Sabtu, 25 Februari 2012

Skripsi


DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I.  PENDAHULUAN..................................................................................... 1 
A.   Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
A.1 Ketertarikan........................................................................................ 4
A.2 Permasalahan Penelitian..................................................................... 5
A.3 Pertanyaan Penelitian......................................................................... 7
B.   Tujuan Penelitian................................................................................. 7
C.   Manfaat  Penelitian.............................................................................. 8
BAB II.  LANDASAN TEORETIS........................................................................ 9
A.   Hardiness (Ketabahan)....................................................................... 9
A.1Pengertian Hardiness .......................................................................... 9
A.2Karaktristik Hardiness (Ketabahan).................................................. 10
B.   Stroke................................................................................................... 12
B.1 Pengertian Stroke................................................................................ 12
B.2 Jenis Stroke......................................................................................... 13
B.3 Faktor Penyebab Stroke..................................................................... 13
B.4  Akibat Stroke..................................................................................... 15
B.5  Hubungan Stroke dan Efek perilaku................................................. 17
B.6 Hubungan Kesehatan fisik dan psikologis.......................................... 18
B.7  Penanganan Behavioral untuk Rehabilitasi Penderita Stroke.......... 18
B.8  Status dan Perilaku Sehat................................................................... 23
C.    Stres.................................................................................................... 24
C.1. Pengertian Stres................................................................................. 24
C.2. Penyebab Stres................................................................................... 25
C.3. Bentuk Stres....................................................................................... 26
C.4. Mekanisme Pertahanan diri............................................................... 27
C.5. Psikoneuroimunologi........................................................................ 29
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 32
A.Perspektif Fenomenologis...................................................................... 32
A.1  Fokus penelitian............................................................................. 34
A.2 Subjek penelitian............................................................................. 34
A.3 Metode Pengumpulan Data............................................................ 34
A.4 Analisis Data................................................................................... 36
A.5 Verifikasi Data................................................................................ 37
BAB IV. ANALISIS DATA   ………………………………………………………….  41
A.   Deskripsi Kancah penelitian............................................................... 41
A.1 Proses Penelusuran Subjek ................................................................  41
A.2 Pengalaman Peneliti dengan Subjek................................................... 42
A.3 Kendala yang Dihadapi Peneliti di lapangan...................................... 43
B.   Horisonalisasi...................................................................................... 43
C.  Unit Makna dan Deskripsi................................................................... 44
D. Pemetaan Konsep ................................................................................. 58
E. Esensi atau Makna Terdalam............................................................... 60
F. Verifikasi Data...............................................................................................        61
     1.Kredibilitas......................................................................................... 61
2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)............................................ 63
3. Dependabilitas (Reliabilitas)............................................................ 63
4. Konfirmabilitas (Objektivitas)................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
A.1. Ketertarikan
Kesehatan adalah hal yang paling penting dalam diri manusia. Kesehatan menjadi sebuah manifestasi besar dalam aktivitas sehari-hari seseorang. Seseorang dituntut untuk menjalani segala aktivitas secara prima untuk memberikan hasil yang terbaik bagi dirinya dan orang disekelilingnya.  Namun upaya menjaga kesehatan dan terhindar dari berbagai macam penyakit semakin sulit, disebabkan adanya ancaman dari banyaknya jenis penyakit yang semakin berkembang . Dalam keadaaan seperti itu kesehatan memiliki nilai jual yang tinggi dalam kehidupan seseorang.
Masa puncak kemapanan dan kematangan seseorang oleh  banyak Psikolog Perkembangan  dikatakan pada usia kurang lebih 40 sampai 45 tahun  Pada usia 40 sampai 45 tahun, sebagian besar manusia telah menapaki jenjang karir sejauh kemampuan (Santrock, 1995, h.152). Pada masa-masa dimana seseorang telah mencapai kondisi kematangan dari segi fisiologis dan psikologis seseorang semakin memiliki banyak harapan yang ingin diwujudkan sebagai makna dari kehidupan seseorang. Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Akan tetapi terkadang harapan yang ada menjadi sebuah mimpi yang tak bisa diwujudkan karena penyakit yang memutus semua harapan yang telah dibangun (Logoterapi,2007.h.80). Harapan adalah sesuatu yang dibangun dari sebuah makna. Pencarian manusia mengenai makna merupakan kekuatan utama dalm hidupnya dan bukan suatu “rasionalisasi sekunder” dari bentuk-bentuk insting (Logoterapi,2003.h110).
Namun harapan terkadang menjadi semu bila kondisi yang diterima seseorang tidak sesuai untuk mewujudkan seluruh keinginan seseorang. Karena kondisi yang dialami seseorang untuk terus mengejar keinginan dan cita-cita di masa depannya menjadi tidak sesuai. Kehidupan akan pemaknaan bagi seseorang dalam menunjukkan siapa dirinya sangatlah penting. Karena lewat itu semua seseorang mampu menghargai hidupnya.
Kehidupan yang dipenuhi ancaman menjadi tantangan tersendiri bagi individu yang mengalaminya. Kebanyakan individu ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup, berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan diri benar-benar teruji (Stoltz, 2000, h. 7-8).
Bayangkan bila seseorang memiliki sebuah harapan pada masa depannya namun harapan itu terputus oleh sebuah penyakit mematikan  yang menempati urutan ketiga setelah Jantung dan kanker. Data statistik di Amerika menyebutkan terdapat 700 ribu kasus stroke baru setiap tahun dan berarti setiap empat puluh lima detik terdapat satu orang Amerika yang terkena stroke. Indonesia juga termasuk negara yang bermasalah dengan stroke. Penduduk yang terkena stroke diperkirakan sampai 500 ribu orang setiap tahun. Jumlah tersebut 2,5 persen atau 125 ribu orang meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat, berarti setiap empat menit satu orang meninggal karena stroke  (Republika, 14 Januari 2007).
Stroke menjadi masalah serius dalam hal kesehatan, tak jarang seseorang terlalu berhati-hati mengkonsumsi makanan karena takut akan dihinggapi penyakit yang dinobatkan sebagai peringkat ketiga kelas dunia dalam hal kemampuan merenggut nyawa. Shimberg (1998, h.32) mengatakan bahwa dampak secara fisiologis yang dialami oleh penderita stroke tergantung pada bagian otak yang mengalami kerusakan. Kerusakan pada otak sebelah kanan akan menyebabkan kesulitan dengan persepsi spasial, lupa di mana berada. Penderita mungkin mengalami pelemahan ingatan dan menunjukkan perilaku yang impulsif. Salah satu tubuhnya terabaikan, dalam hal ini penderita tidak menyadari keberadaan sisi sebelah kiri tubuhnya. Penderita stroke dengan kerusakan pada otak sebelah kiri akan lebih mengacu kepada kelumpuhan atau kelemahan motorik pada sisi tubuh sebelah kanan. Perilaku kehati-hatian dan lamban akan terlihat dan mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara. Penderita juga mengalami kemunduran daya ingat, lupa akan kata-kata yang harus diucapkan.
Menurut Gordon dan Diller (dalam Sarafino, 1998, h.444). Gangguan fisik tersebut menyebabkan penderita stroke merasa seperti orang gila. Penderita mendengar seseorang berbicara tetapi tidak dapat melihat karena terdapat batas pada luas pandangnya. Hal tersebut juga menjadikan penderita berpikir bahwa mereka berhalusinasi.
Kendala setiap individu dalam menempuh hidup salah satunya adalah mengalami stres. Stres tersebut karena kondisi individu tidak sesuai dengan yang diharapkannya (Sarafino, 1998). Kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Stres membawa pada permasalahan-permasalahan baru dan individu tidak mampu mengatasi permasalahan yang dialami, serta memperparah kondisinya tersebut.
Keadaan yang menyakitkan dan merugikan sebagai akibat serangan stroke menyebabkan respon emosional yang negatif. Stroke seringkali menyebabkan penderitanya mengalami stres dan depresi. Menurut Sarafino (dikutip Smet, 1994, h.115) sumber stres terkadang ada di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
Putus asa dan kehilangan semangat untuk terus melanjutkan hidup terkadang akan dialami seseorang. Ketika cobaan berat dialami seseorang akan mencoba menraik diri dari keadaan dan mengalami stres. Namun semua hal itu tidak ditemukan pada individu yang mulai menjalani hari-harinya dengan ikhlas dan mereka memilih mengatakan lebih baik tabah dan menerima daripada harus menyalahkan keadaan yang mereka alami. Ketabahan dijadikan penahan melawan efek stres (Bishop, 1994, h.168).
Hardiness atau ketabahan merupakan karakteristik kepribadian yang mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan di saat individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres. Ketabahan adalah ciri kepribadian yang memiliki beberapa kendali terhadap hidup, memandang perubahan sebagai tantangan dan mempercayai kemampuan menggunakan tenaganya untuk hal yang kreatif dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas yang diterimanya. Individu dengan kepribadian yang tabah lebih dapat menanggulangi stres dibanding individu yang mempunyai tingkat ketabahan rendah (Allred dan Smith dalam Feldman, 1990).
Maddi dan Kobasa mengemukakan bahwa hardiness mempunyai pengaruh langsung dan tak langsung terhadap kesehatan. Hardiness sebagai sebuah penyalur hubungan antara kejadian-kejadian penyebab stres dan status kesehatan, hardiness juga mengajarkan pada berkembangnya penggunaan sumber-sumber sosial dan memfasilitasi penyaluran coping, sebuah pendekatan untuk mengatur kejadian-kejadian yang penuh tegangan yang menghasilkan turunnya tegangan dan mengurangi kondisi sakit sehingga menjadi kondisi yang lebih baik dari sebelumnya (Ford, dkk. 2000. h.426).
Individu yang tabah dapat menghindari keadaan sakit yang menyebabkan stres sehingga mereka dapat melawan stres tersebut dan berhasil dalam pengelolaan penanggulangan stress (Taylor, 2003, h.222). Individu tersebut berhasil mengelola dan menjalankan coping stress (penanggulangan stres) dengan baik
Stoltz (h.86-87) menyatakan bahwa individu yang menjalankan proses ketabahan tidak terlalu menderita karena akibat negatif yang berasal dari kesulitan yang dialami dan meskipun menderita, tidak akan lama.
Nowak dalam penelitiannya menemukan bahwa ketabahan berhubungan dengan kondisi distress yang secara psikologis rendah, meningkatkan kebahagiaan dan penyesuaian diri, serta kebahagiaan dalam pernikahan (Greenberg, 2002, h.137).
Penelitian tentang hubungan antara hardiness dan kesehatan yang dilakukan oleh Kobasa (1979) pada dua kelompok responden. Kelompok pertama adalah kelompok dengan tingkat stress dan tingkat penyakit yang tinggi. Kelompok kedua adalah kelompok dengan tingkat stress yang tinggi tetapi tingkat penyakit yang ringan, memperlihatkan bahwa kelompok kedua yang mempunyai nilai ketabahan yang tinggi (Sarafino, 1998, h. 116).
Kobasa menyimpulkan bahwa individu dengan ketabahan yang tinggi lebih dapat menghadapi pemicu stress Akibatnya individu tersebut hanya sedikit rentan terhadap stress misalnya yang berhubungan dengan penyakit (Sdorow, 1990, h.567).
Ketabahan muncul sebagai sumber pertahanan dalam melawan akibat-akibat dari peristiwa-peristiwa yang penuh dengan ketegangan. Ketabahan sebagai komponen dari gaya hidup terutama efektif dalam memelihara kesehatan ketika kekuatan yang mendasar rendah (Morris, 1988, h.77)
Sikap pesimis yang merupakan kebalikan dari sikap tabah dan optimis yang dialami oleh individu membawa pada efek yang berkebalikan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh lulusan Universitas Harvard memperlihatkan bahwa individu dengan sikap pesimis lebih rendah tingkat kesehatannya dibanding individu dengan sikap optimis, bahkan mempunyai resiko kesehatan yang lebih besar (Bishop, 1994, h.166). Penelitian tersebut menegaskan bahwa ketabahan dapat mengurangi resiko kesehatan yang menjadi permasalahan besar bagi sebagian manusia.
Tak banyak penderita stroke yang mampu memiliki ketabahan untuk menemukan makna dari hidup mereka kembali. Menurut Viktor Frankl (Logoterapi, 2007,h.79) Setiap orang selalu mendambakan kebahagian dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan akibat dari sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning).
Fenomena ketabahan penderita stroke merupakan kenyataan yang menarik. Permasalahan yang dihadapi seorang penderita stroke sangatlah sulit bila seseorang tidak memiliki cooping stress dan penerimaan diri yang tinggi maka ia akan menarik diri dari lingkungannya dan tidak menemukan konsep yang bermakna untuk menjalani hari-harinya yang baru. Walau penderita stroke akan kembali menyesuaikan dirinya dengan keadaan barunya dengan keadaan yang serba kurang menurut pandangan orang normal. Ketabahan menjadi faktor yang mendukung penderita stroke pada proses penyembuhan dan pemulihan dari sakit. Ketabahan mampu membawa individu penderita stroke pada pengelolaan coping stress yang tepat, sehingga permasalahan-permasalahan secara psikis dapat dilalui.
Fenomena tersebut memunculkan ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh proses yang dijalankan oleh individu penderita stroke dalam kehidupannya hingga kesulitan dan permasalahan dapat dilewati. Penanggulangan stres yang berkepanjangan juga mampu dilakukan sehingga efek negatif bagi kesehatan tidak bertambah,

A.2. Permasalahan Penelitian
Sebuah perjalanan hidup seseorang sangatlah berarti ketika hari-hari berlalu dan memiliki pemaknaan dalam setiap perenungan. Menurut Viktor Frankl (Logoterapi, 2007, h.38)Hidup itu tetap memiliki makna (arti) dalam setiap situasi bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Hidup ini seperti mendaki. Kepuasan dicapai melalui usaha yang tidak kenal lelah untuk terus mendaki, meskipun langkah demi langkah yang ditapakkan terasa lambat dan menyakitkan (Stoltz, 2000, h.6).
Stoltz (h.7) menambahkan bahwa situasi yang sulit tidak menciptakan halangan-halangan yang tidak dapat diatasi. Setiap kesulitan merupakan tantangan. Setiap tantangan merupakan bagian dari suatu perjalanan yang harus diterima dengan baik.
Hidup memaksa untuk tiap individu menguraikan pemaknaannya menjadi proses untuk membawanya pada kematian. Pada akhirnya kematian pasti akan dialami, tetapi persiapan menuju kematian sebaiknya dipergunakan untuk menjadikan hidup lebih bermanfaat. Dan seorang individu dapat menemukan mencapai titik potensial dan makna yang paling tinggi dalam hidupnya, dengan berharga untuk orang lain.
Kendala setiap individu dalam menempuh hidup salah satunya adalah mengalami stres. Stres tersebut karena kondisi individu tidak sesuai dengan yang diharapkannya (Sarafino, 1998). Kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya. Stres membawa pada permasalahan-permasalahan baru dan individu tidak mampu mengatasi permasalahan yang dialami, serta memperparah kondisinya tersebut.
Penerimaan diri terhadap kondisi stroke tidak mudah. Penyesuaian diri dengan kondisi yang berbeda juga sulit dilakukan, apalagi dengan kondisi yang berkebalikan dari sebelumnya (Atwater, 1983, h.3). Kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi orang normal pada umumnya dapat membawa individu pada sikap pesimis dan kurang percaya diri. Jika kondisi tersebut berlangsung lama kondisi emosional dan kesehatan mental yang akan terganggu. Akibat lain adalah permasalahan dengan stroke yang tidak terselesaikan atau tidak memperoleh kesembuhan.
Usaha untuk mengurangi atau bahkan mencegah akibat-akibat tersebut adalah dengan memiliki sikap optimis dan kepribadian yang tabah. Sikap optimis dan ketabahan yang dimiliki oleh penderita stroke dapat memberikan kekuatan bagi penderita stroke untuk tetap menjalankan kehidupannya. Pada akhirnya ketabahan tersebut akan membantu individu penderita stroke pada proses kesembuhan. Kemampuan tersebut tidak berasal dari kesulitan yang dialami, tetapi dari cara merespon kesulitan (Stoltz, 2000, h. 91)
Individu yang memiliki hardy personality (kepribadian yang tabah) adalah individu yang mampu menahan kondisi di bawah tekanan yang dialaminya. Pengelolaan coping stress yang dilakukan mampu merubah kondisi stres dan mampu berpikir optimis. Individu tersebut dapat mengatur situasi, berkembang dan membawa pada sebuah rencana serta mencari sumber permasalahan (Ford dkk, 2000, h.426). Persepsi individu penderita stroke dapat dirubah melalui penyelesaian masalah yang dilakukannya. Individu tersebut selanjutnya mampu menyesuaikan diri dengan kondisinya yang baru serta mampu menerima keadaan dirinya dengan lebih baik. Penyelesaian masalah dan penyesuaian diri terhadap kondisi stroke merupakan hasil dari strategi coping stress yang dipilih dan berhasil dijalankan. Hasil yang akan tampak pada individu yang mampu menjalankan proses ketabahan terutama pada penderita stroke adalah individu tersebut terkurangi rasa sakit akibat stroke atau bahkan memperoleh kesembuhan meskipun tidak seratus persen.
Stroke membawa pada dua kondisi yang berbeda, yaitu  penderita stroke yang mampu bertahan dan penderita stroke yang tidak mampu bertahan sehingga kondisinya lebih parah. Dua kondisi tersebut yang menimbulkan pertanyaan berkaitan pada faktor-faktor yang terjadi di dalamnya. Pertanyaan tersebut yang melatarbelakangi dilakukan penelitian mengenai penderita stroke yang tabah dan memperoleh kesembuhan.

