat)
h.
Al ‘amal( perilaku)
3.
Pendidikan Sebagai Pewarisan Budaya
Tugas
pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya islami. Dalam pendidikan
islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a.
Nilai Ilahiyah
b.
Nilai insaniyah
4.
Interaksi Antara Potensi dan Budaya
Manusia sevara
potensial mempunyai potensi dasar yang harus diaktualkan dan dilengkapi dengan
peradaban dan kebudayaan islam
Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Mannar menyatakan bahwa hidayah
Allah SWT terbagi atas empat bagian, yaitu;
a.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan dan
manusia.
b.
Hidayah yang dapat ditangkap oleh indra hewan, dan manusia.
c.
Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia.
d.
Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan yaitu hidayah
agama.
[2] Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, (
Bandung,Citra Umbara, 2009),hal.64
[4]Ibid.,hal.70-71
[5] Ibid.,hal.73
[6]Ibid.,hal.74
[7]Ibid.,hal.75
[9]Ibid.,hal.77
[10]Ibid.,hal.79-81
[11] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000 ), hal. 105
[12]Opcit.,hal
81-82
[13]Abdul Rachman
Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa ( Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2005 ), Hal. 44-51
0 komentar:
Posting Komentar