A.3. Pertanyaan Penelitian
Fenomena tersebut membawa kepada beberapa pertanyaan penelitian yang terdiri dari pertanyaan mayor mengenai bagaimana proses ketabahan yang dijalankan oleh penderita stroke sehingga memperoleh kesembuhan. Beberapa pertanyaan minor yang yang menjadi bagian dari pertanyaan mayor adalah sebagai berikut :
a.    Apakah pengertian ketabahan menurut subjek ?
b.    Bagaimanakah upaya yang dilakukan subjek baik medis maupun psikologis untuk mengatasi sakit ?
c.    Bagaimanakah penyesuaian subjek terhadap kondisi sakit ?
d.   Faktor-faktor psikologis apa sajakah yang menyebabkan subjek memiliki ketabahan

B.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses ketabahan (hardiness) yang dilakukan penderita stroke, karakteristik penderita stroke yang tabah melalui kondisi psikologis yang terjadi dan peranan ketabahan tersebut bagi kehidupannya sehingga memperoleh kesembuhan.
C.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan paradigma pemikiran baru dan pengembangan dalam ilmu psikologi terutama pada bidang perkembangan dan bidang kesehatan.
2.      Manfaat Praktis
a.         Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penderita stroke untuk memberikan kefahaman mengenai pentingnya ketabahan dalam menjalani stroke, terutama dalam proses menuju kesembuhan. Penderita stroke selanjutnya dapat mengembangkan dan menerapkan ketabahan dalam dirinya
b.        Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keluarga penderita stroke untuk membantu memberikan panduan dalam rangka mendukung berkembangnya proses ketabahan pada penderita.
c.         Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk membuka wacana mengenai kehidupan penderita stroke.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Hardiness (Ketabahan)

A.1. Pengertian Hardiness (Ketabahan)
Ketabahan menjelaskan bagaimana individu mampu menciptakan mekanisme pertahanan didalam dirinya sebagai wujud penolakannya pada masalah bahkan menjadi dasar penerimaan tentang apa yang dirasakannya. Hardiness merupakan konstelasi karakteristik kepribadian yang kemudian berwujud dalam suatu pola perilaku yang berfungsi sebagai sumber daya tahan saat indibihvidu menghadapi kejadian atau perubahan hidup yang menimbulkan stres (Bishop, h.167-169, 1994).
Ketabahan merupakan karakteristik kepribadian yang mempunyai fungsi sebagai sumber perlawanan di saat individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres (Gochman, 1988, h.77). Ketabahan memberikan gambaran pada individu untuk menggunakannya sebagai hal untuk menstabilkan stresor-stresor dalam diri seseorang dan menjadikannya sebagai tantangan dan motivasi untuk menjadikan hidup seseorang menjadi lebih bermakna.
Ketangguhan (hardiness) menurut Santrock (h.145) adalah gaya kepribadian yang dikarakteristikkan oleh suatu komitmen yang merupakan perlawanan dari alienasi atau keterasingan, pengendalian yang merupakan perlawanan dari ketidakberdayaan dan persepsi terhadap masalah-masalah sebagai tantangan yang merupakan perlawanan dari ancaman.
Oullette menyatakan bahwa sifat tahan banting (hardiness) adalah suatu perasaan tentang tantangan, komitmen, dan pengendalian yang dapat diukur. Sifat tahan banting dalam diri manusia merujuk pada kemampuan menghadapi kondisi-kondisi kehidupan yang keras (dalam Stoltz, 2000, h.86).
Kosaka (1996) menganggap bahwa hardiness adalah suatu ukuran kecenderungan seseorang untuk membentuk hubungan antara dirinya dengan dunia di luar dirinya. Hardiness tidak hanya keras atau tahan terhadap stres, tetapi sebuah kekuatan untuk keluar dari keadaan-keadaan yang sulit dan keluar dari kondisi stres. Hardiness juga tidak seperti sebuah pemecahan yang sembarangan, tetapi sebuah kemampuan untuk memahami kondisi-kondisi di sekitar dirinya dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Nevid dkk (2005, h.145), ketahanan psikologis adalah sekumpulan trait individu yang dapat membantu dalam mengelola stres yang dialami.
Istilah hardiness sama dengan istilah tatag menurut Suryomentaram, yaitu selalu berani, tidak memiliki rasa takut atau khawatir  yang berlebihan, bersedia menerima kenyataan apapun wujudnya, menerima kenyataan apa adanya. Suryomentaran juga menyatakan bahwa sikap tatag adalah titik sentral kesejahteraan psikologis (dalam Prihartanti, 2004, h.57)
            Hardiness adalah suatu karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh individu yang mempunyai kemampuan untuk mengurangi tingkat stres yang dialaminya dengan melalui strategi penanggulangan (coping) stres yang tepat.

A.2. Karakteristik Hardiness (Ketabahan)
            Kobasa (dalam Sarafino, 1998) memberikan karakteristik hardiness sebagai berikut :
a.       Control
Individu yang mempunyai control atau pengendalian dalam dirinya mempunyai kepercayaan bahwa mereka dapat mempengaruhi atau mengatur setiap kejadian dalam dirinya yang berarti perasaan pengendalian pribadi. Orr dan Westman (dalam Kosaka, 1996) menyatakan bahwa pengaruh tersebut pada batas yang tepat. Lawan pengendalian adalah powerless atau tidak berdaya.
Hubungan pengendalian terhadap kesehatan menurut Pollock (dalam Ford, h.427) adalah mengarah pada sumber ego untuk menilai, mengartikan dan menanggapi stressor-stressor kesehatan
b.      Commitment
Individu yang mempunyai commitment atau komitmen merupakan perasaan individu yang mempunyai tujuan atau terlibat dalam peristiwa-peristiwa, aktivitas-akitivitas dan orang-orang dalam hidupnya. Individu tersebut mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya dan berjanji untuk mencapai tujuan tersebut. Individu tersebut bersemangat dalam aktivitas-aktivitas yang berguna dan hubungan sosial (Sdorow, 1990, h.567). Kobasa menegaskan bahwa individu tidak pernah menjauhkan diri dari situasi dan pekerjaan mereka (dalam Nevd, dkk. 2005. h.146)
Lawan dari komitmen adalah alienation atau keterasingan. Karakteristik tersebut membantu individu berbalik ke yang lain untuk melawan stres melalui kesediaan untuk mengadakan perjanjian dengan stressor-stressor
c.       Challenge
Kobasa mengatakan bahwa individu yang mempunyai challenge atau tantangan berkecenderungan melihat perubahan sebagai hal yang wajar dan sebagai dorongan atau peluang untuk tumbuh dan berkembang, bukan sebagai ancaman dalam hidup. Individu tidak terpaku pada kondisi stabil saja, tapi tertantang untuk mengatasi dan melakukan perubahan (dalam Nevid, 2005, h.146). Individu yang mempunyai challenge tinggi bukan berorientasi mencari keamanan dan keseimbangan sebagai tujuan utamanya.
Menurut Julian Rotter, individu yang tangguh secara psikologis memiliki internal locus of control, yaitu persepsi seseorang terhadap kemampuan untuk mengendalikan reinforcement atau mempengaruhi hasil tindakan (Nevid, 2005, h.146).
Individu tersebut juga menilai bahwa stressor-stressor kesehatan merupakan keuntungan atau penghargaan, bukan sebagai ancaman atau hambatan (Pollock dalam Ford, h. 427).
Individu yang mempunyai gabungan ketiga karakteristik tersebut, maka individu tersebut dapat mengatasi stress yang dialami, yang berarti individu tersebut memiliki hardiness dalam dirinya.
            Kobasa menunjukkan bahwa individu yang ketahanan psikologisnya tinggi lebih baik dalam menangani stres karena individu tersebut menganggap diri mereka sebagai orang yang memilih situasi stres. Individu menganggap stressor yang mereka hadapi membuat kehidupan lebih menarik dan menantang, bukan semata-mata membebani dengan tekanan-tekanan tambahan (Nevid, 2005, h.146).
Hubungan hardiness dan penyakit adalah hardiness tidak memberikan pengaruh pada nilai penyakit apabila tingkatan stres yang dialami rendah. Hardiness secara pengertian sebagai sebuah tenaga pelawan pengaruh stres, yang tidak diharapkan mampu mengurangi tingkat penyakit ketika stres rendah (Bishop, 1994, h.168)
Individu yang memiliki hardiness atau ketabahan adalah individu yang mampu beradaptasi dengan kondisi di bawah tekanan yang dialaminya bahkan mempunyai tujuan untuk lebih baik dari kondisi sebelumnya dengan kemampuan memilih strategi coping stress yang tepat.


B. Stroke
B.1. Pengertian Stroke
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung dua puluh empat jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Arif Mansjoer, dkk, 2000, h.17)
Stroke adalah hasil penyumbatan yang tiba-tiba saja terjadi, yang disebabkan oleh penggumpalan, pendarahan, atau penyempitan pada pembuluh darah, sehingga menutup aliran darah ke bagian-bagian otak (Shimberg, 1998, h.25).
Cerebrovascular disease atau stroke adalah gangguan perfusi jaringan otak yang diakibatkan oklusi (sumbatan), embolisme (pembekuan darah atau material lain) serta pendarahan yang mengakibatkan gangguan permanen atau sementara (Rosjidi, 2007, h.3).
Stroke menurut Alloy (h. 419) adalah terhalangnya pembuluh darah dalam otak yang menyebabkan luka pada jaringan otak.
Stroke adalah suatu kondisi berkurangnya oksigen di dalam otak akibat dari tertahannya atau putusnya salah satu pembuluh darah yang berperan (Greenberg, 2002, h.40)
Stroke adalah terjadinya penyumbatan atau pecahnya pada salah satu atau lebih pembuluh darah otak yang menyebabkan fungsi bagian otak tersebut rusak atau terhambat.

B.2. Jenis Stroke
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit, sesuai dengan perjalanan penyakit tersebut atau keadaan riwayat penyakit sementara (yang dijelaskan sebagai pola kronologis perkembangan klinis, regresi dan gejala). Penggolongan tersebut membagi stroke menjadi tiga jenis (Price, 1994, h. 964), yaitu :
a.         Serangan Iskemik Sepintas (Transient Ischemic Attack /  TIA)
                                    Serangan Iskemik Sepintas merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
b.         Progresif Stroke  
                                    Progresif stroke merupakan stroke yang sedang berkembang. Perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut
c.         Stroke Lengkap
                                    Stroke lengkap merupakan gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan.
B.3. Faktor Penyebab Stroke
            Brunner & Suddart (dalam Rosjidi, 2007, h.9-14) menjelaskan bahwa stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu :
a.                   Trombosis
Trombosis adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral  adalah penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab sebagian besar kasus stroke
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah tanda-tanda yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa mengalami tanda-tanda yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba dan kehilangan bicara sementara, himeplegia atau parestesia pada setengah tubuh merupakan gejala awal yang mendahului terjadinya trombosia serebral.
b.                   Embolisme Serebral
Embolisme serebral merupakan pembekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik dan infrak miokrad serta infeksi pulmunal adalah tempat-tempat asal emboli.
Pemasangan katup jantung protestik dapat menimbulkan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini. Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan kardioversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain emboli serebral dan stroke. Karakteristik emboli serebral adalah hemiplegia tiba-tiba atau kehilangan kesadaran pada penderita dengan penyakit jantung dan paru. Emboli dapat terjadi pada saat sedang istirahat maupun aktifitas.
c.                   Iskemia Serebral
Iskemia adalah aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian pembuluh darah otak. Iskemia terjadi karena kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. Manifestasi paling umum adalah serangan iskemik sementara.
d.                  Hemoragi Serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibat dari hemoragi serebral adalah penghentian persediaan darah ke otak yang menyebabkan kehilangan atau permanen gerakan, berpikir, memori atau sensasi.

B.4. Akibat Stroke
            Stroke dapat menyebabkan beberapa permasalahan pada penderitanya, yaitu :
a.       Kehilangan Motorik
Kehilangan motorik yang dialami oleh penderita stroke dikarenakan neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi berlawanan dari otak. Seorang penderita yang mengalami kerusakan pada sisi kiri otaknya, akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada sisi sebelah kanan dari tubuhnya. Kondisi tersebut dinamakan hemiplegia (Shimberg, 1998, h. 36). Shimberg menambahkan bahwa penderita stroke juga dapat mengalami apraxia, yaitu tidak mampu melaksanakan instruksi-instruksi. Seorang penderita stroke yang mengalami permasalahan tersebut tidak mampu melakukan gerakan yang diinginkan.
b.      Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab aphasia paling umum. Aphasia yang terjadi meliputi ketidakmampuan memahami yang sedang dikatakan orang lain, ketidakmampuan dalam menggunakan kata-kata secara tepat, hilangnya kemampuan membaca dan menulis, bahkan sekaligus kehilangan kemampuan berhitung yang sebelumnya telah dikuasai (Shimberg, 1998, h. 37).
c.       Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi menyebabkan ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori



d.      Kehilangan Sensori
Stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau lebih berat dengan kehilangan propiosepsi yaitu kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh. Stroke juga dapat menyebabkan kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditoris.
e.       Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik
Disfungsi yang terjadi dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang menyebabkan penderita menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah penderita terhadap penyakit stroke. Masalah psikis yang lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosional yang labil, bermusuhan, frustrasi, dendam dan kurang dapat bekerja sama.
f.       Disfungsi Kandung Kemih
Disfungsi kandung kemih berhubungan dengan ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
g.      Gangguan-gangguan Penglihatan (Shimberg, 1998, h. 38)
Gangguan penglihatan yang paling umum dialami oleh penderita stroke adalah hemianopsia atau kehilangan daya lihat dan kesadaran terhadap sisi tubuhnya yang mengalami kelumpuhan. Orang yang mengalami hemianopsia akan berjalan dan menabrak dinding, kursi atau yang lain.
Penglihatan ganda dan pergerakan mata yang cepat, yang disebut nistagmus adalah dua masalah penglihatan lainnya yang merupakan salah efek dari serangan stroke.
            Akibat-akibat yang ditimbulkan stroke merupakan akibat fisik yang akan menimbulkan kesulitan bagi penderitanya. Kesulitan tersebut mulai dari yang ringan dan hampir tidak terlihat sampai dengan yang tergolong parah dan terlihat menyakitkan. Kondisi yang terjadi adalah penderita tidak mampu melakukan aktifitas normal seperti sebelum mengalami stroke. Kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan penderita dan keluarganya.

B.5. Hubungan Stroke dan Efek Perilaku
            Diagnosis penyakit kronis menimbulkan stres pada seseorang yang mengalaminya. Rudolf Moos berpendapat bahwa respon terhadap penyakit kronis dimengerti secara baik dalam istilah crisis. Individu yang mengalami stres luar biasa akan dihadapkan pada berbagai mekanisme coping dan sumber-sumber untuk menyesuaikan diri dengan kondisinya serta pemulihan pada keadaan normal sebelumnya. Crisis terjadi ketika individu dihadapkan pada sebuah situasi yang baru dan besar yang apabila menggunakan metode coping yang biasa tidaklah cukup (Bishop, 1994, h.241).
            Crisis mengajarkan periode perpindahan (transition period) dengan maksud untuk penyesuaian individu dalam jangka waktu yang lama. Individu harus mengenmbangkan cara baru coping dengan mengubah keadaan secara drastis Jika individu menanggapi crisis dengan mengembangkan metode coping yang dilakukan secara efektif dengan kondisi yang menantang, equilibrium baru akan mungkin kembali sehat (h.242).
            Penderita stroke juga melakukan coping dengan proses penanganan dan pemeliharaan minimal mampu mengadakan hubungan dengan staff perawat kesehatan (h.243).
            Menurut Krantz dan Deckel (dalam Sarafino, 1998, h.445), penderita penyakit kronis sering menyandarkan pada strategi untuk melakukan coping dengan menjauh selama fase pemulihan, tetapi umumnya penderita stroke terlihat lebih melakukan denial (penolakan) dibanding penderita jantung atau kanker
            Hampir seluruh kehidupan penderita stroke berubah, sehingga reaksi yang dilakukan oleh penderita stroke adalah marah. Perasaan marah yang terjadi karena penderita stroke menemukan dirinya telah berubah dari seseorang yang percaya diri dan mandiri atau seseorang dewasa yang mempunyai tubuh normal menjadi pribadi yang selalu kelelahan dan seringkali kebingungan. Perasaan marah bagi sebagian penderita stroke adalah keadaan yang sulit untuk diekspresikan. Penderita stroke terkadang sulit menumpahkan amarahnya dalam bentuk kata-kata, sehingga yang dilakukan adalah berteriak, mengusir atau memukul orang di sekitarnya. (Shimberg, 1998, h.179-181)
            Penderita stroke juga mengalami kelabilan emosi. Terkadang penderita stroke tertawa atau menangis tanpa alasan yang jelas, bahkan sampai tidak terkontrol (Shimberg, 1998, h.185-186)
            Perubahan keadaan yang dialami oleh penderita menyebabkan individu penderita stroke menganggap stroke sebagi sebuah ancaman. Individu yang memperoleh ancaman akan menimbulkan ketegangan dalam diri individu tersebut dengan memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak biasa dilakukan dan tidak diharapkan oleh individu tersebut.

B.6. Hubungan Kesehatan Fisik dan Psikologis
            Kesehatan fisik yang terganggu menimbulkan perubahan-perubahan pada kondisi fisik dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Perubahan secara fisik yang berhubungan dengan penyakit dapat merusak gambaran dan harga diri individu yang mengalaminya. Individu dengan penyakit kronis, seperti stroke seringkali memerlukan oarng lain untuk mengembalikan kemampuannya dan menerima bantuan  dalam menjalankan aktivitas sehari-hari (Bishop, 1994. h.243).
Keadaan yang tidak seperti biasa menyebabkan individu merasa terancam, sehingga ketegangan dalam tubuh dapat terjadi. Kondisi inilah yang disebut kondisi stres. Stres mengarah pada sebuah pernyataan tantangan dan ancaman yang mengganggu ritme dan keseimbangan dalam kehidupan setiap individu (Sanderson, 2004, h.92).
Salah satu reaksi yang paling universal dari penderita stroke adalah depresi (Shimberg, 1998, h.178). Shimberg menambahkan bahwa beberapa depresi tidak hanya semata bersifat reaktif, tetapi penderita akan bereaksi terhadap semua yang hilang dalam dirinya dan muncul perasaan putus asa (h.179)

B.7. Penanganan Behavioral untuk Rehabilitasi Penderita Stroke
            Sebagian besar penderita stroke mengalami efek akibat menderita stroke. Kasus tersebut tidak berarti setiap pasien stroke akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya di atas tempat tidur sebagai seorang yang cacat atau duduk di kursi roda. Rehabilitasi dapat dan telah banyak membantu banyak penderita stroke sehingga dapat menikmati kehidupannya (Shimberg, 1998, h.49).
Program rehabilitasi penderita stroke sangat diperlukan untuk membantu pemulihan dan menindaklanjuti setelah kesembuhan. Tujuan program rehabilitasi penderita stroke adalah meningkatkan kualitas hidup penderita stroke dengan mengoptimalkan kemampuan fungsionalnya dan mengembalikan kemandirian penderita semaksimal mungkin seperti sedia kala (Sismadi, 2005, h.98).
Tahap rehabilitasi stroke menurut Rosjidi (h.) adalah sebagai berikut :
a.                   Rehabiltasi stadium akut
Rehabilitasi stadium akut dimulai setelah 24-72 jam pasca serangan setelah proses penyakit stabil, kecuali pada strok jenis pendarahan. Program rehabilitasi segera dijalankan terutama latihan mobilisasi aktif. Speech therapist segera diikutkan untuk melatih otot-otot menelan yang biasanya terganggu apalagi jika terdapat kesulitan bicara
Pendekatan latihan pada stadium ini adalah :
1.       Pendekatan unilateral.
Metode dengan pendekatan unilateral sering digunakan klien yang tidak menghendaki perawatan terlalu lama di tempat tidur. Tujuan latihan tersebut agar klien cepat mandiri. Prinsip gerakan latihan ditujukan pada sisi yang sehat supaya dapat mengkompensasi fungsi sisi yang sakit, sisi yang sakit dibiarkan karena dianggap sudah tidak berfungsi
2.       Pendekatan bilateral
Pilihan latihan pada pendekatan bilateral diarahkan pada kedua sisi tubuh, baik sisi yang sehat maupun yang sakit. Sasaran utama pendekatan ini adalh kesadaran melakukan gerakan dapat dikontrol dengan baik, tidak pada besarnya gerakan. Bagian tubuh yang sakit harus tetap digerakkan atau dirangsang agar dirasakan oleh penderita. Pengaturan ruang dan posisi tidur harus dibuat sedemikian rupa sehingga sisi yang sakit mendapat rangsangan atau stimulasi terus menerus. Beberapa bentuk latihan pada stadium dini adalah gerak pasif, gerak aktif, perubahan posisi, bergeser atas bawah, bergeser kiri kanan, bangkit duduk, pindah ke kursi atau sebaliknya, latihan berdiri dan keseimbangan.


b.                  Rehabilitasi stadium sub akut
Rehabilitasi pada stadium subakut adalah kesadaran membaik, penderita mulai menunjukkan gejala-gejala depresi, fungsi bahasa mulai terperinci. Pola kelemahan otot akan menimbulkan posisi khas hemiplegic posture
c.                   Rehabilitasi stadium kronik
Kondisi penderita pada stadium kronik adalah dalam kondisi stabil, tekanan darah naik turun, serta otot-otot mulai meningkat tonusnya. Menurut Soeparman beberapa metode latihan pada stadium kronis adalah :
1.       Metode Bobath
Dasar pemikiran dari metode Bobath adalah penderita stroke seolah-olah kembali pada usia bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan bayi normal. Penderita stroke dilatih mulai dari posisi berbaring, miring, tengkurap, merangkaka, duduk, berdiri dan berjalan. Latihan dilakukan secara bertahap dan berurutan.
2.       Metode Brunnstrom
Dasar pemikiran dari metode Brunnstrom adalah gerak asosiasi dan reflek primitif pada bayi. Gerak asosiasi pada lengan, gerak refleksi lebih mudah dilakukan bersama-sama dengan gerak adduksi (mendekat tubuh), gerak ekstensi lebih mudah dilakukan bersama-sama abduksi (menjauh tubuh). Contoh gerak refleks primitif seperti kepala menunduk diikuti kedua siku fleksi dan sebaliknya pada saat kepala ke atas diikuti kedua siku lurus.
3.       Metode Janet dan Roberta S
Dasar dari metode Janet dan Roberta S adalah otak mempunyai kemampuan mengungkap kembali kejadian yang pernah dialami apabila diberikan latihan gerak yang berulang-ulang. Latihan akan membuat saluran-saluran baru di dalam sel-sel otak. Aktivitas tertentu diberikan, kemudian dianalisis dan dilakukan koreksi terhadap hasil aktivitas.
            Program-program rehabilitasi dalam penanganan penderita stroke yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Sismadi, 2005, h.102-107)
a.                   Terapi fisik
Terapi fisik mengevaluasi kemampuan pasien untuk menggerakkan lengan dan tungkainya, menjaga kesimbangan saat duduk, berdiri, dan bangun dari tempat tidur, pindah ke kursi roda dan berjalan. Evaluasi ini meliputi kekuatan, koordinasi, sensasi rasa, kelenturan atau fleksibilitas, dan kemampuan fungsional.
Program terapi meliputi :
1.             Latihan peregangan dan kekuatan otot
2.             Latihan kesimbangan saat duduk dan berdiri
3.             Meningkatkan kewaspadaan terhadap keterbatasan neurologis yang disebabkan oleh stroke.
4.             Aktivitas utuk meningkatkan ketahanan tubuh
5.             Latihan mobilitas, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Latihan tersebut meliputi juga bergerak di sekitar tempat tidur, berpindah ke dan kursi dora, menggerakkan dan mengontrol kursi roda, dan berjalan di dalam maupun di luar ruangan.
6.             Penggunaan tongkat untuk membantu pasien berjalan atau berpindah tempat.
7.             Mengajari anggota keluarga dan teman-teman penderita tentang cara mendampingi pasien selama latihan dan membantu mobilitas penderita.
b.                  Terapi okupasi
Peranan terapi okupasi dalam rehabilitasi penderita stroke meliputi :
1.                  Menilai kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari
2.                  Menilai kognitif, pergerakan lengan dan tangan, koordinasi, pergerakan tubuh, penglihatan dan keseimbangan, untuk menentukan pengaruhnya terhadap kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari
3.                  Mengembangkan rencana terapi yang sesuai bersama penderita dan keluarga
4.                  Mengajar kan kepada penderita agar dapat melakukan aktivitasnya dengan mudah dan memupuk kemandirian penderita
Terapi okupasi meliputi :
1.                  Menggunakan toilet dan bak mandi beserta peralatannya.
2.                  Berpakaian
3.                  Melatih kekuatan dan regangan tubuh
4.                  Belajar untuk makan sendiri. Latihan dikonsentrasikan pada latihan menelan
5.                  Makan siang bersama untuk sosialisasi
6.                  Melatih keluarga untuk membantu aktivitas sehari-hari penderita
7.                  Belajar menggunakan alat-alat rumah tangga dengan benar
c.                   Terapi wicara
Terapi wicara bertujuan untuk memperbaiki komunikasi, kognitif, dan problem menelan pada penderita stroke. Program terapi wicara meliputi :
1.                  Latihan untuk meningkatkan kekutan otot-otot bicara dan otot-otot menelan
2.                  Teknik pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi walaupun terdapat keterbatasan ekspresi verbal
3.                  Latihan pada waktu makan dengan mengajarkan cara menelan yang aman
4.                  Berlatih memahami petanyaan dan perintah yang kompleks
5.                  Mengembangkan strategi untuk mengkompensasi daya ingat yang lemah sehingga dapat membantu penderita dalam menginagt jadwal dan janji
Penanganan-penanganan tersebut dilakukan dengan rutin dan disesuaikan dengan kondisi stroke yang dialami penderita. Keadaan normal yang diharapkan oleh penderita dapat dicapai meskipun tidak seratus persen. Penanganan tersebut dilakukan dalam upaya mengembalikan kondisi fisik penderita yang diharapkan mengembalikan kondisi psikis ke keadaan yang kembali sehat.
B.8. Status dan Perilaku Sehat
            Kasl dan Cobb mendefinisikan terdapat tiga tipe perilaku yang berkaitan dengan kesehatan (dalam Sarafino, 1998, h.172), yaitu :
a.       Perilaku Sehat
Perilaku sehat adalah beberapa aktivitas yang dikerjakan oleh seseorang untuk menjadi sehat. Tujuan aktivitas tersebut dilakukan adalah untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit, contohnya olahraga, diet, melakukan pemeriksaan (check up) rutin.
b.      Perilaku Sakit
Perilaku sakit adalah beberapa aktivitas yang dikerjakan oleh seseorang yang merasa sakit yang bertujuan untuk pemulihan atau mencari kesembuhan. Contoh dari perilaku sakit antara lain : meminta bantuan atau nasehat kepada teman atau ahli medis.
c.       Perilaku Peran Sakit
Perilaku peran sakit adalah beberapa aktivitas yang dikerjakan dengan tujuan agar tetap sehat Contoh perilaku peran sakit antara lain: melaksanakan anjuran dari ahli medis.
            Ketiga perilaku tersebut seharusnya dilaksanakan oleh setiap individu yang memenuhi kriteria masing-masing perilaku




C. Stres
C.1      Pengertian Stres
Stres menurut istilah teknik adalah perbandingan kekuatan internal dibawa ke dalam permainan ketika sebuah zat diubah ke tempat dengan kekuatan lebih (Hinkle dalam Prestonjee, 1992, h. 15)
Stres menurut Selye merupakan respon tubuh tidak spesifik terhadap sesuatu tuntutan yang dihadapi. Stres bukan ketegangan syaraf melainkan ketegangan tubuh. Stres menerangkan efek-efek dari reaksi tubuh terhadap tekanan (Fabella, 1993, h.12).
Bishop (h.127) menyimpulkan stres sebagai hubungan antara individu dan lingkungan yang meliputi penaksiran individu terhadap sikap yang menantang oleh situasi yang sama seperti sumber stres termasuk respon-respon psikologis dan fisiologis untuk merasa tertantang.
Menurut Bishop stres meliputi proses saling mempengaruhi secara dinamis antara kondisi lingkungan, penilaian individu tehadap kondisi tersebut dan coping respone (respon penyelesaian) (h. 153).
Stres adalah suatu keadaan yang merupakan hasil ketika individu atau lingkungan menyebabkan individu tersebut menerima ketidaksesuaian antara kenyataan dan tidak (Sarafino, 1998).
Stres menurut Atwater adalah beberapa tuntutan yang sesuai yang membutuhkan sebuah respon dari kita (h. 49).
Stres menurut Feldman (Fauziah dan Widury, 2005, h.9) adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa pada tingkat fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Gejala-gejala fisik yang terjadi ketika berada pada kondisi stres adalah sakit kepala, sakit perut, ketegangan otot dan kelelahan. Gejala-gejala psikis yang terjadi adalah kegelisahan, kecemasan, ketegangan, cepat marah dan depresi (Papalia, 2001, h.573)
Pengertian stres dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi yang dirasakan yang tidak menyenangkan oleh individu karena ketidak sesuaian antara pengharapan dan kenyataan sehingga dianggap sebagai sesuatu yang mengancam, menantang ataupun membahayakan yang akhirnya menimbulkan ketegangan tubuh pada individu tersebut. Kondisi stres akan menurun atau hilang jika kondisi yang mengancam, menantang dan membahayakan dapat dihilangkan atau diterima oleh individu yang mengalaminya melalui coping stress yang tepat.

C.2      Penyebab Stres
Sarafino (dikutip Smet, h. 115), membagi sumber stres menjadi tiga, yaitu:
a.                   Sumber stres di dalam diri
Sumber stres dapat berasal dari diri dalam individu, salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stres muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Stres juga akan muncul dalam individu melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan apabila individu mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres utama.
b.                  Sumber stres di dalam keluarga
Stres di dalam keluarga bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga. Kehilangan salah satu anggota keluarga dapat menjadi sumber stres karena merasa kehilangan harapan dan peran, kehilangan rasa cinta, perasaan istimewa dan kehilangan rasa aman
c.                   Sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan
Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres. Sumber stres antara lain pekerjaan, yang meliputi lingkungan fisik, kurangnya kontrol yang dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal dan kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.
Menurut Atwater (h. 53-55) faktor penyebab stress dibagi dua, yaitu faktor internal (dari dalam diri) dan eksternal (sosial). Faktor yang berasal dari dalam diri individu antara lain : karakteristik kepribadian individu, kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres, harga diri, cara individu menerima atau mempersepsi peristiwa yang potensial menyebabkan stres. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pernyataan bahwa individu yang mempunyai toleransi tinggi terhadap stress, maka mudah mengalami stres.
Menurut Holmes dan Rahe (dalam Prihartanti, 2004, h.15-16) stres dapat ditimbulkan baik oleh peristiwa hidup negatif, maupun peristiwa hidup positif karena kedua peristiwa tersebut membutuhkan penyesuaian. Lima peristiwa hidup negatif yang menjadi sumber stres dari yang berat ke yang lebih ringan, yaitu peristiwa kematian pasangan hidup, perceraian, keretakan rumah tangga, sakit dan kehilangan pekerjaan. Peristiwa hidup yang positif yang juga menimbulkan tekanan seperti, pernikahan, kehamilan, pengunduran diri atau liburan.
Faktor-faktor penyebab stres tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk mengelola stres dengan baik. Faktor yang berasal dari dalam individu mengarahkan individu agar setiap potensi yang terdapat dalam dirinya dapat dipergunakan dengan baik. Faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan luar mengarahkan pada pengaturan lingkungan di luar individu sehingga dapat mendukung individu untuk dapat mengantisipasi stres yang akan terjadi.

C.3.     Bentuk Stres
Beberapa bentuk stres antara lain (Atwater, 1983, h. 52) :
a.              Tekanan (pressure)
                 Tekanan bersumber dari dalam diri, misalnya : ambisi dan dari luar atau kondisi, bahkan dapat berasal dari gabungan keduanya. Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, perilaku self-defeating (penaklukan  diri) akan kalah dengan tuntutan diri yang berlebihan.
b.             Frustrasi (frustration)
                 Frustrasi muncul karena adanya hambatan terhadap motif atau perilaku dalam mencapai tujuan. Frustrasi dapat juga muncul akibat adanya obyek tujuan yang tidak sesuai.
c.              Konflik (conflict)
                 Konflik dapat muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan secara stimulan atau bersamaan.
d.             Cemas (anxiety)
                 Cemas merupakan perasaan samar-samar atau rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan datang. Gejala cemas secara fisik antara lain : jantung berdebar, ketegangan otot, keringat dingin. Secara psikologis cemas, dianggap wajar jika dalam intensitas normal karena merupakan tanda alarm yang memperingatkan bahwa bahaya sudah dekat dan kebangkitan untuk meresponnya secara cepat.
                 Stres terhadap kecemasan dipelajari dan berfungsi dalam hubungannya dengan perasaan aman. Kecemasan dengan taraf ringan – sedang menstimulasi individu menjadi lebih waspada dan responsif pada situasi yang membutuhkan perhatian lebih (fascilitating). Kecemasan yang berlebihan memperburuk penampilan (debilitating).
                  Bentuk-bentuk stres tersebut memperlihatkan respon individu yang mengalami stres. Respon yang dilakukan menunjukkan seberapa ketahanan individu tersebut dalam menjalankan kehidupannya.

C.4      Mekanisme Pertahanan Diri (Defence Mechanisms)
Mekanisme Pertahanan Diri merupakan reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri dari kelebihan dosis intensif dari adanya stres psikologis (Atwater, 1983, h. 60). Mekanisme pertahanan diri digunakan oleh self (diri) untuk melindungi dari segala ancaman. Sebagian besar sifatnya tidak disadari, otomatis muncul ketika individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali.
Tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena terpicu adanya kecemasan, konflik atau frustrasi. Kemunculannya berbeda antar individu, ada yang benar-benar terdesak, ada pula yang menjadi bagian dari kesehariannya. Mekanisme pertahanan diri menjadi patologis apabila ada self deception (pengingkaran diri), disamping distorsi realita, kepercayaan yang berlebihan terhadap keadaan atau menerima keadaan, sehingga tidak ada usaha untuk melawan stres yang muncul.
Jenis dari mekanisme pertahanan diri yang muncul ketika terjadi stres, yaitu :
a.    Represi  (repression)
Represi adalah suatu usaha untuk menukar pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar. Akibatnya dapat membebaskan dari ketidaknyamanan akibat selalu waspada pada ancaman tetapi mempersempit kesadaran, perilaku menjadi kaku.
b.    Supresi (supression)
Supresi merupakan upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja. Nilai self deception dari supresi sangat kecil, namun dapat menghambat realita internal.
c.    Pengingkaran (denial)
Pengingkaran adalah menolak melihat atau mendengar realita yang tidak menyenangkan atau mengancam, menolak pengakuan eksternal, realita sosial.
d.   Rasionalisasi (rasionalization)
Rasionalisasi adalah usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima sosial dan rasional. Nilai self deception sangat besar. Apabila individu terbiasa melakukan rasionalisasi maka orientasi terhadap realita berkurang, merasa bahwa lingkungan selalu menguasai diri.
e.    Regresi (regression)
Regresi merupakan usaha untuk mengurangi ketegangan dalam dirinya dengan bertingkah laku mencari perhatian agar diperhatikan.


f.     Reaksi formasi (reaction formation)
Reaksi formasi merupakan usaha untuk mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif tersebut tidak diterima moral.
g.    Acting out
Acting out merupakan usaha untuk membebaskan tegangan dari impuls yang tidak dapat diterima yang mengekspresikannya secara simbolik dan tidak disadari.
h.    Fantasi (fantasy)
Fantasi merupakan usaha membebaskan tekanan dengan tindakan imajinasi.

C.4.     Psikoneuroimunologi
Psikoneuroimunologi mempelajari hubungan antara faktor-faktor psikologis dengan cara sistem endokrin, sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf.
Stres mempunyai efek domino dalam sistem endokrin, yaitu sebuah sistem tubuh yang berupa kelenjar yang memproduksi dan melepaskan sekresi yang disebut hormon, langsung ke saluran darah. Sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar mendistribusikan hormon ke seluruh tubuh.
Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam menampilkan respon tubuh terhadap stres. Pertama, hipotalamus merupakan struktur kecil di otak, melepas suatu hormon yang menstimulasi kelenjar pituitari didekatnya untuk menghasilkan adrenocorticotrophic hormone (ACTH). ACTH selanjutnya menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi di atas ginjal. ACTH mempengaruhi lapisan terluar kelnjar adrenal yang disebut korteks adrenal, melepas sekelompok steroid, misalnya corticol dan cortisone. Kortikol steroid ini meruapakan hormon yang mempunyai sejumlah fungsi yang berbeda-beda dalam tubuh. Hormon tersebut mendorong perlawanan terhadap stres, membantu perkembangan otot dan menyebabkan hati melepaskan gula, yang merupakan tenaga dalam menghadapi stresor yang mengancam. Hormon tersebut juga membantu tubuh mempertahankan diri dari reaksi alergi dan peradangan (inflammation).
Cabang simpatis dari susunan saraf otonom (ANS) menstimulasi lapisan dalam kelenjar adrenal (medulla adrenalis) untuk melepas zat kimia yang disebut catecholamines eprinefrina (adrenalin) dan nonepinefrina (nonadrenalin). Zat tersebut berfungsi sebagai hormon setelah terlepas di dalam aliran darah. Nonepinefrina juga diproduksi di sistem saraf dan berfungsi sebagai suatu neurotarnsmitter. Gabungan epinefrina dan non epinefrina menggerakkan tubuh menghadapi stresor dengan meningkatkan kerja jantung dan menstimulasi hati untuk melepaskan persediaan gula, menjadi tenaga yang dapat digunakan untuk melindungi diri dalam situasi yang mengancam.
Hormon-hormon stres yang diproduksi oleh kelenjar adrenal membantu menyiapkan diri mengatasi stresor atau ancaman. Apabila stresor sudah terlewati tubuh kembali ke keadaan normal. Selama stres yang kronis, tubuh terus menerus memompa keluar hormon-hormon yang dapat menyebabkan kerusakan pada seluruh tubuh, termasuk menekan kemampuan dari sistem kekebalan tubuh yang melindungi diri dari berbagai infeksi dan penyakit (dalam Nevid, 2005, h.136-137).
Selye (dalam Nevid, 2005, h.139-140) menciptakan istilah sisndrom adaptasi menyeluruh (general adaptation syndrom) atau GAS untuk menjelaskan pola respon biologis umum terhadap stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Tubuh akan berekasi sama terhadap berbegai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stres berupa penyakit atau yang lain. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stres, tubuh seperti jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.
GAS terdiri dari tiga tahap, yaitu (dalam Nevid,2005, h.139-140) :
a.                   Tahap Reaksi Waspada (alarm reaction)
Persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan memicu munculnya reaksi waspada. Reaksi tersebut menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Proses tersebut diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf otonom. Reaksi waspada yang sensitif memberikan daya untuk bertahan hidup
b.                  Tahap Resistansi (resistance stage)
Tahap resistansi dicapai apabila stresor bersifat persisten. Tahap resistansi juga disebut tahap adaptasi pada GAS. Respon-respon endokrin dan sistem simpatis tetap pada tingkat tinggi, tetapi tidak setinggi ketika tahap reaksi waspada. Tahap resistansi, tubuh membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan.
c.                   Tahap Kelelahan (exhaustion stage)
Tahap kelelahan terjadi apabila stresor dari tahap resistansi berlanjut atau tejadi stresor baru yang memperburuk keadaan. Daya tahan terhadap stres antar individu berbeda, namun semua individu pada akhirnya kelelahan atau kehabisan tenaga. Tahap kelelahan ditandai dengan menurunnya aktivitas parasimpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Akibat dari tanda-tanda tersebut adalah detak jantung dan kecepatan nafas menurun.















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Perspektif Fenomenologis
Hardiness adalah salah satu karakteristik kepribadian yang menjadi penyebab terjadinya perilaku. Kepribadian menurut Murray adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi mengintregasikan konflik-konflik dan rintangan-rintangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu dan menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan di masa mendatang. Kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi. (dalam Hall dan Lindzey, 1993, h.25).
Adler berpendapat bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat, dan nilai-nilai; setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri (dalam Hall dan Lindzey, 1993, h.242 ).
Karakteristik yang melekat dan menjadi ciri khas pada individu merupakan rangkaian peristiwa yang menjadi pengalaman bagi individu tersebut. Faktor-faktor yang membentuk suatu karakteristik kepribadian menjadi hal utama yang akan dikaji dan diteliti. Adler menjelaskan bahwa terdapat proses-proses formatif dan konstruktif yang tidak hanya berguna bagi kelangsungan hidup atau sebagai pertahanan-pertahanan terhadap kecemasan, tetapi juga memiliki energi-energi, tujuan-tujuan, dan pemenuhan-pemenuhannya sendiri. Individu perlu kreatif dan imajinatif menyusun dan menciptakan agar dirinya tetap sehat secara psikologis (dalam Hall dan Lindzey, 1993, h.30).
Proses bertahan dalam menghadapi permasalahan menjadi fenomena dalam diri individu yang menjalankannya. Proses tersebut dapat dilihat melalui pendalaman dalam diri individu melalui pengalaman-pengalaman hidup dan fenomena-fenomena yang terjadi pada individu tersebut, sehingga penelitian ini menggunakan penelitian secara fenomenologis.
Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologis dengan pendekatan analisis induktif. Peneliti tidak memaksa diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaan, melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri. Peneliti juga menggunakan perspektif dinamis, melihat perubahan sebagai hal yang wajar, sudah diduga sebelumnya dan tidak dapat dihindari.
 Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phainomenon dari phainesthai atau phainomoi atau phainein, yang artinya menampakkan, memperlihatkan. Kata ini mempunyai arti sebagai obyek persepsi, apa yang diamati, apa yang tampak pada kesadaran kita, pengalaman inderawi, apa yang tampak pada panca indera kita dan peristiwa yang dapat diamati (Dagun, 1990, h.37)
Fenomenologi mempelajari apa yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomen (Bertens, 1990, h.100).
Fenomenologi merupakan uraian atau percakapan tentang fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakkan diri (Drijarkara, 1978, h.117).
Husserl mengatakan bahwa dalam fenomenologi memperoleh langkah-langkah dalam menuju suatu fenomena yang murni. Langkah-langkah tersebut meneliti ciri-ciri fenomen-fenomen berdasarkan yang tersingkap melalui kesadaran tentang fenomenon tersebut. Langkah-langkah dalam proses-proses kesadaran berawal dari pemahaman subyek menuju pada kesadaran murni. Kesadaran murni adalah tingkat yang tertinggi. Tingkat tertinggi tersebut dapat tercapai jika bebas dari pengalaman serta gambaran hidup sehari-hari. Proses tersebut akan sampai pada batas dimana gambaran dan pengalaman yang diajuhkan tersebut akan mengendap sarinya. Sari tersebut adalah gambaran hakiki atau intuisi esensi (Dagun, 1990, h.42-43)
Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan fokus kepada pengalaman-pengalaman subyektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Husserl menyatakan bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal lainnya daripada diri sendiri. Seseorang tidak ada kontrol diri terhadap kesadaran terstruktur. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan dan apa yang tidak, dan dengan aturan apa obyek dan kejadian tersebut berkaitan. Aturan-aturan tersebut bukanlah sebenarnya ciri-ciri yang berdiri sendiri dari sesuatu dunia obyektif, tetapi dibentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran yang dialami sebagai hal yang berdiri sendiri (Moeleong, 2004, h.16). Penelitian fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Penekanan fenomenologis adalah aspek subyektif dari perilaku orang. Peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Fokus Penelitian
Penelitian ini terarah pada perkembangan ketabahan dalam menghadapi masalah dan interaksi dengan orang lain. Proses perkembangan tersebut selanjutnya dapat menggambarkan peranan ketabahan pada proses kesembuhan yang dilakukan oleh subyek sebagai pelaku stroke dan memberikan gambaran yang jelas mengenai karakter penderita stroke yang tabah.

C.    Subyek Penelitian
Kriteria subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Penderita stroke yang masih sakit. Kriteria tersebut dimaksudkan agar subyek dapat meneceritakan pengalamannya secara langsung kepada peneliti sebelum subjek sakit dan menjalani hari-harinya saat sakit.
2.      Penderita stroke yang mempunyai pengalaman menderita stroke minimal dua tahun. Dimaksudkan agar lebih mengenal proses yang terjadi di diri subjek.

D.    Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti adalah :
1.      Wawancara
Menurut Banister dkk, wawancara adalah percapakan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (dalam Poerwandari, 2001, h.75).
Wawancara merupakan metode utama dalam pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti. Jenis-jenis wawancara yang akan dipakai peneliti adalah :
a.       Wawancara semi terstruktur
      Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun sebelum penelitian dan didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Keuntungan wawancara jenis ini adalah jarang mengadakan pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara agar sampai berdusta (Moeleong, 2005, h.190). Jika dalam satu pernyataan subyek membutuhkan penggalian lebih dalam, peneliti akan memberikan pertanyaan lain yang dapat mengarahkan subyek untuk memberikan penjelasan yang diharapkan.
b.      Wawancara terbuka
            Wawancara terbuka dilakukan dengan subyek yang akan diwawancarai mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui maksud wawancara tersebut (Moeleong, 2005, h.189)
2.      Observasi
Poerwandari menyatakan bahwa tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut (h.71)
Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pendukung dari wawancara yang dilakukan. Observasi dilakukan pada hal-hal yang dianggap penting dalam penelitian, jadi hanya pada konteks mendalami lebih jauh perilaku subyek dan pengaruhnya terhadap kajian utama penelitian.


3.      Materi Audio-visual
Materi audio visual yang dipakai adalah tape recorder atau alat perekam suara yang lain. Materi ini berfungsi untuk membantu peneliti dalam merekam semua hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan subyek, karena terdapat keterbatasan peneliti dalam kemampuan mengingat dan tidak ada satu data pun yang terlewat.
4.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data. Catatan lapangan merupakan hasil catatan yang diperoleh saat penelitian kemudian disusun kembali setelah penelitian tersebut selesai. Proese tersebut dilakukan setiap kali selesai mengadakan wawancara dan pengamatan, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan yang sifatnya terbatas (Moeleong, 2005, h.208-209)

E.     Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan dipelajari, dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain (dalam Moeleong, 2005, h.248). Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah :
1.             Membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkan
       Peneliti melakukan transkripsi atau pemindahan hasil wawancara dan observasi yang masih berupa data lisan ke dalam bentuk tertulis. Transkrip tersebut disertai nama subyek (jika bersedia), tempat wawancara, waktu wawancara, situasi wawancara, dan bentuk wawancara
2.             Membaca dengan teliti data yang sudah diatur
       Peneliti secara berulang dan mendetail membaca transkrip
3.             Deskripsi pengalaman peneliti di lapangan
                     Peneliti memberi gambaran kepada pembaca tentang pengalaman dan observasi di lapangan
4.             Horisonalisasi
                     Peneliti membuang pernyataan-pernyataan yang tidak relevan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan yang berulang (repetitif) atau tumpang tindih (overlapping) dihindari.
5.             Unit-unit makna
                   Peneliti menentukan secara intuitif kelompok-kelompok makna yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan relevan. Kelompok makna adalah pemecahan transkrip wawancara ke dalam topik atau sub-subtopik.
6.             Deskripsi tekstural yang disertai pernyataan subyek yang orisil
       Peneliti memasukkan pernyataan-pernyataan orisinil subyek ke dalam unit-unit makna yang dibuat.
7.             Deskripsi struktural atau variasi imajinatif
                     Peneliti mengemukakan interpretasi pribadinya mengenai ucapan orisinal subyek.
8.             Makna atau esensi pengalaman subyek
                     Peneliti menyatukan semua interpretasinya dan mencari inti dari interpretasi tersebut.

F.     Verifikasi Data
Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeruksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, yaitu :

1.      Kredibilitas (validitas internal)
Kriteria ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai dan menunjukkan tingkat kepercayan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moeleong, 2005, h.324).
Poerwandari (h.102) menyatakan bahwa kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai tujuan mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Proses tersebut menjamin bahwa subyek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat.
Kredibilitas tersebut dapat dicapai melalui:
a.       Perpanjangan Keikutsertaan
      Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti bertujuan berorientasi dengan situasi dan memastikan agar konteks yang diteliti dapat dipahami. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data dan untuk membangun kepercayaan para subyek terhadap peneliti serta kepercayaan diri peneliti sendiri (Moeleong, 2005, h.327-329)
b.      Ketekunan atau keajegan pengamatan
      Keajegan pengamatan adalah mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan, mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh serta mencari yang dapat diperhitungkan dan tidak. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol (Moeleong, 2005, h.329-330).



c.       Triangulasi
      Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moeleong, 2005, h.330)
d.      Pengecekan sejawat
      Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moeleong, 2005, h.332).
e.       Analisis kasus negatif
      Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pelindung (Moeleong, 2005, h.334).
f.       Pengecekan anggota
      Pengecekan anggota adalah pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data yang sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan yang meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi anggota sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti (Moeleong, 2005, h.335)
2.      Transferabilitas (validitas eksternal)
Menurut Guba, istilah transferabilitas dijelaskan sejauh mana suatu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada kelompok lain. Setting atau konteks hasil penelitian akan diterapkan atau ditransferkan harus relevan atau memiliki banyak kesamaan dengan setting dimana penelitian dilakukan (dalam Poerwandari, 2001, h. 104).
Peneliti mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Peneliti melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi (Moeleong, 2005, h.325)
3.      Dependabilitas (reliabilitas)
Melalui konstruk dependabilitas peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Teknik yang dapat dipakai dalam konstruk ini adalah pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspek-aspek yang berkaitan (Poerwandari, 2001, h.105).
Sarantakos (dalam Poerwandari, 2001, h.104) memberikan cara-cara untuk meningkatkan dependabilitas dan hal-hal yang dianggap penting, yaitu :
a.                   Koherensi
Metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan
b.                  Keterbukaan
Sejauhmana peneliti membuka diri dengan memnfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan
c.                   Diskursus
Sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain
4.      Konfirmabilitas (obyektifitas)
Sarantakos menyatakan bahwa konfirmabilitas dapat diartikan sebagai sesuatu yang muncul dari hubungan subyek-subyek yang berinteraksi sehingga konfirmabilitas dilihat sebagai konsep intersubyektivitas terutama dalam kerangka pemindahan dari data yang subyektif ke arah data obyektik. Konfrmabilitas juga dapat dikatakan sebagai kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya, sehingga memungkinkan pihak lain melakukan penilaian. Konfirmabilitas jika dilihat dalam kerangka kesamaan pandangan atau analisis terhadap obyek atau topik yang diteliti ditampilkan melalui sejauhmana diperoleh kesetujuan di antara peneliti-peneliti mengenai aspek yang dibahas (dalam Poerwandari, 2001, h.105)


BAB IV
ANALISIS DATA

A.    Deskripsi Kancah Penelitian
Penelitian Ketabahan pada Penderita Stroke merupakan penelitian yang dilakukan pada penderita stroke yang sudah menjalani proses penyembuhan dan telah mengalami kesembuhan walau belum secara total. Kriteria tersebut diambil dengan pertimbangan subyek dapat diajak berkomunikasi dengan baik dan dapat melihat perkembangan ketabahan yang membawa pada kesembuhan.
Peneliti pada awalnya melakukan kajian awal mengenai stroke untuk dapat memperoleh subyek yang tepat. Kajian dilakukan dengan membaca literatur tentang stroke serta mengunjungi situs-situs stroke di internet. Penelusuran di internet membawa pada rencana awal untuk mengajak kerjasama lembaga stroke atau rumah sakit di Semarang dalam pencarian subjek. Rencana awal tidak terlaksana karena pertimbangan prosedural dan administrasi yang dirasa cukup rumit. Peneliti memutuskan melakukan pencarian subjek lewat personal atau menanyakan kepada teman, kerabat atau kenalan yang mengetahui atau pernah berinteraksi dengan penderita stroke. Peneliti juga menganggap bahwa perkenalan calon subjek dengan peneliti melalui perantaraan orang-orang yang dikenal mampu membawa suasana keakraban sehingga subjek lebih terbuka dalam menceritakan pengalamannya.


A.1      Proses Penelusuran Subjek
Peneliti mulai melakukan pencarian terhadap subjek pada bulan Mei 2009. Peneliti tidak langsung mendapatkan subjek yang tepat, hanya beberapa rekomendasi dari teman peneliti. Melalui jalan yang berliku dan proses untuk memilah dan memilih subjek dan dilakukan beberapa seleksi untuk mendapatkan subjek yang tepat untuk penelitian akhirnay tepat pada hari minggu 12 Juli 2009 peneliti meminta kakak peneliti untuk menghubungi keluarga subjek untuk mengatur waktu pertemuan di rumah subjek. Kemudian proses pertemuan itu disepakati pada pukul 14.00 peneliti mulai datang ke lokasi dimana subjek tingal yaitu di jalan sisingamangaraja di rumah dinas Bank Mandiri. Peneliti menunggu selama satu jam karena subjek sedang tidur siang. Dengan kesungguhan hati dan semangat peneliti tetap menunggu walu detik-detik terasa begitu lama sekali. Akhirnya peneliti mampu bertemu dengan subjek dan kemudian subjek menyepakati untuk di wawancarai dan akan dijadikan subjek penelitian. Pertemuan pertama peneliti dengan subjek berjalan lancar.

A.2      Pengalaman Peneliti dengan Subjek
a.       Pengalaman peneliti dengan subjek
1)      Gambaran kondisi subjek
Subjek berjenis kelamin Permpuan. Berperawakan tinggi besar.Beliau mengenakan penutup kepala warna orange  dan berkacamata tebal. Subjek memakai kursi roda. Kulit subjek berwarna putih. Subjek lahir di Semarang di daerah kuningan dan tinggal di Jakarta namun akhir tahun 2008 subjek kembali ke Semarang tinggal bersama anak-anaknya.
Subjek telah berkeluarga dan menjanda sejak htahun 2005 karena sang suami yang dicintai meninggal dunia. Subjek memiliki tiga orang anak yaitu dua orang perempuan dan satu orang anak laki-laki.Subjek beragama Islam. Subjek berprofesi sebagai penjual makanan di yaik saat beliau masih sehat dan mulai menutup aktivitas itu setelah subjek sakit.
Subjek mengenakan tutup kepala kopyah (kerudung berbentuk topi) berwarna orange.mengenakan kursi roda. Pertama kali melihat, subjek terlihat bahagia sekali dan tersenyum seolah ia melihat anak-anak nya saat bertemu peneliti.
2)      Interaksi peneliti dengan subjek selama penelitian
Pertama kali bertemu dengan peneliti subjek menyambut kedatangan peneliti dengan wajah ceria, meskipun sebelumnya subjek belum pernah bertemu dengan peneliti. Subjek menanyakan lebih lanjut tujuan peneliti memilih subjek. Subjek terlihat ramah ketika diwawancarai. Setiap pertanyaan yang diajukan peneliti dijawab dengan sabar oleh subjek, meskipun terkadang jawaban yang tidak nyambung tapi dalam jawabannya banyak harapan-harapan yang subjek bubuhkan . Subjek juga menyatakan kesiapannya jika peneliti akan melaksanakan interview.
Interview pertama terlaksana tanggal 12 Juli 2009 di tempat tinggal subjek.
Interaksi peneliti dengan subjek walau pertama kali bertemu seolah sangat akrab sekali subjek begitu familiar dan sangat terbuka kepada subjek perihal apa yang dialami subjek.
Selama melakukan interview, subjek terlihat sangat sedih karena seakan teringat masa lalu juga terlihat banyak harapan yang subjek ucapkan untuk kesembuhannya.

A.3      Kendala yang Dihadapi Peneliti di Lapangan
Kendala yang dihadapi peneliti di lapangan secara umum tidak ada. Hanya beberapa penyesuaian segi bahasa dari subjek dan juga dalam melakukan interview karna subjek terkadang mengulang jawaban yang sama namun itu semua tidak menjadi masalah bagi peneliti untuk menyesuaikan diri.
B.     Horisonalisasi
Horisonalisasi dilakukan dengan membuat pernyataan yang penting dan relevan dalam wawancara. Pernyataan-pernyataan tersebut terkait dengan pengalaman subjek dan fenomena yang sedang diteliti. Peneliti membuang pernyataan-pernyataan yang tidak relevan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan yang berulang (repetitif) atau tumpang tindih (overlapping) dihindari. Pernyataan-pernyataan yang relevan ditulis dalam huruf tebal dengan ditempatkan pada kolom khusus yang terlampir





C.    Unit Makna dan Deskripsi

Pernyataan-pernyataan yang telah dihorisonalisasi kemudian dikelompokkan ke dalam unit-unit makna dengan kolom sendiri. Peneliti menentukan secara intuitif kelompok-kelompok makna yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan relevan. Unit makna adalah pemecahan transkrip wawancara ke dalam topik atau sub-subtopik. Deskripsi tekstural berarti peneliti memasukkan pernyataan-pernyataan orisinil subjek ke dalam unit-unit makna yang dibuat. Peneliti berusaha memahami makna yang diberikan subjek terhadap pengalamannya sendiri. Sedangkan deskripsi struktural peneliti berusaha memahami proses subjek dalam memaknai pengalamannya.

Tabel unit makna
Unit Makna
Makna Psikologis

Reaction
Cognitive
Negative thingking
Obsesive thinking

Emotion
Pesimistic

Helplesness
Useless

Sadness
Shock


Characteristic

Control
Sense of control
Self ideal
Commitment
Dependent
Significant others
Protector factors
Self interest


Suggestable

Acceptance

Empathy

Social support
Informational support

Emotional support


Possitive reinforcement
Problem focused coping
Direct action
Seeking information

Turning to others

Emotion focused coping
Resign acceptance
Emotional discharge
Turning to religion

Affective regulation

Coping result
Emotional release

Sick role behavior




Tabel 4.1: Tabel Unit Makna dan Makna Psikologis Keseluruhan Subjek
Deskripsi tekstural dan struktural yang ditemukan pada unit-unit makna adalah sebagau berikut :
1.      Reaksi
Reaksi dalam menghadapi stroke  meninjau pada aspek-aspek psikologis yang menyertainya yaitu kognisi (cognitive), emosi (emotion), dan tingkah lakui (behavior)
a.   Cognitive
Aspek kognisi sebagai akibat stroke merupakan arah berpikir penderita mengenai kondisi yang sedang dialami. Reaksi yang muncul pada cara berpikir mengenai peristiwa atau kejadian meliputi berpikir hal-hal negatif (negative thinking) dan berpikir secara terus-menerus (obsessive thinking).

1)      Negative thinking
Subjek  sempat berpikir bahwa dirinya merasa apapun dilarang dan mencoba tidak makan lagi sebagai wujud penyesalannya pada keadaaan yang diderita
Subjek  :
a)       Nggeh ketika niku nggeh sedih. Aku rak mangan wae, lha nopo, lha mangan tapi ojo sing werno-werno sing dijogo nggeh (dengan suara tersedu)  ”

2)      Obsessive thinking
Subjek  memikirkan peristiwa-peristiwa hidup yang dialaminya.. Subjek memikirkan berulang-ulang hingga pada akhirnya subjek merasa kelelahan dan stres..
Subjek :
” ...Penakan kulo Zaki Rahman niku, kulo pek, deweke nyambut damel teng Amerika trus mantuk. Mantuk niku sakit jantung turene neng kulo mboten disanjangi trus sedo (subjek menangis), sih joko.”

b.   Emotion
1)      Pesimistic
Perasaan bahwa stroke yang dialami tidak segera sembuh dan pasrah terhadap keadaan merupakaan rasa pesimis yang muncul pada diri masing-masing subjek.
Subjek mengungkapkan bahwa pwnyakitnya telah menahun dan merasa pesimistic pada penyakit strokenya
Subjek  :
a)   Alhamdulillah nek mantun nggeh neng dados pundi nggeh wong mpun dangu, sakite anu mpun dangu niku. Umur pinten kulo sakit nggeh, sak derenge kulo mantu anak kulo kaleh niku mpun sakit namung mboten ngertos nak kulo gadah gulo, trus bapak ki anu ayo nang dokter. Trus doktere sanjang ”kok sudah kasep, kok baru dateng kesini ibu, gulanya udah 450”

2)      Helplesness
Perasaan tidak berdaya dan tidak berguna yang dialami oleh subjek dan membutuhkan pertolongan dari orang lain. Perasaan tersebut muncul sebagai akibat penyakit stroke yang diperolehnya secara mendadak.
Subjek  :
...Nak ajeng siram yo ndadak dijunjung neng kamar mandi. Ajeng minggah teng anu kasur nggeh dijunjung. Ngeten niki minggah mpun saged njur dawah



3)      Useless
Individu merasa tidak bermanfaat dengan kondisi yang dialaminya. Individu merasakan bahwa dirinya tidak dapat menjalankan peran yang seharusnya memperlihatkan keberadaan diri di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.
Ketidakbergunaan dan peran sebagai suami yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik adalah perasaan yang juga dialami oleh subjek. Perasaan tersebut diikuti dengan perasaan kasihan terhadap anak yang selalu direpotkan ketika subjek mengalami stroke.
Subjek  :
”... Nggeh kadang-kadang ngoten. Kulo ki kok aku sih dikasih urip...(subjek menangis). Kulo sok didukani anak kulo, ”uwis ojo ngono” ...

4)      Sadness
Perasaan sedih diungkapkan oleh subjek. Ungkapan rasa sedih subjek disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan yang dialami berturut-turut oleh subjek.
Subjek:
...Naliko sedih niku bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. (dengan suara tersedu)....”

5)      Shock
Shock merupakan suatu kondisi depresi yang mendadak karena peristiwa yang mempengaruhi emosi yang sangat kuat.
Subjek  :
... Penakan kulo Zaki Rahman niku, kulo pek, deweke nyambut damel teng Amerika trus mantuk. Mantuk niku sakit jantung turene neng kulo mboten disanjangi...trus sedo..(subjek menangis), sih joko
              Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa reaksi akibat penyakit stroke yang dialami meliputi kognisi (yang terdiri dari pola pikir ke arah positif, berpikir positif, berpikir secara terus-menerus), emosi (putus asa, terjadi dua motif yang berlawanan pada diri subjek, perasaan tidak berguna, perasaan tidak memberikan kemanfaatan, kecemasan, kesedihan, Reaksi-reaksi tersebut dapat terjadi secara tumpang tindih dan muncul lebih dari satu dalam setiap individu tergantung dari kekompleksan dari situasi yang harus dihadapi individu tersebut dan karakteristik dari setiap individu yang mengalami.
            Situasi-situasi yang menjadi pemicu terjadinya reaksi-reaksi tersebut berbeda untuk masing-masing individu.
2.      Characteristic
Karakteristik merupakan sifat-sifat yang membentuk individu menjadi hardiness. Karakteristik hardiness terdiri dari control (pengendalian), commitment (komitmen) dan challenge.(tantangan).
a.      Control
Control atau pengendalian adalah keyakinan individu dalam mengatasi stresful. Individu mempunyai keyakinan bahwa dirinyalah yang menentukan setiap keputusan dalam hidupnya.
1)      Sense of control
Sense of control mengacu pada pada pengendalian individu baik secara kognitif maupun tingkah laku sehingga dapat mengurangi dampak situasi stresful. Pengendalian tersebut dapat mengurangi tegangan dengan antisipasi sebelum mengalami situasi stresful dan selama mengalami situasi stressful.
Subjek mencoba untuk menurunkan ketegangan dalam dirinya secara kognitif dengan berprinsip bahwa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan adalah kehendak Tuhan yang tiap manusia harus ikhlas menerima suratn yang telah ditentukannya.
Subjek
Lah kados pundi lha mpun diparingi Gusti allah ngeten niki, ikhlaslah, nggeh insyaAllah (dengan suara tersedu) 


b.      Commitment
Commitment merupakan keterlibatan tinggi dalam setiap kondisi yang diperoleh. Individu tidak mencoba untuk menjauhkan diri dari peristiwa-peristiwa hidup yang dianggap tidak menyenangkan. Individu sudah mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya dan berjanji untuk mencapai tujuan tersebut.
1)      Dependent
Dependent atau ketergantungan merupakan upaya individu untuk dapat memperoleh need atau motif rasa aman, perhatian dalam menjalani kehidupannya. Kehadiran orang lain dalam diri subjek sangat diperlukan subjek sebagai sarana dukungan untuknya  Hal ini terjadi saat subjek dirumah sendirian ketergantungan pada anak untuk menemani hari-harinya
Subjek:            
Wektu kulo ditinggal anak kulo ingkang jakarta tapi wonten sing nunggu anak kulo sing jaler. Niku alhamdulillah ajeng nopo-nopo niku sae.... Kulo siyam nggeh poso tapi katah utange Anak kulo sanjang ”uwes, rak usah, mengko tak bayare” (subjek menangis)”

2)      Significant others
Significant others adalah pribadi-pribadi dalam lingkungan dekat yang memberikan pengaruh psikologis pada individu
Orang yang dianggap memberikan pengaruh psikologis yang cukup signifikan adalah almarhum suami dan anak laki-laki subjek. Anak dan Almarhum suaminya selalu mendukung dan mengingatkan subjek untuk selalu menjaga kondisi kesehatannya. Selain itu pula perhatian dari menantunya yang selalu menuruti kemauan subjek diasumsikan sebagai kesetiaan yang diperoleh dari sang menentu
Subjek  :
a) ”... bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. (dengan suara tersedu)”
b) ” Alhamdulillah...nopo meneh mantu kulo niki anu teng bank mandiri niku tiap hari niku setia kalih kulo”
c) ” ...Nggeh sedoyo niku sayang tapi sing sayaang banget niku anak kulo jaler, jaler niku...”

3.      Protector Factors
a.   Self interest
Self interest atau kepentingan untuk dirinya sendiri merupakan upaya individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Aktivitas subjek yang menurun menyebabkan subjek mencari aktivitas lain yang bermanfaat. Subjek akhirnya lebih sering beribadah untuk mendekatkan dirinya pada Tuhannya.

Subjek:
...kadang-kadang radi jam 7 jam 8, trus kulo tangi ngaji, sembahyang. Sembahyang mboten sembahyang subuh..sembahyang dhuha. Nek kulo tesih saged ngaji, nak ngaji sekedik-sekedik, neng iki kudu nangis (subjek menangis). Ya Allah.”

b.   Suggestable
Individu yang suggestable atau dapat dipengaruhi oleh orang-orang sekitar biasanya karena mempunyai suatu keinginan yang kuat. Individu tersebut bisa saja melakukan langkah apapun untuk mencapai keinginan tersebut.
Keinginan subjek  adalah memperoleh kesembuhan sehingga ketika mendapatkan rekomendasi dalam penyembuhan, subjek menerima dan melakukan semua.
Subjek:
badan kulo sakit sedoyo. Trus kulo blonjo neng pletek niku trus do nyanjangi kowe loro to? Moro’o neng kene-kene iki iki mengko kan kowe ngerti lorone..... Pertama nggeh teng dukun, nggeh dukun pijet nggeh. Trus anu teng dokter. Dokter niku lho namine dokter Bowo

c.   Acceptance
Acceptance atau menerima kondisi saat itu ditunjukkan oleh subjek  melalui pernyataannya yang menikmati makanan sederhana yang dimakan asal tidak menjadi pantangan bagi dirinya.
Subjek  :
a) ” Kulo niku sak werni-wernine asal saged dimaem, kulo maem tapi nggeh sekedik. Niki wou kulo maem tales, niku mung direbus...”

d.   Empathy
Empathy merupakan sikap individu yang ikut merasakan permasalahan atau penderitaan yang dialami orang lain. Individu tersebut merasa terpanggil untuk membantu orang lain yang sedang mengalami masalah.
Subjek  :
Nggeh Ipe kulo teng Jakarta susah, lebih muda, umure pinten 50 yae. Bola-bali sambat pe aku durung maem njaluk maeeem tapi tak sms nopo tak telfoni..niku
Ya AllahYa Allah

e.   Social support
Social support atau dukungan sosial yang dapat mempengaruhi individu dalam mengatasi situasi stresful, yang dialami subjek antara lain : informational support (dukungan informasi), emotional support (dukungan secara emosi), instrumental support (dukungan secara material) dan appreciation (penghargaan)

1)      Informational support
Informational support atau dukungan informasi berupa pemberian penjelasan, saran dan pengarahan cara bertingkah laku. Subjek 1 mendapatkan informasi dari orang lain tentang informasi tempat penyembuhan.
Subjek  :
...niku trus do nyanjangi kowe loro to? Moro’o neng kene-kene iki iki mengko kan kowe ngerti lorone. Lha terus dijak kaleh bapak trus tiba-tiba gendise mpun 450.”

Di te..terapi nggeh. Ingkang riyen niku kulo nggeh sakit niku sakit nopo nek teng jawi diobati gendis niku. Lha nggeh gendis kalih klopo, nggeh,dokter nggeh


2)      Emotional support
Emotional support atau dukungan secara emosi berupa perhatian, simpati dan ikut merasakan. Dukungan emosional yang diterima subjek  adalah dukungan almarhum suami yang selalu mengingatkan subjek agar memperhatikan kondisi kesehatannya dan anaknya yang selalu memperhatikan pola makannya.serta ingin merawatnya dengan baik
Subjek  :
a) ” ...anak kulo niki sing enten mriki wonten Jakarta. Anake niku sanjang ”Ayo melu aku wae...

b) ” Nggeh kadang-kadang ngoten. Kulo ki kok aku sih dikasih urip...(subjek menangis). Kulo sok didukani anak kulo, ”uwis ojo ngono...

c) ” Mboten..mboten nganti wulanan. Naliko sedih niku bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. (dengan suara tersedu).
Ngantos sak meniko alhamdulillah kulo maem terus. Kadang-kadang kepingin nopo jeruk nopo niku sing botolan niku lho. Lha kulo ngoten. Aku entuk mangan iki Fik? Entuk manganno. lha trus tukokno ngono ngonten.
Nek gendise mending iki, ditumbaske gendis piyambak. Nanging mboten pernah ngangge.”
d) ” Mengkeh nek ketingal kulo lemoh ”umi ojo mangan terus umii” Iyo..aku..Poso sithik poso ngono sok poso nanging posone mboten poso siyam pendhak siyam niku”

f.     Possitive reinforcement
Positive reinforcement atau penguatan positif yang diterima individu biasanya dalam hal yang menyenangkan individu tersebut.
Subjek seneng sekali karena anaknya dapat menemani ketika selesai kerja.
Subjek  :
...Niki mbak.Hanim rencono “mi..aku nak ba’do aku ra neng nggone morotuoku, aku neng kene wae”. Yo amiin.”

Berdasarkan uraian di atas yang merupakan faktor pendukung (protector factor) ketabahan dari subjek adalah minat diri (self interest), mudah dipengaruhi, sikap menerima, empati, dukungan sosial, penguatan positif. Dukungan sosial sendiri terdiri dari dukungan informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.
            Faktor pendukung tersebut dapat memperkuat individu untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan. Masing-masing faktor memberikan masukan tersendiri bagi individu dan saling mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus dengan tingkat ketabahan yang dialami oleh inidvidu. Kemunculan faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh positif pada perkembangan ketabahan di individu.   
           
4.      Problem focused coping
Problem focused coping atau coping yang berfokus pada masalah individu menilai stresor yang dihadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stresor atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stresor tersebut.
a.   Direct action
Direct action atau tindakan langsung melakukan sesuatu secara khusus dan langsung untuk melakukan kesepakatan dengan stresor yang muncul. Kedua subjek melakukan tindakan langsung dengan melakukan perawatan di rumah sakit.
Subjek langsung dibawa ke rumah sakit meskipun tindakan tersebut merupakan anjuran suaminya.
Subjek :
a) ” Sakite? Lha niku wou..waktu..habis mantu niku kulo, niku nak ngaturi bapak, abi, Bi..awakku koyok ngene, perikso dokter wae, neng kulo mboten purun. Tiyang-tiyang niku ”perikso’o..mengko gulane lho.... Trus kulo dijak perikso niku teng dokter Bong . Gulane 450

5.      Emotion focused coping
Emotion focused coping atau coping yang berfokus pada emosi individu berusaha segera mengurangi dampak stresor dengan menyangkal adanya stresor atau menarik diri dari situasi.
a.   Resign acceptance
Resign acceptance adalah menerima situasi stresful yang dihadapi karena keadaan stresor yang tidak dapat diubah. Subjek 1 menyerahkan kondisinya saat itu pada Tuhan, diberi kesembuhan tetapi tidak cepat atau meninggal.
Subjek:
Lah kados pundi lha mpun diparingi Gusti allah ngeten niki, ikhlaslah, nggeh
Nggeh insyaAllah [jika ALLAh menghendaki]

b.   Emotional discharge
Emotional discharge merupakan upaya individu untuk melepaskan diri dari tekanan dengan mengekspresikan emosi yang tidak menyenangkan melalui tindakan tertentu atau tindakan langsung.subjek mulai menghabjskan waktunya untuk mengaji yang dirasa mampu menggantia aktifitasnya yang kosong
Subjek  :
...niki mulai kulo mulai ngaji meleh. Mboten saged sedoyo..sak kebet-sak kebet. Alif Lam Mim sampe niki mpun telas. Alhamdulillah.”

c.   Turning to religion
Turning to religion merupakan upaya individu untuk mendekatkan dirinya dengan Tuhan. Subjek menenangkan dirinya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang mendekatkan dirinya dengan Tuhan. 
Subjek  :
 
Mpun sak jam-jamme. Kulo mboten tentu kulo kadang-kadang nggeh enjang, kadang-kadang radi jam 7 jam 8, trus kulo tangi ngaji, sembahyang. Sembahyang mboten sembahyang subuh..sembahyang dhuha. Nek kulo tesih saged ngaji, nak ngaji sekedik-sekedik, neng iki kudu nangis (subjek menangis). Ya Allah.



d.   Affective regulation
Affective regulation merupakan upaya individu untuk mempertahankan keseimbangan sikapnya dengan mencoba bersikap menyerah, melupakan kesulitan dengan melihat segi-segi yang dapat menghibur diri. Individu mengalihkan perhatian dengan menyibukkan diri dengan aktivitas lain.
Subjek:
ijabahi nggeh, amiin mudah-mudahan. Neng kulo sih sholat terus, sholate tapi lenggah. Nggeh ngaji saged ngaji.”

Uraian di atas memberikan gambaran mengenai penggunaan strategi coping yang berfokus pada emosi yang dilakukan oleh subjek. Strategi yang digunakan adalah tindakan menyerah, mendefinisikan kembali secara kognitif, resign acceptance, emotional discharge, turning to religion dan affective regulation.
6.      Coping result
Coping result atau hasil dari penanggulan stres merupakan efek dari upaya-upaya yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi kondisi strokenya. Subjek melakukan rutinitas konsumsi obat-obatan sebgai upaya mengatasi penyakitnya. Ketika ditanya peneliti tentang rutinitas pemakaian obat untuk kesembuhannya subjek mengatakan masih.

Subjek :
Nggeh taksih

a.      Melanjutkan Upaya Kesembuhan
Subjek tetap melanjutkan upaya perilaku peran sakit. Subjek  tetap mengkonsumsi obat yang dapat menjaga kondisi kesehatannya. Subjek dan juga melakukan kontrol serta usaha pengobatan.

            Ketabahan yang ada dalam individu akan memberikan pengaruh pada :
    1. Berhasilnya individu dalam menentukan strategi penanggulangan yang tepat
    2. Individu dapat menerima segala macam kondisi dirinya
    3. Individu dapat menyesuaikan diri dengan situasi atau kondisi yang baru dalam hidupnya dengan tetap melakukan perilaku peran sakit
    4. Memotivasi individu untuk berusaha keras dalam mengarah ke kesembuhan

D.    Pemetaan Konsep
 













Tabel 4.2 : Peta Konsep Keterhubungan antar Unit Makna
            Peta konsep tersebut menggambarkan proses ketabahan yang dijalankan oleh individu penderita stroke. Peta konsep diawali dari stroke yang menyerang individu yang belum pernah merasakan stroke sama sekali. Beberapa persepsi tentang stroke melahirkan gejala-gejala yang menyebabkan munculnya stres. Persepsi terhadap stroke terlihat berbeda dari masing-masing subjek.. Pengetahuan tentang stroke menyebabkan kesiapan dalam menghadapi risiko yang akan terjadi. Keadaan yang berbeda juga akan terlihat ketika masing-masing subjek mengembangkan ketabahan dalam dirinya. Risiko stroke yang terjadi adalah perubahan fisik dan perubahan aktivitas. Individu yang mengalami perubahan dalam dirinya cenderung akan mengalami ketegangan sehingga menimbulkan gejala-gejala yang menyertainya.
            Subjek memunculkan gejala stress secara kognisi dengan beranggapan semuanya harus dibatasi dan menyebabkan subjek enggan untuk makan. Harapan dan keyakinan bahwa subjek dapat melalui tekanan tersebut mejadikan subjek melakukan berbagai cara agar mengarah pada perubahan yang lebih baik. Pengaruh dari seseorang yang mempunyai peran penting bagi subjek menjadikan subjek bangkit dengan pengalaman yang cukup mempengaruhi kehidupannya. Subjek mempunyai keyakinan bahwa dirinya dapat menjalani kehidupannya. Ketabahan yang diperkuat dengan adanya faktor pendukung yaitu minat diri, mudah dipengaruhi, dukungan sosial, penguatan positif dan tekanan dari luar mendorong individu untuk lebih berusaha dalam mengatasi setiap permasalahan hidup dan mampu melakukan aktivitas yang hendak dicapai yaitu ibadah haji. Subjek lebih menggunakan strategi coping yang berfokus pada emosi dalam mengatasi permasalahan hidupnya, bahkan tidak sama sekali memakai strategi coping yang berfokus pada masalahn
            Ketabahan mendukung individu dalam mengatasi situasi yang penuh terkanan mempunyai karakteristik yaitu pengendalian, komitmen. Aspek pengendalian mempunyai pengendalian terhadap situasi tersebut maupun hilangnya pengendalian tersebut dan adanya kontrol terhadap diri dalam memutuskan sesuatu, menyakinkan individu bahwa individu mampu mengendalikan setiap tahapan hidup. Aspek komitmen berisi harapan-harapan individu, keyakinan diri untuk dapat melakukan sesuatu, percaya, sifat tergantung, pengaruh seseorang yang mempunyai peranan penting bagi individu dan tujuan utama individu dalam hidup menurunkan gejala stres yang bersifat negatif. Aspek tantangan mengandung pengalaman afektif yang pernah dialami subjek, keberanian menanggung risiko dan aktivitas yang biasa dilakukan oleh individu mendorong individu tersebut untuk dapat menjalankan hidup selanjutnya tanpa harus memikirkan permasalahan-permasalahan terlalu lama.
            Ketabahan tersebut menempatkan individu mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi. Penanggulangan tegangan yang tepat ditentukan agar subjek dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi stroke tersebut. Individu yang dapat menyesuaikan diri mampu membawa dirinya pada ketenangan. Ketenangan dapat menurunnya ketegangan. Akhirnya subjek mampu menguasai dirinya dan berupaya untuk dapat sembuh.
            Ketabahan tetap harus didukung oleh minat diri, mudah dipengaruhi, sikap menerima, empati. Dukungan sosial, penguatan positif dan tekanan dari luar terhadap subjek menjadi kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi dengan ketabahan.
            Keseharian dari subjek yang tetap bersyukur dan menyerahkan pada Tuhan atas sakit yang dialaminya, penerimaan yang begitu baik pada diri subjek membuatnya semakin matang dalam ketabahan yang terjadi dalam dirinya. Individu  lebih memilih coping stres yang berfokus pada emosi yang pada akhirnya membawa individu pada proses penyesuaian dan konsisten dengan kesembuhannya.

E.     Esensi atau Makna Terdalam
Ketabahan yang terjadi pada individu stroke merupakan upaya penurunan tegangan yang terjadi akibat pengetahuan terhadap risiko-risiko stres itu sendiri. Ketabahan menjadi faktor yang dapat mengendalikan situasi, memberikan harapan dan keberanian dalam melakukan upaya-upaya yang lebih berisiko. Penurunan tegangan atau lebih tepat menurunkan gejala stres memabawa pada penentuan coping stres yang tepat, berfokus pada masalah atau berfokus pada emosi. Masing-masing coping akan mengantarkan individu pada proses penyesuaian diri jika coping tersebut sesuai. Penyesuaian mengantarkan pada tetap berlangsungnya upaya untuk sembuh.
Ketabahan tetap harus diiringi faktor-faktor psikologis yang terdapat dalam masing-masing individu, terutama protector factor (faktor penguat) Pengaruh risk factor (faktor pelemah) tetap mengiringi perjalanan hidup individu, namun faktor tersebut diusahakan dapat diminimalisir agar faktor penguat yang lebih mempengaruhi sehingga perkembangan ketabahan dapat berjalan baik. Individu yang tabah harus dapat merangkai keseluruhan aspek baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
F.     Verifikasi Data
1.      Kredibilitas (Validitas Internal)
g.      Perpanjangan Keikutsertaan
                        Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti bertujuan berorientasi dengan situasi dan memastikan agar konteks yang diteliti dapat dipahami. Peneliti berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan subjek dan keluarga subjek. Sebelum wawancara berlangsung peneliti mencoba untuk membuka suasana dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan yang dapat diterima subjek. Setelah wawancara peneliti mencoba menutup pembicaraan tanpa membuat merasa akan dibutuhkan kembali. Peneliti juga mencoba agar subjek terbuka dengan menanyakan keunikan yang dimiliki subjek yang tampak ketika wawancara berlangsung.
h.      Ketekunan atau keajegan pengamatan
                        Keajegan pengamatan adalah mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan, mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh serta mencari yang dapat diperhitungkan dan tidak. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Setelah melakukan wawancara peneliti mengecek hasil wawancara dan kemudian mencari sisi-sisi yang menonjol dari subjek yang kemudian akan diajukan pada wawancara selanjutnya.
i.        Triangulasi
                        Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang sudah diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dilakukan peneliti lewat kajian literatur dengan membaca literatur buku yang terkait. Triangulasi juga dilakukan lewat triangulasi metodologis, yaitu :
1.      Wawancara
Data yang diperoleh dari subjek berasal dari wawancara yang dilakukan beberapa kali dengan subjek. Wawancara dilakukan untuk menggali pengalaman hidup subjek terutama pengalaman ketika stroke. Hasil wawancara kemudian dibuat dalam bentuk transkrip untuk selanjutnya dianalisa.
2.      Observasi
Observasi dilakukan selama peneliti melakukan wawancara dengan subjek. Peneliti juga memperhatikan interaksi subjek dengan orang lain ketika subjek melakukan wawancara, misalnya ketika wawancar berlangsung tiba-tiba ada orang lain yang datang dan mengajak subjek berkomunikasi.
3.      Sarana audio visual
Peneliti selalu menyiapkan alat perekam untuk merekam wawancara yang berlangsung. Alat perekam bertujuan untuk menunjukkan bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan wawancara. Alat tersebut juga menjadi hasil wawancara yang terpercaya karena tidak ada hal-hal yang dihilangkan.
j.        Pengecekan sejawat
                        Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat satu fakultas dengan peneliti. Peneliti melakukan diskusi dengan rekan dan pembimbing.
k.      Pengecekan anggota
                        Setiap wawancara peneliti mempertanyakan kembali pernyataan dan jawaban subjek secara garis besar. Usaha tersebut dilakukan untuk mengecek kebenaran kesimpulan dari peneliti tentang pernyataan subjek.


2.      Transferabilitas (Validitas Eksternal)
Peneliti mencatat hal-hal yang penting serinci mungkin mencakup pengamatan yang dilakukan terhadap subjek. Peneliti juga menentukan karakteristik subjek dengan deskripsi yang jelas yang kemudian dapat digeneralisir untuk kasus dengan karakteristik yang sama dengan subjek
3.      Dependabilitas (Reliabilitas)
Peneliti melakukan audit eksternal, yaitu pemeriksaan oleh ahli atau pembimbing yang membantu peneliti dalam melakukan tafsiran hasil penelitian
4.      Konfirmabilitas (Objektivitas)
Konsep intersubyektivitas dilakukan melalui hubungan antar subjek yang diketahui melaui interaksi yang dilakukan, hasil penelitian, hasil analisis data dan proses perjalanan penelitian yang dilakukan












DAFTAR PUSTAKA

Alloy, LB, Jacobson, NS, Azocella, J. 1999. Abnormal Psychology. Boston: Me Graw Hill Companies.
Atkinson, RL.1999,Pengantar Psikologi jilid 2.Jakarta :Erlangga
Dagun, SM, 1990. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta:Rieka Cipta.
Fabella, AT, !993, Anda Sanggup MengatasiStress. Jakarta : Indonesia Publishing Hause.
Fauziah, F, Widury, J. 2005.Psikologi Abnormal klinis Dewasa. Jakarta: UI Press.
Ford, M, Gilboe, Cohen, JA. 2000. Handbook of Stress, Coping and Health Implication for Nursing Research, Theory and Practice, chapter 17=Hardiness A model of Commitment, Challenge and Control, California: Sage Publication.Frankl,V,E. 2004. Man’s Search for Meaning. Terjemahan. Bandung : Nuansa.
Frankl, V, E. 2003. Logoterapi. Yogyakarta: kreasi Wacana Yogyakarta.
Frankl, V,E. 2004. Man’sSearch for Meaning. Terjemahan. Bandung:Nuansa.
H,D, Bastaman. 2007. Logoterapai. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moeleong,L,J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Morris, CG. 1988. Psychology An Introduction sixth edition. New Jersey : Prentice Hall.
Poewandari, K. 2001.Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3UI

Lampiran 1

Transkrip Wawancara dengan Subjek

Nama                           : Ibu Aliyah
Tanggal Wawancara    : 13 Juli 2009
Waktu Wawancara      : Pukul 14.00-15.00
Tempat Wawancara    : Rumah Subjek

Keterangan      :
P          : Peneliti
S          : Subjek
 
 





P :
Umure sakniki mpun pinten?
S :
78

P :
Ibu gerahipun wau katah nggeh?
S :
Rematik wonten, gula wonten, kencing manis, eh kencing manis gula nggeh, darah tinggi wonten.

P :
nuwun sewu bu, niki ajeng kulo rekam mboten nopo-nopo nggeh?
S :
Nggeh

P :
Ibu gerahipun niku umur pinten nggeh?
S :
Gulane nggeh umur pinten nggeh? Nggeh sak derange mantu. Mantu ki wes pirang tahun? Wes lali

P :
Nopo sampun dangu?
S :
Sampun dangu, gulane mpun dangu. Nak rematike nembe mawon, nembe pinten tahun ngeten, nek gulane dangu.
Woune niku anu dipun prikso kalih dokter sinten Profesor sinten..lali aku. Emm.. pundi to,

P :
Semarang mriki?
S :
Nggeh Semarang mriki

P :
Elisabeth?
S :
Mboten, niku lho teng kampung pundi

P :
Karyadi?
S :
Mboten, kampung...kampung, meniko enten kampung, mboten ngertos

P :
Sak niki kondisinipun pripun bu?
S :
Nggeh nak wou ndalu niku, dalu mboten tileme mboten anu woune anake kulo nembe teng jakarta dereng mantuk lha kulo niku kepikiraaan. kulo nak ngomong ngono ki kudu nangis (dengan suara tersedu) 

P :
Putranipun pinten Bu?
S :
Nak putrane namung tigo tapi me.. tigo (dengan suara tersedu) 

P :
Sak niki teng ndalem kaleh sinten?
S :
Anake kulo sing kaleh jaler kaleh estri tapi kesah sedoyo

P :
Ibu anu nggeh, Bapak pun sedo nggeh?
S :
Nggeh mpun sedo

P :
Bapak rumiyen waktu taksih suwargi, ibu taksih sehat nopo sampun ngeten?
S :
Nggeh sampun mboten saged mlampah, tapi mlampahe anu, niki nyuwun sewu nggeh, niki alit, sing niki alit

P :
Sak niki ibu pripun?
S :
Keluhan-keluhan?

P :
Nggeh
S :
Keluhane nggeh sakit sedoyo tulange, tulange sakit sedoyo. Nak ajeng siram yo ndadak dijunjung neng kamar mandi. Ajeng minggah teng anu kasur nggeh dijunjung. Ngeten niki minggah mpun saged njur dawah

P :
Keluarga nggeh sederek ngeten sak niki ibu strok sak niki pripun?
S :
Maksute

P :
Keluarga sak niki pripun kaleh ibu?
Org lain
nak obate nggeh terus


P :
Obat jalan nggeh
S :
Nggeh, ini saben hari tiga

Ibu mpun menawi ngeten sak niki dalam keadaan strok, meniko ibu pengen wantun meleh
S :
Alhamdulillah nek mantun nggeh neng dados pundi nggeh wong mpun dangu, sakite anu mpun dangu niku. Umur pinten kulo sakit nggeh, sak derenge kulo mantu anak kulo kaleh niku mpun sakit namung mboten ngertos nak kulo gadah gulo, trus bapak ki anu ayo nang dokter. Trus doktere sanjang ”kok sudah kasep, kok baru dateng kesini ibu, gulanya udah 450”

P :
Ibu ikhlas bu sakit ngeten?
S :
Lah kados pundi lha mpun diparingi Gusti allah ngeten niki, ikhlaslah, nggeh insyaAllah (dengan suara tersedu) 

P :
Sakderenge strok saged mlampah trus waktu strok niku nopo mawon ingkang ibu rasake?
S :
Pertama? Darah tinggi, nggeh trus tiba-tiba kulo niku dibeto teng dokter kaleh bapak trus diperikso kok gulone sampun 400. namun alhamdulillah kulo mpun mantu anak kulo seng estri kaleh, mpun ewang-ewang sedoyo. Neng setunggale dereng niki sing jaler

P :
Taksih kuliah nggeh sing jaler?
S :
Mboten, nggeh nganggur, mbantu kulo, mbantu ibu ngeten niki. Ning alhamdulillah kulo gadah anak saged nopo mbiayai, mangkeh niki obat-obate niku saking kantor

P :
Ibu...Perasaan ingkang pertama ingkang dirasake wektu ngertos pertama kali nak ibu sakit ngeten niku pripun?
S :
perasaanne anu mboten enak ngoten, sakit sedoyo badan kulo sakit sedoyo. Trus kulo blonjo neng pletek niku trus do nyanjangi kowe loro to? Moro’o neng kene-kene iki iki mengko kan kowe ngerti lorone. Lha terus dijak kaleh bapak trus tiba-tiba gendise mpun 450

P :
Perasaan atinipun pripun?
S :
Nggeh ketika niku nggeh sedih. Aku rak mangan wae, lha nopo, lha mangan tapi ojo sing werno-werno sing dijogo nggeh (dengan suara tersedu)  

P :
Nopo mawon buk ingkang mpun dilakoni kangge nyembuhke?
S :
Pertama nggeh teng dukun, nggeh dukun pijet nggeh. Trus anu teng dokter. Dokter niku lho namine dokter Bowo

P :
Sering kontrol nggeh bu nggeh, berapa minggu sekali
S :
Niki kok kulo kok mboten kontrol, nembe mbenjang

P :
Ibu..kondisi sedih ketika ngertos ibu sakit gerah ngoten, wou kan ibu sanjang mboten purun dhahar, lha niku ngantuos pinten minggu pinten wulan?
S :
Mboten..mboten nganti wulanan. Naliko sedih niku bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. (dengan suara tersedu).
Ngantos sak meniko alhamdulillah kulo maem terus. Kadang-kadang kepingin nopo jeruk nopo niku sing botolan niku lho. Lha kulo ngoten. Aku entuk mangan iki Fik? Entuk manganno. lha trus tukokno ngono ngonten.
Nek gendise mending iki, ditumbaske gendis piyambak. Nanging mboten pernah ngangge

P :
Ibu ingkang sakniki sayang kaleh ibu, nggh ngrawat ibu teng mriki sinten ibu?
S :
Sing ngrawat niku anak kulo jaler

P :
Naminipun sinten?
S :
Albdul latif Fikri, nggeh tapi kadang-kadang nggeh kesah nggeh mbak’e nggeh kadang anak kulo sing mandiri niku

P :
Ibu taksih mengkeh pengen sembuh nggeh?
S :
InsyaAllah

P :
Nggeh mugi-mugi Allah
S :
ijabahi nggeh, amiin mudah-mudahan. Neng kulo sih sholat terus, sholate tapi lenggah. Nggeh ngaji saged ngaji

P :
Ingkang sayang banget kalih ibu nggeh anak-anak ipun nggeh
S :
Nggeh sedoyo niku sayang tapi sing sayaang banget niku anak kulo jaler, jaler niku. Sebab ki yo biasa mbantu nek kulo munggah, ajeng pipis, ajeng pa’pung.
Nek sing setunggal niki enten tapi mriki kadang kolo tapi piyambak-piyambak, mboten anu..badane sok keroso sakit

P :
Ibu asli Semarang mriki nggeh?
S :
Kulo? Solo trus tansah Semarang, teng Semarang dados kurus teng Al Irsyad niku, nah tapi turune nok Semarang

P :
Ibu rumiyen nyambut damel nopo...
S :
Kulo? sadeyan.

P :
Sadeyan nopo bu?
S :
Sadeyan matengan, nggeh nasi.

P :
Teng pundi ibu?
S :
Nek riyen teng YAI, emm..nopo namine lali aku sadeyan melih teng pundi niku, ee..pundi niku, ee..pundi nggeh kok ibu rak ngerti nggone kok nggeh, emm..kabluk eh kok kabluk niku lhe anu pundi to namine kok anu masyaAllah..niku nak ngomong sok ngoten sok mboten inget kadang-kadang niku trus inget

P :
Dados ibu saged sadeyan ngantos umur pinten?
S :
Umur pinten nggeh, anak kulo tesih sekolah

P :
40?
S :
Nggeh eh mboten, 50

P :
Ngantos umur 50 nggeh?
S :
Ngantos 60 tesih sadeyan. Anak kulo tesih alit-alit.

P :
Wektu anak ibu tesih alit-alit ibu tesih sadeyan nggeh?
S :
Nggeh, sak niki mpun mboten saged. Kulo mpun mboten sadeyan mpun pinten tahun nggeh. Nggeh niki bar saged mantu kalih sekolah  anu sekolahe pundi undip setunggal sing enten mriki undip, sing setunggal teng anu, pundi namine, kesupen kulo.
Lha sing jaler teng mriku, lali to kulo, sing cerak, tur piyambake trus kesah Saudi sing jaler turs bar entuk niku trus piyambake mantuk. Mpun pinten tahun ya enten Saudi. Dados kulo mendet penakan. Penakan kulo Zaki Rahman niku, kulo pek, deweke nyambut damel teng Amerika trus mantuk. Mantuk niku sakit jantung turene neng kulo mboten disanjangi...trus sedo..(subjek menangis), sih joko

P :
Ibu, sak niki saged nyeritaake kegiatanne sehari-hari
S :
Kulo mpun mboten saged nyambut damel

P :
Nggeh nopo ibu setiap hari namung istirahat
S :
Nggeh istirahat. Nek nopo tileman niku trus enjang pa’pung

P :
Jam pinten bu?
S :
Mpun sak jam-jamme. Kulo mboten tentu kulo kadang-kadang nggeh enjang, kadang-kadang radi jam 7 jam 8, trus kulo tangi ngaji, sembahyang. Sembahyang mboten sembahyang subuh..sembahyang dhuha. Nek kulo tesih saged ngaji, nak ngaji sekedik-sekedik, neng iki kudu nangis (subjek menangis). Ya Allah.....
Lha niki kulo bar tangi trus bu niko onten tamu. Lho sopo? Aku kek uruh Fik...
Tileme ki mboten saged, kendaraan niku luar biasa, betah nopo. Niku suwontene AC, suwontene kendaraan, nopo niku, kulo sok kaget-kaget

P :
Ingkang harapanipun kalih harapan ibu piyambak, kagem ibu piyambak, kagem anak-anak sak niki, kagem keluarga nopo?
Maksute, harapan ibu misal nak sholat nggeh, ibu kan nyuwun kalih Gusti Allah, ingkang disuwun niku nopo mawon
S :
Terutama putu kulo, niku putu-putu podho sekolah, niku kulo dongakkeee..
Kulo niku nangise, ngantos anak kulo dua-tiga sing alit ”umi ki ojo nagis wae”. Rak sengojoo

P :
Pernah nopo mboten ibu ngeroso, kok kulo nyusahke anak
S :
Nggeh kadang-kadang ngoten. Kulo ki kok aku sih dikasih urip...(subjek menangis). Kulo sok didukani anak kulo, ”uwis ojo ngono”
Alhamdulillah, niki nopo, anak kulo saged nyembadani nggeh. Alhamdulillah...nopo meneh mantu kulo niki anu teng bank mandiri niku tiap hari niku setia kalih kulo. Nak sing enten pundi niki, sing teng pelabuhan niku ponakan kulo piyambak niku nggeh mboten setia tapi nggeh kadang-kadang nileki...nek mpun mantu kulo sing mriki niku wah ... sak pore. Ingkang tangklet ”umi sing diraoske nopo? Kepengin apa?” ngoten

P :
Ibu..tabah nggeh?
S :
Alhamdulillah

P :
Ingkang ndamel ibu tabah ngantos sak niki nopo?
S :
Sholawat

P :
Anak-anak?
S :
Anak-anak nggeh mbantu, nggeh

P :
Namun ingkang taksih maringi semangat ibu, ibu nyuwun kalih Gusti Allah, ibu taksih seneng nggeh? Ibu taksih percoyo Allah niku...
S :
Ooo..nggeh..nggeh, anake kulo sedoyo, anake kulo sedoyo niku sholat, kulo anu..”kowe ki sholat sek”
Niki mulai..kulo pindah mriki kaleh wulan, niki mulai kulo mulai ngaji meleh. Mboten saged sedoyo..sak kebet-sak kebet. Alif Lam Mim sampe niki mpun telas. Alhamdulillah

P :
Ibu riyen mboten teng mriki bu?
S :
Mboten
P :
Teng pundi bu?
S :
Nggeh tumut bapak, trus anak kulo niki sing enten mriki wonten Jakarta. Anake niku sanjang ”Ayo melu aku wae, nak Bapak sok ndorong neng jakarta aku tak neng Semarang”
Nggeh sok-sok neng Semarang, sok-sok neng Jakarta. Lha niki mpun dipindahke neng Bank Mandiri teng Semarang nggeh nderek anak kulo.
Alhamdulillah anak kulo sing jaler niku ”umi..umi kepengin nopo?” uwislah sak sak’e. ”ora..kepengin opo?”. kadang ditumbaske roti, kadang-kadang tumbaske nopo..cakwe, nak kadang-kadang niku ulam laut, niku nopo..ulam. kadang-kadang tumbaske lele, kuthuk,
Niki maemme nggeh sekedik, nek ulam niku. Anak kulo sing mbak Anin niku sok numbaske pecel kalih nopo ngoten. Kadang-kadang nggeh tumbaske soto

P :
Ibu..senengipun dhahar nopo bu?
S :
Kulo niku sak werni-wernine asal saged dimaem, kulo maem tapi nggeh sekedik. Niki wou kulo maem tales, niku mung direbus.
Mengkeh nek ketingal kulo lemoh ”umi ojo mangan terus umii” Iyo..aku..Poso sithik poso ngono sok poso nanging posone mboten poso siyam pendhak siyam niku. Kulo siyam nggeh poso tapi katah utange. Anak kulo sanjang ”uwes, rak usah, mengko tak bayare” (subjek menangis)
Sampeyan daleme pundi mas?

P :
Pedurungan
S :
Nak mb.Hanin pundi..mriki..pundi..
Niki mboten mriki, kolo mben numbaske pepaya, roti

P :
Riyen, parah-parahipun umur pinten ibu sakit?
S :
Sakite? Lha niku wou..waktu..habis mantu niku kulo, niku nak ngaturi bapak, abi, Bi..awakku koyok ngene, perikso dokter wae, neng kulo mboten purun. Tiyang-tiyang niku ”perikso’o..mengko gulane lho”

P :
Trus pripun bu?
S :
Trus kulo dijak perikso niku teng dokter Bong . Gulane 450

P :
Waktu itu mboten kroso nopo-nopo?
S :
Taksih saged mlampah, tapi mogok makan, tapi trus didukani bapaK ”makan tetep makan”

P :
Ibu kroso tambah sakit tambah sakit niku wektu kapan?
S :
Kulo dos anu niku nopo nek diobati anu

P :
Diterapi?
S :
Di te..terapi nggeh. Ingkang riyen niku kulo nggeh sakit niku sakit nopo nek teng jawi diobati gendis niku. Lha nggeh gendis kalih klopo, nggeh ... dokter nggeh.
Menurut panjenengan tambane nopo?

P :
Nak kulo nggeh ibu sak niki nyuwun kalih Gusti allah mawon. Nyuwun ingkang katah, katahipun sholawatipun
S :
Nggeh..kulo sholate lima wektu mboten ketinggalan

P :
Menawi saged nggeh nak ndalu ibu saged tangi nyuwun kalih Gusti Allah
S :
Nggeh

P :
Sak niki tesih terapi nggeh Bu?
S :
Mboten

P :
Obatipun?
S :
Nggeh taksih

P :
Nggeh niku diistiqomahi mawon, sholatipun trus menawi dzikir
S :
Nggeh insyaAllah

P :
Nggeh ngeten mawon, ibu tesih sare, ibu teng tempat tidur trus ibu dzikir. Nggeh insyaAllah..
S :
Amiin..nggen ndang kabul nggeh

P :
Nggeh bersyukur
S :
Nggeh Ipe kulo teng Jakarta susah, lebih muda, umure pinten 50 yae. Bola-bali sambat pe aku durung maem njaluk maeeem tapi tak sms nopo tak telfoni..niku ...
Ya Allah...Ya Allah...
Alhamdulillah kulo ada mbak niki nggeh, sing setia kalih kulo

P :
Namine sinten?
S :
Mbak Tinah

P :
Nggeh ibu bersyukur mawon, tesih enten sing sayang. Nggeh mungkin Allah sak niki maringi cobaan maring ibu, namun nggeh sabar
S :
Nggeh amiin..mudah-mudahan.
Wektu kulo ditinggal anak kulo ingkang jakarta tapi wonten sing nunggu anak kulo sing jaler. Niku alhamdulillah ajeng nopo-nopo niku sae. Kulo nggeh ndungakke nak lungo yo nyangoni slamet. Niki mbak.Hanim rencono “mi..aku nak ba’do aku ra neng nggone morotuoku, aku neng kene wae”. Yo amiin, mudah-mudahan morotuane niku adik kulo. Morotuane mbak. Hanim niku adik kulo

P :
Mpun..niki kan sampun ashar bu..kulo nggeh matur suwun, kulo matur suwun sanget
S :
Nggeh kulo nggeh matursuwun


















Lampiran 2
Bagan Horisonalisasi
NO
UCAPAN SUBJEK
CODING
MAKNA PSIKOLOGIS
1
...niku trus do nyanjangi kowe loro to? Moro’o neng kene-kene iki iki mengko kan kowe ngerti lorone. Lha terus dijak kaleh bapak trus tiba-tiba gendise mpun 450
Kepedulian lingkungan sekitar dalam memberikan saran
Informational Supporrt
2
Mboten..mboten nganti wulanan. Naliko sedih niku bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. Ngantos sak meniko alhamdulillah kulo maem terus. Kadang-kadang kepingin nopo jeruk nopo niku sing botolan niku lho. Lha kulo ngoten. Aku entuk mangan iki Fik? Entuk manganno. lha trus tukokno ngono ngonten.
Nek gendise mending iki, ditumbaske gendis piyambak. Nanging mboten pernah ngangge
Perhatian almarhum suami pada kesehatan subjek
Emotional Support
3
Mpun sak jam-jamme. Kulo mboten tentu kulo kadang-kadang nggeh enjang, kadang-kadang radi jam 7 jam 8, trus kulo tangi ngaji, sembahyang. Sembahyang mboten sembahyang subuh..sembahyang dhuha. Nek kulo tesih saged ngaji, nak ngaji sekedik-sekedik, neng iki kudu nangis (subjek menangis). Ya Allah
Mendekatkan diri pada tuhan lebih dari sebelumnya
Turning to religion

4
Nggeh ketika niku nggeh sedih. Aku rak mangan wae, lha nopo, lha mangan tapi ojo sing werno-werno sing dijogo nggeh (dengan suara tersedu)   
Perasaan tidak berdaya yang dialami Subjek karna penyakitnya
Helplesness

5
Lah kados pundi lha mpun diparingi Gusti allah ngeten niki, ikhlaslah, nggeh
Nggeh insyaAllah [jika ALLAh menghendaki
Penerimaan yang tinggi pada subjek tentang keadaannya
Resign acceptance

6
Mboten..mboten nganti wulanan. Naliko sedih niku bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus. (dengan suara tersedu)
Subjek sering merasa sedih atas apa yang terjadi pada dirinya
Sadness
7
...Penakan kulo Zaki Rahman niku, kulo pek, deweke nyambut damel teng Amerika trus mantuk. Mantuk niku sakit jantung turene neng kulo mboten disanjangi...trus sedo..(subjek menangis), sih joko
Kematian kepenakan yang dia miliki membuat dpresi dirinya saat ia sakit dan mempengaruhi emosinya sangat kuat
Shock
8
Wektu kulo ditinggal anak kulo ingkang jakarta tapi wonten sing nunggu anak kulo sing jaler. Niku alhamdulillah ajeng nopo-nopo niku sae
Adanay ketergantungan dirinya dengan anak-anakya untuk melakukan aktivitas dan dorongan emosional
Deppendent
9
Lah kados pundi lha mpun diparingi Gusti allah ngeten niki, ikhlaslah, nggeh insyaAllah (dengan suara tersedu)
Keterpasrahan individu pada sesuattu yang dialaminya sebagai pemberian tuhannya
Sense of control
10
... bapak sanjang ”ojo rak mangan, kudu mangan, mengko luwih lho, lemes awakmu, yo wes sak karepmu wes mangan opooo”. Ngeneki nangis terus.
Dukungan.,.,suami dengan memberikan perhatian atas pikiran-pikiran negatif yang dialami subjek
Significant Others
11
Alhamdulillah...nopo meneh mantu kulo niki anu teng bank mandiri niku tiap hari niku setia kalih kulo
Kepedulian menantu sebagai dukungan pada kesehatan yang diharapkan subjek dan mencoba menuruti serta mengibur subjek
Significant Others
12
...Nggeh sedoyo niku sayang tapi sing sayaang banget niku anak kulo jaler, jaler niku...
Kepedulian anak laki-laki dalam merawat subjek sehari-harinya
Significant Others
13
...kadang-kadang radi jam 7 jam 8, trus kulo tangi ngaji, sembahyang. Sembahyang mboten sembahyang subuh..sembahyang dhuha. Nek kulo tesih saged ngaji, nak ngaji sekedik-sekedik, neng iki kudu nangis (subjek menangis). Ya Allah.
Kegiatan sehari-hari untuk mengalihkan aktifitas yang ia lakukan sebelum sakit.
Self Interest
14
badan kulo sakit sedoyo. Trus kulo blonjo neng pletek niku trus do nyanjangi kowe loro to? Moro’o neng kene-kene iki iki mengko kan kowe ngerti lorone....Pertama nggeh teng dukun, nggeh dukun pijet nggeh. Trus anu teng dokter. Dokter niku lho namine dokter Bowo
Menuruti saran yang diberikan orang sekitar karena ingin sembuh
Suggesstable
15
Di te-terapi nggeh. Ingkang riyen niku kulo nggeh sakit niku sakit nopo nek teng jawi diobati gendis niku. Lha nggeh gendis kalih klopo, nggeh,dokter nggeh
Saran-saran dari lingkungan sekitar atas sakitnya
Informational Supporrt
16
Nggeh Ipe kulo teng Jakarta susah, lebih muda, umure pinten 50 yae. Bola-bali sambat pe aku durung maem njaluk maeeem tapi tak sms nopo tak telfoni, niku Ya AllahYa Allah
Perasan peduli pada saudara
Emphaty
17
Nggeh, sak niki mpun mboten saged. Kulo mpun mboten sadeyan mpun pinten tahun nggeh. Nggeh niki bar saged mantu kalih sekolah  anu sekolahe pundi undip setunggal sing enten mriki undip, sing setunggal teng anu, pundi namine, kesupen kulo.Lha sing jaler teng mriku, lali to kulo, sing cerak, tur piyambake trus kesah Saudi sing jaler turs bar entuk niku trus piyambake mantuk. Mpun pinten tahun ya enten Saudi. Dados kulo mendet penakan. Penakan kulo Zaki Rahman niku, kulo pek, deweke nyambut damel teng Amerika trus mantuk. Mantuk niku sakit jantung turene neng kulo mboten disanjangi...trus sedo..(subjek menangis), sih joko
Berfikir masa lalu, dan kehidupan anak-anaknya dan menjadi stresor pada dirinya
Obsesive thingking
18
Nggeh ketika niku nggeh sedih. Aku rak mangan wae, lha nopo, lha mangan tapi ojo sing werno-werno sing dijogo nggeh (dengan suara tersedu)
Berfikir buruk atas keadaan dirinya
Negative Thinking
19
...anak kulo niki sing enten mriki wonten Jakarta. Anake niku sanjang ”Ayo melu aku wae...
Dukungan emosional oleh anak subjek bahwa anak subjek peduli
Emotional Support
20
Nggeh kadang-kadang ngoten. Kulo ki kok aku sih dikasih urip...(subjek menangis). Kulo sok didukani anak kulo, ”uwis ojo ngono...
Perhatian anak subjek ketika subjek merasa tak berguna dengan menyangkal apa-apa yang dialami subjek
Emotional Support
21
Nggeh kadang-kadang ngoten. Kulo ki kok aku sih dikasih urip...(subjek menangis). Kulo sok didukani anak kulo, ”uwis ojo ngono
Merasa tidak berguna dan menyusahkan anak-anaknya
Useless
22
Mengkeh nek ketingal kulo lemoh ”umi ojo mangan terus umii” Iyo..aku..Poso sithik poso ngono sok poso nanging posone mboten poso siyam pendhak siyam niku
Perhatian anak pada kondisi kesehatan subjek dengan mengingatkan porsi makan dan pola makan subjek
Emotional Support
23
... Niki mbak.Hanim rencono “mi..aku nak ba’do aku ra neng nggone morotuoku, aku neng kene wae”. Yo amiin
Memberikan semangat pada diri subjek agar tidak merasa sendiri dan membuat subjek meras diutamakan ketimbang yang lain
Positive Reinforcement
24
Sakite? Lha niku wou waktu habis mantu niku kulo, niku nak ngaturi bapak, abi, Bi..awakku koyok ngene, perikso dokter wae, neng kulo mboten purun. Tiyang-tiyang niku ”perikso’o, mengko gulane lho.... Trus kulo dijak perikso niku teng dokter Bong . Gulane 450
Pembuatan keputusan segera berobat untuk kesembuhan dengan saran dari almarhum suami
Direct Action
25
Alhamdulillah nek mantun nggeh neng dados pundi nggeh wong mpun dangu, sakite anu mpun dangu niku. Umur pinten kulo sakit nggeh, sak derenge kulo mantu anak kulo kaleh niku mpun sakit namung mboten ngertos nak kulo gadah gulo, trus bapak ki anu ayo nang dokter. Trus doktere sanjang ”kok sudah kasep, kok baru dateng kesini ibu, gulanya udah 450
Ras tidak percaya bahwa dirinya bisa sembuh atau tidak karna penyakit yang diderita telah menahun
Pesimistic
26
...niki mulai kulo mulai ngaji meleh. Mboten saged sedoyo..sak kebet-sak kebet. Alif Lam Mim sampe niki mpun telas. Alhamdulillah.
Pengalihan diri untuk melepaskan stress dan digunakan untuk aktifitas lain
Emotional discharge

27
ijabahi nggeh, amiin mudah-mudahan. Neng kulo sih sholat terus, sholate tapi lenggah. Nggeh ngaji saged ngaji
keseimbangan sikapnya dengan mencoba bersikap menyerah
Affective regulation

28
Kulo niku sak werni-wernine asal saged dimaem, kulo maem tapi nggeh sekedik. Niki wou kulo maem tales, niku mung direbus...
Penerimaan kondisi dengan memakan sesuatu apa adanya yang tidak mengancam kesehatannya
Acceptance










0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

adam mudinillah. Diberdayakan oleh Blogger.

تابع

زائر

BARU

BARU

SALJU

صوري

رسائل هاتفية مجانية وتكسب نقاط

mico0355Widget> Sumber: http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/2069063-cara-pasang-gadget-sms-gratis/#ixzz1ueREtT6R

Youk Kita Gabung dengan YM

Klik VSI Yusuf Mansur

Blogroll

EL-BANTANY IT SOLUTION (IT KONSULTAN-NETWORK-HOTSPOT-SERVICE KOMPUTER-SERVICE LAPTOP DAN NOTE BOOK-SERVICE PRINTER-PENYELAMATAN DATA-INSTALASI JARINGAN-RENTAL KOMPUTER-JASA PENGETIKAN)DAN MASIH BANYAK LAGI YANG LAIN DI JALAN SUDIRMAN NO 102 BATUSANGKAR-TANAH DATAR-SUMATERA BARAT (085379388533-085850374648-075271639)

مع بلدي

Blogger templates

Twitter

Iklan